Perusahaan Dinilai Sulit Hadapi Kaum Milenial, Ini Tanggapan Wali Kota Semarang
Dalam pertemuannya dengan perwakilan BUMN dan perusahaan swasta lainnya di Kota Semarang, pria yang akrab disapa Hendi itu menginginkan agar tiap perusahaan lebih mendengar dan memberi kesempatan pada anak muda.
Dewasa ini, kaum milenial mulai meramaikan persaingan di dunia kerja. Namun fenomena ini memunculkan masalah baru, salah satunya adalah gap antar generasi yang bisa berakibat pada munculnya konflik internal.
Hal inilah yang mendapat sorotan dari Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi. Dalam pertemuannya dengan perwakilan BUMN dan perusahaan swasta lainnya di Kota Semarang, pria yang akrab disapa Hendi itu menginginkan agar tiap perusahaan lebih mendengar dan memberi kesempatan pada anak muda.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kapan Beji Sirah Keteng dibangun? Mengutip Instagram @purbosasongko_dalang, Situs Beji Sirah Keteng dibangun pada masa pemerintahan Raja Sri Jayawarsa.
-
Apa yang diterima Pemprov Jateng dari Balai Bahasa? Pada Kamis (10/8), Pemprov Jateng menerima hibah dari Balai Bahasa berupa bangunan gedung permanen dan perangkatnya.
-
Bagaimana cara membuat Jenang Saren? Mengutip Kemdikbud.go.id, bahan utama yang digunakan untuk membuat jenang saren adalah tepung ketan dan gula jawa.
-
Kenapa Candi Jago dibangun? Sejarah Candi Jago dibangun atas inisiasi Raja Kertanegara untuk menghormati mendiang sang ayah, Raja Sri Jaya Wisnuaedhana (1248-1268).
-
Bagaimana cara membuat kue jipang? Berasnya dimasukkan ke situ,” ungkap pemilik kanal YouTube Brent Sastro sembari menunjuk sebuah alat pemanas yang dihubungkan ke gas elpiji. Di sebelahnya, tampak sebuah wajan berisi air gula yang dicampur minyak sedang dipanaskan.
Lantas bagaimana tanggapan Wali Kota Semarang itu terkait dengan fenomena kaum milenial di dunia kerja ini? berikut selengkapnya:
Keterlibatan Milenial pada Aktivitas Perusahaan
©2020 Merdeka.com/Danny Adriadhi Utama
Hendi mengungkapkan, ada 9 persen milenial yang tak dilibatkan sama sekali pada aktivitas perusahaan. Sementara itu 66 persen lainnya hanya dilibatkan pada sebagian aktivitas perusahaan. Sedangkan dari sebuah survei, hanya 25 persen milenial yang merasa dilibatkan pada aktivitas menyusun strategi perusahaan tempat mereka bekerja.
Hingga akhirnya dari hasil tersebut disimpulkan bahwa sebagian milenial tidak loyal dalam bekerja.
“Padahal menurut analisis seorang Hendi, itu bukan salah pekerjanya. Tapi mungkin salah pemimpinnya yang tidak bisa mengikuti perkembangan zaman,” tegas Hendi dalam akun Instagramnya pada Senin (1/11).
Kelemahan Pemimpin Saat Ini
©2012 Merdeka.com
Hendi menambahkan, kelemahan pemimpin perusahaan saat ini adalah banyak bicara tapi tidak mau mendengarkan bawahan.
“Kalau kita jadi bawahan, terus hidup kita diomongin aja tanpa pernah mengungkapkan apa yang kita inginkan, kira-kira kita senang tidak? Nah makanya belajar mendengarkan. Kalau kita masuk wilayah ini Insya Allah akan sejalan dengan apa yang akan dikembangkan Pemkot Semarang,” kata Hendi.
Konsep "New Wave Leadership"
Dalam kesempatan itu Hendi juga mengingatkan tentang bonus demografi yang diperoleh Kota Semarang di mana angkatan kerja akan didominasi kaum milenial. Berkaitan dengan hal ini, Hendi meminta perusahaan untuk menjalankan kepemimpinan gaya baru dengan lebih memahami karakteristik anak muda saat ini. Dia menjelaskan, anak muda saat ini lebih mengedepankan eksistensi diri ketimbang uang, terlebih lagi soal sanksi maupun pemberhentian kerja.
Oleh karena itu, pemimpin perusahaan diharapkan lebih dapat memberi ruang untuk anak muda di perusahaan masing-masing dalam merealisasikan idenya yang bisa saja menjadi inovasi baru.
Dia pun mengenalkan konsep “New Wave Leadership” yang tidak lagi menonjolkan reward dan punishment dalam mengelola SDM.