Penghuni Desa di Pati Ini Hanya Tersisa 4 Keluarga, Ini Alasan Banyak Warga Pindah
Desa Condro yang berada di Kelurahan Karangsumber, Winong, Pati, hanya dihuni empat keluarga. Bahkan para penghuni sebelumnya memutuskan pindah dari desa itu. Lalu apa yang membuat tak banyak warga yang mau tinggal di desa itu?
Tidak seperti desa kebanyakan, Desa Condro yang berada di Kelurahan Karangsumber, Winong, Pati, hanya dihuni empat keluarga. Padahal sebenarnya wilayah desa itu cukup luas dengan banyak sawah dan perkebunan.
Mengutip dari Dream.co.id, dulunya desa itu dihuni tujuh keluarga. Empat keluarga yang bertahan, yaitu keluarga Mbah Giman, Mbah Sani, Mbah Suntoro, dan Mbah Paseman.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kapan Beji Sirah Keteng dibangun? Mengutip Instagram @purbosasongko_dalang, Situs Beji Sirah Keteng dibangun pada masa pemerintahan Raja Sri Jayawarsa.
-
Apa yang diterima Pemprov Jateng dari Balai Bahasa? Pada Kamis (10/8), Pemprov Jateng menerima hibah dari Balai Bahasa berupa bangunan gedung permanen dan perangkatnya.
-
Bagaimana cara membuat Jenang Saren? Mengutip Kemdikbud.go.id, bahan utama yang digunakan untuk membuat jenang saren adalah tepung ketan dan gula jawa.
-
Kenapa Candi Jago dibangun? Sejarah Candi Jago dibangun atas inisiasi Raja Kertanegara untuk menghormati mendiang sang ayah, Raja Sri Jaya Wisnuaedhana (1248-1268).
-
Bagaimana cara membuat kue jipang? Berasnya dimasukkan ke situ,” ungkap pemilik kanal YouTube Brent Sastro sembari menunjuk sebuah alat pemanas yang dihubungkan ke gas elpiji. Di sebelahnya, tampak sebuah wajan berisi air gula yang dicampur minyak sedang dipanaskan.
Lalu apa yang membuat tak banyak warga yang mau tinggal di desa itu? Kenapa pula tiga keluarga yang tadinya tinggal di sana pada akhirnya memilih pindah? Berikut selengkapnya:
Jalanan Rusak
©2022 dream.co.id
Mbah Giman, salah satu kepala keluarga di Desa Condro, mengatakan bahwa desa itu menjadi sepi karena jalanan di desa itu kecil dan rusak sehingga hanya bisa dilewati motor. Apalagi jalanan di sana juga belum diaspal sehingga masih berupa jalan tanah.
Ia menambahkan, jika akses jalan di sana bagus, kemungkinan besar akan lebih banyak keluarga yang bertahan dan tidak meninggalkan desa itu.
“Kalau jalannya bagus, sebenarnya bisa. Cuma materialnya tidak bisa masuk, kurang lebar, untuk memuat pasir kan tidak muat,” ujar Mbah Giman, mengutip dari Dream.co.id.
Gabung dengan Desa Lain
©2022 dream.co.id
Demi menyambung hidup, warga yang bermukim di Desa Condro kebanyakan bekerja sebagai petani. Karena warganya hanya sedikit, mereka harus rela bergabung dengan desa tetangga kalau ada kumpul kampung.
“Pertama menghuni desa ini sejak sebelum Merdeka. Tidak ada RT. Jadi kalau ada kumpulan RT gabung sama Desa Karangmalang,” terang Mbah Giman.
Berharap Bisa Tetap Bertahan
©2022 dream.co.id
Hidup dengan suasana sunyi seperti yang dirasakan warga Desa Condro memang tidak mudah. Untuk menuju ke tempat lain, akses jalan yang harus dilalui cukup sulit. Begitu juga sebaliknya, orang-orang yang ingin berkunjung ke desa itu akan terkendala sarana penghubung yang tidak memadai.
Namun di balik kesulitan yang mereka alami, Mbah Giman berharap warga desa yang tersisa ini bisa bertahan di tengah kesunyian.
“Semoga tetap lestari, tetap ada, dan tidak pindah semua. Condro itu tidak boleh disuruh orang, tidak diambil orang. Itu motor pernah diambil orang, selang dua hari sudah balik lagi,” ujar Mbah Giman.
(mdk/shr)