Namanya akan Dijadikan Nama Bukit di Bali, Ini Reaksi Ganjar Pranowo
Pada hari Sabtu (26/3), Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mengunjungi Desa Bangli, Tabanan, Bali, Kepala Desa Bangli, I Made Adhiasa, merasa terhormat atas kunjungan tersebut. Ia akan menjadikan nama Ganjar sebagai nama sebuah bukit di desanya.
Pada hari Sabtu (26/3), Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mengunjungi Desa Bangli, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Bali. Kepala Desa Bangli, I Made Adhiasa merasa terhormat atas kunjungan Ganjar. Ia mengatakan akan menjadikan nama Ganjar pada sebuah bukit di desanya. Selama ini bukit yang belum memiliki nama itu menjadi pusatnya tanaman bambu di Desa Bangli.
“Pak Ganjar adalah tokoh nasional yang memberi banyak inspirasi. Apalagi kebetulan bukit ini belum ada namanya. Saya pikir adalah yang penting tokoh-tokoh di sini kita ajak duduk bersama. Ada kata sepakat, ya kita jalankan pemberian nama itu,” kata Adhiasa dikutip dari Jatengprov.go.id pada Sabtu (26/3).
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kapan Beji Sirah Keteng dibangun? Mengutip Instagram @purbosasongko_dalang, Situs Beji Sirah Keteng dibangun pada masa pemerintahan Raja Sri Jayawarsa.
-
Apa yang diterima Pemprov Jateng dari Balai Bahasa? Pada Kamis (10/8), Pemprov Jateng menerima hibah dari Balai Bahasa berupa bangunan gedung permanen dan perangkatnya.
-
Bagaimana cara membuat Jenang Saren? Mengutip Kemdikbud.go.id, bahan utama yang digunakan untuk membuat jenang saren adalah tepung ketan dan gula jawa.
-
Kenapa Candi Jago dibangun? Sejarah Candi Jago dibangun atas inisiasi Raja Kertanegara untuk menghormati mendiang sang ayah, Raja Sri Jaya Wisnuaedhana (1248-1268).
-
Bagaimana cara membuat kue jipang? Berasnya dimasukkan ke situ,” ungkap pemilik kanal YouTube Brent Sastro sembari menunjuk sebuah alat pemanas yang dihubungkan ke gas elpiji. Di sebelahnya, tampak sebuah wajan berisi air gula yang dicampur minyak sedang dipanaskan.
Lalu seperti apa reaksi Ganjar mengetahui namanya akan dijadikan nama sebuah bukit bambu? Berikut selengkapnya:
Bukit Tak Bernama
©jatengprov.go.id
Sebelumnya, bukit hutan bambu di kawasan Banjar Sandan, Desa Bangli, itu merupakan sebuah bukit gundul yang dipenuhi rumput-rumput liar. Pada 2002, Made Adhiasa meminta masyarakat untuk merawatnya. Lalu muncul nama I Wayan Master atau Panarya (81). Pria tua itu berjuang menanam pohon bambu hingga tumbuh rimbun seperti saat ini.
Namun seiring waktu, bukit bambu itu belum memiliki nama, sementara bukit-bukit di sekitarnya sudah diberikan nama. Adhiasa sendiri ingin memberi nama Ganjar pada bukit bambu itu karena Ganjar Pranowo merupakan tokoh nasional pertama yang berkunjung ke sana.
“Saya kira siapapun namanya sah-sah saja. Walaupun pelakunya jelas, saya pun juga termasuk. Hingga saat ini saya masih diberikan kepercayaan oleh rakyat sehingga saya tahu semua perjalanannya,” tutur Adhiasa.
Sosok Paryana
©jatengprov.go.id
Perjuangan Paryana dalam menanam pohon bambu di bukit itu mendapat dukungan dari berbagai pihak, salah satunya Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (Kagama) Bali. Berbagai varietas tanaman bambu disumbangkan Kagama Bali agar bukit yang gundul itu terlihat indah. Harapannya, bukit hutan bambu itu bisa menjadi pusat hutan bambu.
“Jadi di Desa Bangli ini kita bertemu tokoh yang luar biasa yaitu Pak Panarya. Beliau ini yang dulu menghijaukan bukit gundul ini kira-kira 130 hektare dengan bambu. Inilah yang oleh kawan-kawan Kagama bersama Kades akan dijadikan sebagai hutan bambu,” kata Ganjar Pranowo.
Potensi Konservasi
©jatengprov.go.id
Berdasarkan penuturan Paryana, kawasan bukit itu dulunya kering. Sumber air sempat mati. Setelah ditanami bambu, perlahan sumber air mulai membesar dan dapat dinikmati warga sekitar
Potensi konservasi itulah yang nantinya akan ditonjolkan oleh hutan bambu ini. Selain itu ada potensi lain yang akan dikembangkan dari hutan itu, di antaranya potensi wisata dan pemanfaatan bambu.
“Harapan kita ini menjadi pusat bambu, termasuk orang-orang yang akan melakukan studi bambu sampai produk-produk yang bisa dihasilkan. Termasuk pula siapa yang akan membuat narasinya. Sehingga tempat ini menjadi tempat spesial untuk dikembangkan menjadi tempat wisata sekaligus mengonservasi,” ungkap Ganjar.
Ada Aturan Adat
©jatengprov.go.id
Bagi Ganjar, yang menarik dari hutan itu adalah tidak semua orang bisa mengakses langsung bambu yang ada di sana kecuali dimanfaatkan untuk kepentingan umum. Rencananya ke depan hutan itu akan menjadi perhutanan sosial yang mendukung kesejahteraan masyarakat.
“Aturannya ada, adatnya kuat. Artinya, nilai-nilai itu bagus karena orang akan bisa menjaga semuanya. Kita bisa lihat utuh semuanya karena adatnya bagus dan komitmen masyarakat juga bagus,” ujar Ganjar.
(mdk/shr)