Penuh Tantangan, Begini Cerita di Balik Vaksinasi ODGJ di Klaten
Vaksinasi merupakan salah satu cara untuk menghentikan penyebaran virus COVID-19. Sasaran vaksinasi adalah kelompok umur orang dewasa tak terkecuali dari berbagai kalangan termasuk ODGJ. Karena memiliki gangguan psikologis, bagi petugas medis memberi vaksin pada ODGJ merupakan tantangan tersendiri.
Vaksinasi merupakan salah satu cara untuk menghentikan penyebaran virus COVID-19 dengan membentuk kekebalan kelompok di tengah masyarakat. Namun demi mencapai tujuan itu, perlu banyak orang yang divaksin. Sementara itu angka rasio vaksinasi COVID-19 di Indonesia masih sangat rendah (17,33% untuk dua dosis per orang).
Maka dari itu, tak ada pilihan lain semua orang dewasa harus divaksin. Sasaran vaksin ditujukan untuk berbagai kalangan, baik tua maupun muda, kaya maupun miskin, maupun kalangan-kalangan lainnya termasuk orang dengan gangguan jiwa (ODGJ).
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kapan Beji Sirah Keteng dibangun? Mengutip Instagram @purbosasongko_dalang, Situs Beji Sirah Keteng dibangun pada masa pemerintahan Raja Sri Jayawarsa.
-
Apa yang diterima Pemprov Jateng dari Balai Bahasa? Pada Kamis (10/8), Pemprov Jateng menerima hibah dari Balai Bahasa berupa bangunan gedung permanen dan perangkatnya.
-
Bagaimana cara membuat Jenang Saren? Mengutip Kemdikbud.go.id, bahan utama yang digunakan untuk membuat jenang saren adalah tepung ketan dan gula jawa.
-
Kenapa Candi Jago dibangun? Sejarah Candi Jago dibangun atas inisiasi Raja Kertanegara untuk menghormati mendiang sang ayah, Raja Sri Jaya Wisnuaedhana (1248-1268).
-
Bagaimana cara membuat kue jipang? Berasnya dimasukkan ke situ,” ungkap pemilik kanal YouTube Brent Sastro sembari menunjuk sebuah alat pemanas yang dihubungkan ke gas elpiji. Di sebelahnya, tampak sebuah wajan berisi air gula yang dicampur minyak sedang dipanaskan.
Karena memiliki gangguan psikologis, memberi vaksin pada ODGJ merupakan tantangan sendiri. Hal itulah yang dirasakan petugas vaksinasi asal Klaten saat hendak menyuntikkan vaksin pada ODGJ. Berikut selengkapnya:
Penuh Tantangan
©2021 Liputan6.com/Herman Zakharia
Melayani vaksinasi untuk orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) tak semudah melayani vaksinasi orang-orang pada umumnya. Hal itulah yang dirasakan Novi Tri Susanto, Kepala Puskesmas I Cawas saat mengawal vaksinasi ODGJ dan disabilitas di wilayahnya melalui program Safari Vaksin.
“Tugas vaksinasi untuk kaum ODGJ itu penuh tantangan. Ada yang takut, lalu petugas ditinggal lari. Ada yang harus dibujuk dan diiming-imingi uang baru mau divaksin. Jadi menarik. Kemarin pasien kita ‘suap’ dengan uang Rp10 ribu, baru mau divaksin,” ungkap Novi dikutip dari Jatengprov.go.id pada Jumat (1/10).
Jemput Bola
©2021 Liputan6.com/Herman Zakharia
Demi mempercepat cakupan vaksinasi, Novi dan tim program Safari Vaksin harus melayani vaksinasi masyarakat dengan metode jemput bola. Apalagi demi melayani kaum ODGJ dan kaum disabilitas.
“Kita lakukan secara ‘door to door' untuk melayani (vaksinasi) mereka. Apalagi mereka sulit untuk mengkondisikan. Apalagi jika harus dibawa ke tempat vaksin, tentu mereka kurang nyaman,” kata Novi.
Jenis Vaksin yang Digunakan
©2021 AFP/Juni Kriswanto
Novi bercerita, saat proses pemberian vaksin, sempat ada warga ODGJ yang menolak untuk divaksin. Namun bagi Novi di situlah tantangannya. Apalagi reaksi yang mereka timbulkan bermacam-macam saat tahu mereka hendak divaksin.
Ia mengatakan, jenis vaksin yang digunakan dalam vaksinasi pada ODGJ adalah dua dosis vaksin jenis Sinopharm yang diberikan secara bertahap.
Ada sekitar 20 warga ODGJ dan disabilitas yang bisa divaksin. Kisarannya mereka adalah terealisasi 50 persen. Kita berharap target sasaran ODGJ di Cawas bisa terealisasi semua,” tutur Novi dikutip dari Jatengprov.go.id.