Rumahnya Beberapa Kali Hampir Terbakar, Begini Kabar Terbaru Wanita yang Tinggal di Gubuk Terpencil Tengah Hutan Rembang
Gubuk tempat ia selama ini tinggal beberapa kali nyaris terbakar karena dampak pembakaran lahan dari orang tidak dikenal.
Pada tahun 2020 lalu, sempat viral kisah seorang perempuan yang tinggal di tengah hutan Rembang bernama Kartini. Sejak suaminya meninggal dunia, ia harus hidup sendiri menafkahi ketiga anaknya.
Ia memutuskan tinggal di hutan belantara karena tergiur dengan penawaran lahan yang diklaim memiliki prospek keuntungan yang tinggi dengan adanya rumor bahwa di sekitar lahan akan dibuat pertanian tebu.
-
Kenapa Pak Kasimin memilih tinggal di tengah hutan? Tak ada pilihan lain bagi Pak Kasimin selain tinggal di tengah hutan. Rumah yang ia tempati merupakan warisan orang tuanya.
-
Di mana petani Pangandaran bercocok tanam di hutan? Mereka harus berjalan jauh dari tempat tinggal, bahkan harus menginap di saung-saung yang dibangun untuk beristirahat dan mengumpulkan hasil panen sayur dan buah.
-
Dimana habitat asli dari kambing gunung? Asli dari Pegunungan Rocky Amerika Utara
-
Kenapa kambing gunung hidup di ketinggian? Tujuannya agar terhindar dari pemangsa.
-
Kenapa Ibu Hartini membuka warung di tengah hutan? Walaupun membuka warung di hutan yang sepi, namun Ibu Hartini mengaku tidak takut.
-
Bagaimana hutan awan terbentuk? Ketika udara tersebut naik dan mendingin, awan terbentuk saat bertemu dengan lereng gunung yang tinggi. Melalui fenomena ini, awan menyaring melalui tajuk pepohonan di mana uap air pada daun atau jarum pohon bergabung menjadi tetesan yang lebih besar.
Untungnya lahan yang ia beli itu tanahnya subur. Di sana ia berhasil menanam berbagai macam sayuran hingga buah-buahan yang dibutuhkan untuk keperluan sehari-hari.
Kini empat tahun telah berlalu. Kartini masih betah hidup sendirian di tengah hutan. Lalu seperti apa ia menjalani hari-harinya? Berikut selengkapnya:
Memendam Kegelisahan
Melalui video yang diunggah Minggu (21/10), pemilik kanal YouTube Musyafa Musa berkesempatan untuk mengunjungi rumah Ibu Kartini dan mengadakan sesi wawancara di sana.
Ibu Kartini memberi sambutan hangat pada Musyafa Musa. Walaupun hampir berusia 60 tahun, secara fisik ia tampak sehat. Selain itu wajahnya tampak lebih segar. Namun dari lubuk hatinya, Kartini memendam kegelisahan.
Ia bercerita gubuk tempat ia selama ini tinggal beberapa kali nyaris terbakar karena dampak pembakaran lahan dari orang tidak dikenal. Saat itu api membakar habis lahan hingga pohon-pohon di belakang gubuknya.
- Rumah Terbakar di Bekasi, Wanita Hamil 8 Bulan dan Adik Laki-Laki Tewas
- Wanita Ini Beri Kejutan Orang Tua Pulang Tanpa Kabar Setelah Merantau 7 Tahun Lebih, Bikin Haru
- Sederhana Berlapis Kayu & Berlantai Semen Namun Kini Hangus dan Jadi Abu, Ini 8 Potret Rumah Masa Kecil Fikoh LIDA Sebelum Terbakar
- 15 Rumah Terbakar di Kwitang Jakpus, 1 Orang Meninggal Dunia
Memadamkan Api Sendirian
Saat itu Kartini sempat panik. Ia berusaha keras memadamkan api itu sendirian. Karena hembusan angin kencang saat musim kemarau, api jadi sulit dikendalikan. Sebagian tanaman yang selama ini menjadi pagar pembatas rumahnya juga ikut hangus terbakar. Beruntung ia masih dapat mencegah lahap api menjalar hingga sampai rumahnya. Namun peristiwa yang sudah dua kali terjadi itu membuatnya trauma.
“Peristiwa itu terjadi tahun lalu. Pohon pisang saya yang subur dari utara sampai ke selatan mati semua. Nggak ada yang bisa saya mintai tolong. Bahkan penggarap lahannya saja, sudah saya kabari, dia nggak mau tahu,” kata Kartini dikutip dari kanal YouTube Musyafa Musa.
Harus Berhemat Air
Selain kebakaran, masalah air juga menjadi tantangan bagi Kartini. Ia harus berhemat antara memenuhi kebutuhan air untuk keperluan sehari-hari dan berbagi dengan tanaman. Ia pun bersyukur listrik pembangkit tenaga surya di samping gubuknya masih mampu menyedot air dari penampungan air di samping gubuknya.
“Alhamdulillah puji syukur sampai detik ini saya masih dikasih air. Tapi saya jaga, saya hati-hati, karena ini puncak musim kemarau. Ini sudah satu bulan ini saya nggak nyiram pohon lagi. Kemarin itu listriknya juga bermasalah, gara-gara itu satu minggu saya nggak bisa mengambil air,” tutur Kartini.
Anak-Anak Kartini
Hari-hari Kartini dihabiskan dengan bertani. Belakangan ia semangat menanam kunyit karena harganya yang lumayan. Sementara itu ketiga anaknya tinggal di luar kota dan sudah berkeluarga.
Walaupun tinggal sendiri, ia mengaku terhibur begitu mendengar kabar dari anak-anaknya. Anak pertamanya kini sudah punya anak sehingga Kartini sekarang sudah menjadi seorang nenek. Sementara putri keduanya baru saja menyelesaikan kuliah S2 di New Zealand, sementara itu putri ketiganya tinggal di Korea bersama suaminya.
Tak terasa hari sudah malam. Musyafa Musa pamit pada Kartini untuk pulang ke Rembang.