Serunya Warga Tuna Netra di Solo Belajar Al Quran, Tanamkan Kepercayaan Jiwa
Puluhan warga tuna netra di RPS Disabilitas Netra Bhakti Candrasa Surakarta melakukan kegiatan tadarus Al Quran dengan huruf braile. Kegiatan itu dilakukan untuk menanamkan kepercayaan jiwa mereka.
Bulan Ramadan menjadi momen bagi warga, khususnya umat Muslim untuk mendulang pahala. Tak peduli kondisi sesulit apapun, mereka tetap mengejar pahala kebaikan. Hal itu pula yang dilakukan puluhan warga di Rumah Pelayanan Sosial (RPS) Disabilitas Netra Bhakti Candrasa Surakarta. Sebagai penyandang tuna netra, mereka mengisi kegiatan tadarus dengan Al Quran berhuruf braile untuk menanamkan kepercayaan jiwanya.
“Warga tuna netra itu merasa punya kesempatan untuk berbakti kepada Allah. Mereka tidak putus asa dan sekaligus untuk membentengi diri dari berbagai hal yang tidak diinginkan terutama terkait dengan keteguhan hati dan jiwa mereka,” kata Pengajar Rumah Panti Sosial Disabilitas Netra Bhakti Candrasa Surakarta, Sartono, dikutip dari ANTARA pada Jumat (31/3).
Berikut selengkapnya:
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kapan Beji Sirah Keteng dibangun? Mengutip Instagram @purbosasongko_dalang, Situs Beji Sirah Keteng dibangun pada masa pemerintahan Raja Sri Jayawarsa.
-
Apa yang diterima Pemprov Jateng dari Balai Bahasa? Pada Kamis (10/8), Pemprov Jateng menerima hibah dari Balai Bahasa berupa bangunan gedung permanen dan perangkatnya.
-
Bagaimana cara membuat Jenang Saren? Mengutip Kemdikbud.go.id, bahan utama yang digunakan untuk membuat jenang saren adalah tepung ketan dan gula jawa.
-
Kenapa Candi Jago dibangun? Sejarah Candi Jago dibangun atas inisiasi Raja Kertanegara untuk menghormati mendiang sang ayah, Raja Sri Jaya Wisnuaedhana (1248-1268).
-
Bagaimana cara membuat kue jipang? Berasnya dimasukkan ke situ,” ungkap pemilik kanal YouTube Brent Sastro sembari menunjuk sebuah alat pemanas yang dihubungkan ke gas elpiji. Di sebelahnya, tampak sebuah wajan berisi air gula yang dicampur minyak sedang dipanaskan.
Kegiatan Tadarus Al Quran
Dilansir dari ANTARA, kegiatan Tadarus Al Quran dengan huruf braile di RPS Disabilitas Netra Bhakti Candrasa Surakarta ini dilaksanakan sejak tahun 2006 hingga sekarang. Peserta diberikan materi mulai dari kelompok pelajar dasar atau kelas orientasi sekitar tiga bulan.
Kemudian masuk ke kelompok persiapan bimbingan keterampilan dengan waktu lebih dari enam bulan, kemudian masuk ke kelompok lanjut yang sudah bisa membaca Al Quran.
Sebanyak 45 warga tuna netra di RPS Disabilitas Netra Bhakti Candrasa Surakarta, baik putra maupun putri, mengikuti kegiatan ini. Mereka belajar terbagi dari beberapa kelompok yang dimulai usai salat zuhur hingga pukul 13.00 WIB.
Keterampilan Lain
Dalam kesempatan itu, warga tuna netra yang baru akan diperkenalkan dengan Al Quran huruf braile sebagai pendidikan dasar. Di samping itu mereka juga diberikan pelatihan keterampilan penyembuhan, kesehatan, dan keterampilan dalam beragama.
“Berbeda dengan kegiatan formal, siswa selevel SD, SMP, SMA, dan selanjutnya tidak masalah mudah untuk memberikan materi. Kalau tuna netra pendidikan fisik, psikis, dan kerohanian yang digabungkan menjadi satu, sehingga mereka berani hidup kembali,’ kata Sartono.
Sementara itu, salah satu warga tuna netra, Yanuar, mengaku sudah mengikuti belajar Al Quran dengan huruf braile selama dua tahun ini. Ia bercerita, pada awalnya ia menemukan banyak kendala dalam belajar Al Quran braile, terutama pada kepekaan jari dalam meraba huruf dan menghafalkan tanda bacanya. Namun kini ia bisa melakukannya dengan mudah dan lancar.