Mengenang Tragedi Tenggelamnya Kapal Sewol Korea Selatan, 16 April 7 Tahun Lalu
Kasus ini juga terjadi pada peristiwa 16 April 2014 lalu, di mana Kapal Sewol yang mengangkut mayoritas murid Danwon High School, Ansan, Korea Selatan mengalami kecelakaan sehingga menyebabkan kapal karam.
Melakukan liburan memang menjadi kegiatan yang menyenangkan bagi setiap orang. Dengan mengambil waktu untuk berlibur bisa merasakan suasana baru yang lebih segar dari biasanya. Sehingga rasa penat dari aktivitas keseharian dapat sedikit terobati dengan melakukan perjalanan liburan bersama.
Bukan hanya dilakukan bersama keluarga, perjalanan liburan ini biasanya juga menjadi agenda rutin sekolah untuk memberangkatkan satu angkatan murid dalam kegiatan study tour. Selain untuk memberikan suasana baru yang menyenangkan bagi para murid, kegiatan ini juga dimaksudkan agar murid bisa belajar dari lingkungan sekitar. Sehingga fungsi edukasi dan rekreasi bisa didapatkan secara bersamaan.
-
Apa yang diterima Pemprov Jateng dari Balai Bahasa? Pada Kamis (10/8), Pemprov Jateng menerima hibah dari Balai Bahasa berupa bangunan gedung permanen dan perangkatnya.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kenapa bantuan pangan diberikan di Jateng? “Bantuan ini sebagai bentuk kepedulian dan perhatian pemerintah kepada masyarakat. Hingga saat ini masih banyak masyarakat yang masih membutuhkan,” kata Nana.
-
Siapa yang mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada terhadap bencana kekeringan di Jateng? Namun Pak Suharyanto mengingatkan masyarakat bahwa meski tidak ada dampak El Niño, namun bencana kekeringan di Jawa Tengah masih mungkin terjadi, sehingga tetap perlu waspada.
-
Siapa yang menerima bantuan pangan di Jateng? Ada sebanyak 3.583.000 keluarga penerima manfaat di Jawa Tengah yang bakal menerima bantuan tersebut.
-
Bagaimana warga Jateng merayakan kemenangan Timnas Indonesia? Setelah pertandingan selesai, mereka larut dalam euforia. Beberapa warga menyalakan kembang api untuk merayakan kemenangan bersejarah itu.
Meskipun begitu, dalam perjalanan liburan ini tidak luput dari berbagai peristiwa yang mengancam keselamatan. Terdapat banyak kasus rombongan wisata yang mengalami kecelakaan transportasi saat melakukan kegiatan liburan. Kasus ini juga terjadi pada peristiwa 16 April 2014 lalu, di mana Kapal Sewol yang mengangkut mayoritas murid Danwon High School, Ansan, Korea Selatan mengalami kecelakaan sehingga menyebabkan kapal karam.
Ini menjadi salah satu tragedi mengerikan yang diingat oleh masyarakat korea. Bukan tanpa alasan, peristiwa yang dinilai atas kelalaian kapten kapal ini telah merenggut nyawa 304 penumpang dan awak. Dilansir dari Liputan6.com, berikut kami merangkum sejarah peristiwa 16 April 2014 atas tragedy tenggelamnya Kapal Sewol Korea Selatan yang perlu diketahui.
Kronologi Tenggelamnya Kapal Sewol
©2021 Merdeka.com/ Park Gyung-woo/Hankookilbo/AP
Peristiwa 16 April 2014, tenggelamnya Kapal Sewol bermula ketika Kapal Feri ini berlayar dari Incheon menuju Pulau Jeju, Korea Selatan. Pada saat itu, Kapal Sewol mengangkut 476 orang, yang mayoritas adalah murid Danwon High School Kota Ansan yang melakukan perjalanan darma wisata.
Pada pukul 08.40 pagi, para penumpang tengah menikmati sarapan yang disajikan di kafetaria. Pada saat yang bersamaan, kapal melalui memasuki Selat Maenggol yang terkenal memiliki arus bawah laut yang kuat. Tak lama saat memasuki anjungan, kapal dikendalikan oleh third mate yang belum berpengalaman dan harus menghadapi perairan paling menantang. Kemudian tiba-tiba kapal berbelok tajam, miring, lalu terbalik. Beberapa saat akhirnya kapal karam di di lepas pantai Pulai Jindo.
Saat kejadian tersebut, tak ada panggilan darurat yang dilakukan oleh awak kapal. Namun terdapat satu murid yang melakukan panggilan pada stasiun pemadam kebakaran setempat untuk meminta pertolongan. Butuh beberapa saat untuk mengidentifikasi bahwa kapal tersebut adalah Kapal Sewol. Setelah itu, beberapa kala dan helikopter penyelamat bergegas mendatangi lokasi untuk melakukan penyelamatan.
Bukan hanya itu, puluhan tentara dan ratusan penyelam dikerahkan untuk mencari penumpang dan awak kapal yang menjadi korban. Proses penyelamatan ini juga mendapat bantuan dari kapal perang Amerika Serikat, USS Bonhomme Richard yang sedang berpatroli di kawasan tersebut. Dari hasil penyelamatan, sebanyak 304 penumpang dan awak kapal ditemukan dalam keadaan tak bernyawa, dan hanya 172 orang yang berhasil selamat.
Kapten Kapal Dicaci
Pada peristiwa 16 April 2014 yang melibatkan tragedi kecelakaan Kapal Sewol tersebut, kapten kapal. Lee Joon-Seok menjadi sasaran hujatan dari masyarakat Korea Selatan. Pria yang berumur 69 tahun tersebut dianggap pihak yang bertanggung jawab atas kelambatan evakuasi saat peristiwa tersebut terjadi.
Proses evakuasi baru dilakukan setengah jam sejak alarm darurat dibunyikan. Saat itu, kapten kapal terbukti tertangkap kamera mengenakan jaket pelampung saat diselamatkan dari dek atas Sewol. Ia bahkan sengaja meninggalkan kapal yang terbaring dan mengabaikan kepanikan para penumpangnya.
Saat ditanya mengenai evakuasi yang lambat, Lee berdalih, bahwa ia khawatir para penumpang akan hanyut jika mereka meninggalkan kapal tanpa kondisi yang tepat. Namun bukti terakhir justru menunjukkan bahwa sebagian penumpang yang selamat adalah mereka yang memilih terjun ke laut. Sementara penumpang yang mematuhi perintah kapten dan diam di kapal menjadi korban yang tidak selamat.
Selain itu, Lee sempat menjelaskan bahwa sebelumnya ia sudah memberikan instruksi mengenai rute pada awak kapal. Kemudian ia izin untuk pergi ke kamar tidurnya, dan terjadilah kecelakaan yang menewaskan ratusan orang tersebut.
Ditemukan Banyak Jasad Berdesakan di Ruangan Kapal
©2021 Merdeka.com/HANDOUT / SOUTH KOREAN MARITIME MINISTRY / AFP
Pada peristiwa 16 April 2014 saat Kapal Sewol mengalami kecelakaan dan mengakibatkan kapal karam, terdapat hal menarik yang ditemukan dalam proses penyelamatan. Kapal yang tenggelam dengan posisi miring, menyebabkan kabin-kabin kapal terbalik. Sehingga para penyelam harus menyusuri lorong-lorong sempit untuk mencari korban.
Dalam pencarian tersebut, penyelam menemukan sekitar 48 jasad yang berdesakan di salah satu ruangan sempit dengan memakai jaket penyelam. Kapten Angkatan Laut Kim Jin-Hwang saat itu menjelaskan bahwa temuan tersebut diduga, banyak penumpang yang terjebak saat kapal miring dan mulai tenggelam.
Meskipun telah ditemukan lokasi korban, namun para penyelam mengalami kesulitan dalam mengevakuasi jasad yang ditemukan. Pada kondisi kapal yang terbalik dan segala sesuatu mengambang menjadi kendala berat bagi para penyelam untuk melakukan penyelamatan.
Penyelidikan Tragedi Pelayaran Terbesar di Korea Selatan
Peristiwa 16 April 2014 yang melibatkan tenggelamnya Kapal Sewol ini dinilai sebagai tragedi terbesar di dunia pelayaran Korea Selatan. Hal inilah yang mendorong dilakukannya penyelidikan guna mengungkap kesalahan yang menjadi penyebab peristiwa ini, termasuk dugaan modifikasi kapal yang kemungkinan berpengaruh pada keseimbangan kapal.
Ternyata ditemukan, bahwa modifikasi itu telah dilakukan pada tahun 2013 setelah Sewol dibeli oleh perusahaan Jepang. Hasil modifikasi tersebut memungkinkan penambahan kapasitas penumpang dari 804 menjadi 921 orang.
Dalam penyelidikan tersebut, aparat juga telah menahan kapten dan awak kapal untuk dugaan penyelidikan kriminal. Selain itu, penyidik juga mencari 20 organisasi yang berafiliasi dengan operator Kapal Feri tersebut. Termasuk menggeledah rumah Yoo Byung-Eun, seorang miliarder di mana keluarganya mengoperasikan Kapal Sewol tersebut.
(mdk/ayi)