Pulang ke Magelang, Wanita Asal Belanda Temukan Rumah Masa Kecilnya Setelah 76 Tahun
Yvone terlahir dari ayahnya yang merupakan keturunan Belanda dan ibunya yang merupakan orang Jawa. Pada tahun 1949, usia Yvone masih 14 tahun. Dia punya dua adik yang masing-masing berusia 11 dan 9 tahun. Namun pada tahun itu, Yvone mengikuti ayahnya kembali ke Belanda.
Pada saat Jepang masuk ke Indonesia tahun 1942, banyak warga Belanda ditawan. Mereka beserta keluarga harus meninggalkan rumah mereka untuk menjalani penawanan itu. Pada saat setelah pengakuan Belanda atas kedaulatan Indonesia pada tahun 1949, banyak warga Belanda yang kemudian memilih angkat kaki dan pulang ke negara asalnya. Hal itu pula yang harus dialami Yvone Sonja ten Hoor-Heintz.
Dilansir dari kanal YouTube Bagus Priyana Magelang pada 6 April 2020, Yvone terlahir dari ayahnya yang merupakan keturunan Belanda dan ibunya yang merupakan orang Jawa. Pada tahun 1949, usia Yvone masih 14 tahun. Dia punya dua adik yang masing-masing berusia 11 dan 9 tahun. Namun pada tahun itu, Yvone mengikuti ayahnya kembali ke Belanda, meninggalkan kampung halamannya di Magelang beserta ibu dan kedua adiknya.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kapan Beji Sirah Keteng dibangun? Mengutip Instagram @purbosasongko_dalang, Situs Beji Sirah Keteng dibangun pada masa pemerintahan Raja Sri Jayawarsa.
-
Apa yang diterima Pemprov Jateng dari Balai Bahasa? Pada Kamis (10/8), Pemprov Jateng menerima hibah dari Balai Bahasa berupa bangunan gedung permanen dan perangkatnya.
-
Bagaimana cara membuat Jenang Saren? Mengutip Kemdikbud.go.id, bahan utama yang digunakan untuk membuat jenang saren adalah tepung ketan dan gula jawa.
-
Kenapa Candi Jago dibangun? Sejarah Candi Jago dibangun atas inisiasi Raja Kertanegara untuk menghormati mendiang sang ayah, Raja Sri Jaya Wisnuaedhana (1248-1268).
-
Bagaimana cara membuat kue jipang? Berasnya dimasukkan ke situ,” ungkap pemilik kanal YouTube Brent Sastro sembari menunjuk sebuah alat pemanas yang dihubungkan ke gas elpiji. Di sebelahnya, tampak sebuah wajan berisi air gula yang dicampur minyak sedang dipanaskan.
Setelah sekian lama berpisah, pada tahun 1988 Yvone dapat bertemu kembali dengan adik-adiknya di Magelang. Setelah itu, ia sempat mengunjungi kota kelahirannya sebanyak 7 kali. Namun tak pernah sama sekali ia menelusuri rumah masa kecil bule Belanda ini di Magelang. Baru pada tahun 2018, dengan bantuan Bagus Priyana dari komunitas Kota Toea Magelang ia melacak rumah masa kecilnya yang telah ia tinggalkan 76 tahun lamanya.
Tak Mampu Mengingat
©YouTube/Bagus Priyana Magelang
Saat menyusuri Jalan Merpati yang diduga menjadi lokasi rumah masa kecilnya, Yvone melihat sudah banyak perubahan. Ia mengatakan, dulunya jalan sempit itu bernama Gang Botton Nambangan. Tapi saat berjalan kaki menyusuri tempat itu, ia sudah tak mampu mengingat lagi di mana rumah yang pernah ia tinggali 76 tahun silam.
Bagus Priyana kemudian mengajaknya ke rumah Tante Mary (86 tahun) yang berada di ujung jalan itu. Pada Tante Mary, Yvone menceritakan kisahnya saat masih tinggal di kawasan itu pada tahun 1935-1942.
Mendengar cerita Yvone, Tante Mary mengatakan bahwa orang-orang yang tinggal di sekitar situ kebanyakan berasal dari Indonesia Timur, khususnya daerah Flores dan Timor. Tante Mary pun tidak kenal dengan oma Cristhine Heintz yang merupakan oma-nya Yvone. Karena merasa jawabannya tak memuaskan, Tante Mary meminta Yvone berkunjung ke rumah Oma Martha yang berada di Botton Tengah.
Perjalanan Nostalgia
©YouTube/Bagus Priyana Magelang
Rumah Oma Martha sebenarnya tak jauh dari rumah Tante Mary. Sekitar 10 menit berjalan kaki. Hujan gerimis mengiringi perjalanannya hari itu. Bagi Yvone, perjalanan itu menjadi semacam nostalgia. Dalam perjalanan itu, ia melihat Kali Bening, lokasi ia bermain saat masa kecilnya dulu. Lalu ada pula saluran air selebar 5 meter yang dulunya juga menjadi tempat Yvone bermain. Setelah melewati gang sempit, sampailah ia di rumah Oma Martha.
Saat bertemu Oma Martha, Yvone terkejut mengetahui perempuan baya itu ternyata masih sanggup berbahasa Belanda. Walau usianya telah 89 tahun, dia tampak bugar dan ingatannya masih terjaga dengan baik. Yvone menceritakan kisah masa kecilnya di Botton Nambangan pada Oma Martha.
Oma Martha membenarkan bahwa dulu banyak tinggal warga keturunan Belanda atau orang Indo di gang sebelah barat rumahnya. Bahkan saat Yvone menyebut nama-nama tetangganya dulu, Oma Martha masih mengingatnya dengan baik.
Rumah Masa Kecil
©YouTube/Bagus Priyana Magelang
Setelah hujan mulai reda, Yvone pamit dan bergegas menuju rumah yang ditunjukkan oleh Oma Martha. Di tengah gerimis, ia berjalan begitu cepat melintasi sebuah gang beraspal selebar 1,5 meter. Saking cepatnya, Yvone sampai melewatkan rumah bercat putih yang selama ini ia cari.
Rumah itu bergaya tradisional dengan dinding tembok menghadap ke selatan. Rumah itu tertutup rapat karena penghuninya tidak ada di rumah. Di depan rumah itu, Yvone terdiam cukup lama. Saat itu pula ia teringat kembali tentang kenangan masa kecilnya saat masih tinggal di rumah itu.
Sewaktu ia kecil, oma Yvone mengasuhnya di rumah itu. Ia menyewa rumah itu dari seorang wanita bernama Groen. Tak hanya Yvone dan omanya, di rumah itu tinggal pula keluarga Leifheit dan Wals. Masing-masing keluarga itu punya anak kecil yang sepantaran dengan Yvone. Hari-hari masa kecil ia habiskan dengan bermain bersama mereka. Selain itu, ada Lien anak dari Groen, serta anak-anak dari keluarga Portier, Boshard, dan Huwaij.
Tak cukup lama menatap rumah masa kecilnya, Yvone harus mengakhiri perjalanan nostalgianya. Sepanjang perjalanan pulang, ia masih bisa mengenal beberapa rumah tetangganya yang masih terjaga keasliannya. Hari beranjak sore. Namun gerimis tipis masih mengiringi perjalanan pulang Yvone seolah mengerti perasaannya.