Niat Puasa Muharram Hari ke 1 sampai 10, Ketahui Keutamaan dan Waktu Pelaksanaannya
Puasa Muharram adalah anjuran yang punya keutamaan besar. Berikut niat puasa Muharram hari ke 1 sampai 10 lengkap dengan waktu dan keutamannya.
Puasa Muharram adalah anjuran yang punya keutamaan besar. Namun, jangan lupa untuk mengamalkan niatnya sebelum menjalankannya.
Niat Puasa Muharram Hari ke 1 sampai 10, Ketahui Keutamaan dan Waktu Pelaksanaannya
”Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram (suci). Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu.” (QS. At Taubah: 36).
Selain termasuk ke dalam bulan haram, bulan Muharram juga disebut sebagai syahrullah, atau bulan Allah. Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
”Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah puasa pada syahrullah (bulan Allah) yaitu Muharram. Sementara shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam.” (HR. Muslim).
-
Apa keutamaan dari puasa Muharram? Dikutip dari laman NU Online, berikut beberapa keutamaan melaksanakan puasa Muharram:Pertama, puasa Muharram merupakan puasa paling utama. Hal ini sebagaimana disebutkan Rasulullah SAW dalam hadits seperti di atas. Kedua, puasa Muharram juga memiliki keutamaan karena bulan pertama ini termasuk ke dalam empat bulan-bulan mulia atau al-asyhurul hurum.
-
Apa saja keistimewaan 10 Muharram bagi umat Islam? Keistimewaan 10 Muharram atau hari Asyura tentu penting untuk diketahui oleh seluruh umat Islam. Pada hari tersebut, disunnahkan untuk melaksanakan puasa dan memperbanyak dzikir serta istighfar.
-
Apa yang dimaksud dengan doa 10 Muharram Asyura? Doa 10 Muharram Asyura Pertama, akan diberikan beberapa doa 10 Muharram Asyura dan artinya. Beberapa doa 10 Muharram Asyura ini memiliki makna yang dalam. Dengan doa ini, Anda bisa memohon perlindungan, pertolongan, dan rahmat kebaikan kepada Allah. Seperti Allah memberikan pertolongan dan mukjizat pada peristiwa-peristiwa besar yang dialami Nabi pada zaman dahulu.
-
Bagaimana tata cara melakukan puasa di tanggal 10 Muharram? Tata Cara Puasa 10 Muharram Niat puasa 10 Muharram dilakukan sejak malam hari hingga siang sebelum masuk waktu zawal (matahari tergelincir ke barat), dengan syarat belum melakukan hal-hal yang membatalkan puasa sejak terbit fajar atau sejak masuk waktu subuh.
-
Kenapa 10 Muharram disebut hari istimewa? 10 Muharram merupakan tanggal yang istimewa dalam sejarah kenabian. 10 Muharram umumnya ditandai dengan kegiatan puasa Asyura. Namun, ada banyak sejarah nabi yang terjadi pada tanggal ini.
-
Apa saja jenis puasa yang dianjurkan di bulan Muharram? Di bulan ini, umat Muslim dianjurkan untuk menunaikan ibadah puasa sunnah, yaitu puasa Asyura dan Tasu’a.
Kapan Bulan Muharram 2024?
Sebelum mengetahui niat puasa Muharram hari ke 1 sampai 10, ketahui kapan pelaksanannya. Bagi umat muslim, penting untuk mengetahui kapan bulan Muharram dimulai. Hal ini agar kita dapat melaksanakan ibadah-ibadah yang dianjurkan di waktu yang tepat dan tidak terlewat.
Bulan Muharram pada tahun 2024 dimulai pada malam hari Sabtu, 6 Juli, dan berakhir pada senja hari Senin, 5 Agustus. Catat waktunya karena di awal bulan Muharram kita sudah dianjurkan untuk melaksanakan ibadah puasa.
Dalam pelaksanaannya, puasa Muharram bisa dilaksanakan sehari, dua hari, atau bahkan sebulan. Namun, yang lebih utama adalah pada 10 hari awal Muharram termasuk di antaranya puasa Tasu’a (9 Muharram), puasa ‘Asyura (10 Muharram).
Berikut waktu puasa Muharram hari ke 1 sampai 10.
- Puasa 1-8 Muharram: 7-14 Juli 2024.
- Puasa Tasua (9 Muharram): 15 Juli 2024.
- Puasa Asyura (10 Muharram): 16 Juli 2024
Anjuran Berpuasa
Seperti yang disebutkan sebelumnya, di bulan Muharram kita dianjurkan untuk melaksanakan ibadah puasa Muharram.
Puasa di bulan Muharram ini bisa dikerjakan kapan saja, sebanyak yang mampu Anda kerjakan, namun tidak perlu sampai sebulan penuh.
Anjuran untuk berpuasa di bulan Muharram ini pernah disebutkan oleh Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam dalam salah satu hadistnya,
“Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah – Muharram. Sementara shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam.” (HR. Muslim).
Imam Nawawi –rahimahullah– menjelaskan, “Hadits ini merupakan penegasan bahwa sebaik-baik bulan untuk berpuasa adalah pada bulan Muharram.” (Syarh Shahih Muslim).
Meski diperbolehkan untuk puasa sebanyak-banyaknya, disebutkan bahwa 10 hari di awal bulan Muharram adalah yang utama untuk melaksanakan ibadah puasa.
Niat Puasa Muharram Hari Ke 1 sampai 10
Lalu, bagaimana bacaan niat puasa Muharram hari ke 1 sampai 10?
Tidak ada perbedaan pada bacaan niat ketika Anda berpuasa di hari pertama, kedua, atau kapan saja selama masih di bulan Muharram.
Adapun niat puasa Muharram adalah sebagai berikut.
نَوَيْتُ صَوْمَ الْمُحَرَّمِ لِلّٰهِ تَعَالَى
Nawaitu shaumal Muharrami lilâhi ta’âlâ
Artinya, “Saya niat puasa Muharram karena Allah ta’âlâ.
Namun, ada perbedaan bacaan ketika Anda berpuasa di hari kesembilan dan kesepuluh bulan Muharram.
Ini karena hari kesembilan kita akan melaksanakan puasa tasu’a, dan hari kesepuluh adalah waktunya menjalankan puasa asyura.
Berikut adalah bacaan niat puasa tasu’a:
نَوَيْتُ صَوْمَ تَاسُوعَاءَ لِلّٰهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma Tâsû’â-a lilâhi ta’âlâ
Artinya, “Saya niat puasa Tasu’a karena Allah ta’âlâ.”
Sedangkan niat puasa asyura:
نَوَيْتُ صَوْمَ عَاشُورَاءَ لِلّٰهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma Âsyûrâ-a lilâhi ta’âlâ.
Artinya, “Saya niat puasa Asyura karena Allah ta’âlâ.”
Membaca niat puasa Muharram hari ke 1 sampai 10 ini boleh dilakukan di malam hari sebelum puasa di hari esok, dengan rentang waktu selepas Maghrib hingga menjelang fajar tiba.
Bagi yang tidak sempat mengamalkan niat di rentang waktu tersebut, kita masih diperbolehkan berpuasa dengan membaca niat yang sama sampai waktu Dzuhur tiba. Dengan catatan bahwa selepas fajar sampai membaca niat belum melakukan hal-hal yang membatalkan puasa.
merdeka.com
Keutamaan Puasa Muharram
Puasa di bulan Muharram adalah puasa yang paling utama setelah puasa Ramadhan. Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam menyebutkan dalam salah satu hadistnya,
“Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah – Muharram. Sementara shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam.” (HR. Muslim).
Selain itu, puasa di tanggal 10 Muharram, atau puasa asyura juga punya keutamaan yang tak kalah istimewa. Dilansir dari rumaysho.com, dari banyaknya hari di bulan Muharram, tanggal 10 Muharram adalah puasa yang lebih afhol. Hadist yang disebutkan oleh Abu Qotadah Al Anshoriy yaitu,
“Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ditanya mengenai keutamaan puasa Arafah? Beliau menjawab, ”Puasa Arafah akan menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.” Beliau juga ditanya mengenai keistimewaan puasa ’Asyura? Beliau menjawab, ”Puasa ’Asyura akan menghapus dosa setahun yang lalu.”(HR. Muslim).
Bagaimana dengan Puasa Tasu’a pada 9 Muharram?
Terdapat kisah di balik pelaksanaan puasa tasu’a yang dilaksanakan pada 9 Muharram ini. Kisah ini disebutkan dalam hadist Ibnu Abbas radhiyallahu ’anhuma yang berkata bahwa ketika Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam melakukan puasa hari asyura dan memerintahkan kaum muslimin untuk melakukannya, kemudian ada yang berkata,
“Apabila tiba tahun depan –insya Allah (jika Allah menghendaki)- kita akan berpuasa pula pada hari kesembilan.” Ibnu Abbas mengatakan,
“Belum sampai tahun depan, Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam sudah keburu meninggal dunia.” (HR. Muslim).
Imam Asy Syafi’i dan ulama Syafi’iyyah, Imam Ahmad, Ishaq dan selainnya mengatakan bahwa dianjurkan (disunnahkan) untuk berpuasa di hari kesembilan dan kesepuluh sekaligus. Hal ini karena Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam juga berpuasa pada hari kesepuluh dan berniat melakukan puasa di hari kesembilan. (Syarh Muslim).
Terkait hal ini, Ibnu Rajab mengatakan,
”Di antara ulama yang menganjurkan berpuasa pada tanggal 9 dan 10 Muharram sekaligus adalah Imam Asy Syafi’i, Imam Ahmad, dan Ishaq. Adapun Imam Abu Hanifah menganggap makruh jika seseorang hanya berpuasa pada hari kesepuluh saja.” (Latho-if Al Ma’arif).