Penuh Duka, Ini Fakta Terkini Bencana Banjir dan Longsor yang Melanda Jateng
Curah hujan yang kembali tinggi dalam beberapa hari belakangan menyebabkan peristiwa banjir dan longsor pada beberapa tempat di Jawa Tengah. Di Cilacap, sebanyak 31 desa dari 10 kecamatan terendam banjir. Di Sumpiuh, Banyumas, bencana longsor mengakibatkan 5 orang tewas tertimbun.
Curah hujan tinggi dalam beberapa hari belakangan menyebabkan peristiwa banjir dan longsor di beberapa tempat di Jawa Tengah, khususnya di Kabupaten Cilacap dan Banyumas. Di Cilacap, sebanyak 31 desa dari 10 kecamatan terendam banjir.
Oleh karena itu, banyak warga yang harus mengungsi. Karena banjir meluas, merekap harus pindah pengungsian. Hingga Rabu (18/11) sore, belum ada bantuan makanan maupun kesehatan dari pemerintah.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kapan Beji Sirah Keteng dibangun? Mengutip Instagram @purbosasongko_dalang, Situs Beji Sirah Keteng dibangun pada masa pemerintahan Raja Sri Jayawarsa.
-
Apa yang diterima Pemprov Jateng dari Balai Bahasa? Pada Kamis (10/8), Pemprov Jateng menerima hibah dari Balai Bahasa berupa bangunan gedung permanen dan perangkatnya.
-
Bagaimana cara membuat Jenang Saren? Mengutip Kemdikbud.go.id, bahan utama yang digunakan untuk membuat jenang saren adalah tepung ketan dan gula jawa.
-
Kenapa Candi Jago dibangun? Sejarah Candi Jago dibangun atas inisiasi Raja Kertanegara untuk menghormati mendiang sang ayah, Raja Sri Jaya Wisnuaedhana (1248-1268).
-
Bagaimana cara membuat kue jipang? Berasnya dimasukkan ke situ,” ungkap pemilik kanal YouTube Brent Sastro sembari menunjuk sebuah alat pemanas yang dihubungkan ke gas elpiji. Di sebelahnya, tampak sebuah wajan berisi air gula yang dicampur minyak sedang dipanaskan.
Tak cukup sampai di situ, bencana juga menimpa warga Banyumas. Di Desa Banjarpanepen, Kecamatan Sumpiuh, bencana longsor mengakibatkan 5 orang tewas tertimbun. Bahkan, salah seorang korban ditemukan terlempar hingga 20 meter di dekat sungai. Begini kronologinya:
Duka di Banyumas
©2020 liputan6.com
Di Kecamatan Sumpiuh, Banyumas, ada lima warga yang tewas tertimbun tanah longsor yang terjadi pada Selasa (17/11) dini hari. Proses evakuasi itu berlangsung hingga berhari-hari dan berjalan dramatis. Banjir tangisan pecah saat petugas evakuasi menemukan keberadaan jenazah korban.
Lima korban tewas itu adalah Basuki (52), Wagiati (38), Yudas (7), Lucas (11), dan Wagimin (42). Diduga, longsor terjadi akibat kontur tanah yang labil di wilayah tersebut.
“Tipe tanahnya merah dan karakteristiknya gembur, sehingga mudah longsor,” kata Koordinator Tagana Banyumas Adi Chandra dikutip dari Liputan6.com pada Rabu (18/11).
Banjir Cilacap yang Tak Kunjung Reda
©2020 liputan6.com
Di Cilacap, banjir menggenang 31 desa yang tersebar di 10 kecamatan. Akibat banjir itu, tercatat 1 orang meninggal dunia dan 1 lainnya masih hilang. Hingga Rabu (18/11) malam, total ada 15.667 keluarga yang terdampak banjir. Dari jumlah itu, 638 di antaranya harus mengungsi.
“Korban meninggal dunia bernama Darwan (35), warga Desa Kertajaya RT 04 RW 01 Kecamatan Gandrungmangu, sedangkan yang masih dalam pencarian bernama Rohisca Ibrahim (15). Hingga saat ini, petugas gabungan masih mencari keberadaan korban,” ungkap Kepala Bidang Logistik dan Kedaruratan BPBD Cilacap, Heru Kurniawan.
Pengungsi Belum Peroleh Bantuan
©2020 liputan6.com
Sementara itu di pengungsian, para pengungsi banjir Cilacap terus bertambah. Mereka pada umumnya merupakan kelompok rentan seperti bayi, balita, ibu hamil, lansia, dan orang sakit. Sebelumnya, mereka mengungsi di musala yang berada di tengah pemukiman kampung mereka. Namun, air yang terus naik membuat mereka harus berpindah tempat.
Hingga Rabu sore (18/11), mereka belum mendapat bantuan makanan dan obat-obatan dari pemerintah. Bahkan sudah ada para pengungsi yang terserang gatal-gata.
“Menunggu kiriman kan belum ada. Jadi kami masak sendiri. Kami butuh makanan dan air bersih karena air PAM-nya itu bau banget,” ungkap Suminah (55), salah seorang pengungsi asal Desa Sudagaran, Kecamatan Sidareja.