Suarakan Krisis Iklim dengan 'Sepatu', Ini Tiga Tuntutan Extinction Rebellion
Sekelompok anak muda yang menyebut diri mereka sebagai Extinction Rebellion (XR), melakukan Aksi Sepatu atau Shoe Strike. Aksi ini dilakukan di dua kota, Jakarta dan Yogyakarta, Sabtu (29/8) sore, secara bersamaan.
Masih dalam semarak perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-75, sekelompok anak muda yang menyebut diri mereka sebagai Extinction Rebellion (XR), melakukan Aksi Sepatu atau Shoe Strike. Aksi ini dilakukan di dua kota, Jakarta dan Yogyakarta, Sabtu (29/8) sore, secara bersamaan.
Berbeda dari aksi penyampaian aspirasi yang biasa dihadiri massa, XR melakukan inovasi kreatif. Gerakan non-partisan bertaraf internasional ini, mengajak masyarakat untuk menyumbangkan sepatu mereka sebagai perwakilan kehadiran. Masyarakat yang mendonasikan sepatu juga dapat menyampaikan aspirasi tentang krisis iklim lewat pesan di secarik kertas. Aksi Sepatu ini dipilih karena dianggap lebih aman, mengingat kondisi pandemi Covid-19 yang belum mereda.
-
Apa itu perubahan iklim? Menurut PBB, perubahan iklim adalah mengacu pada perubahan jangka panjang dalam suhu dan pola cuaca. Pergeseran ini mungkin alami, seperti melalui variasi siklus matahari. Namun sejak tahun 1800-an, aktivitas manusia menjadi pendorong utama perubahan iklim, terutama akibat pembakaran bahan fosil seperti batu bara, minyak dan gas.
-
Bagaimana cara Jokowi mengatasi perubahan iklim? Presiden Jokowi mengatakan ingin mengurangi dampak perubahan iklim yang saat ini terjadi di beberapa negara termasuk Indonesia. ”Karena memang ancaman perubahan iklim sangat bisa kita rasakan dan sudah kita rasakan. Dan, kita tidak boleh main-main terhadap ini, kenaikan suhu bumi, kekeringan, banjir, polusi, sehingga dibutuhkan langkah-langkah konkret untuk mengatasinya,” kata Presiden Jokowi.
-
Kapan MASINDO membahas isu perubahan iklim dalam diskusi media? Bertepatan dengan International Day of Clean Air 2023, Masyarakat Sadar Risiko Indonesia (MASINDO) menggelar agenda diskusi media yang fokus mengangkat tema "Menanamkan Nilai-Nilai Sadar Risiko untuk Mengatasi Masalah Publik Demi Menuju Visi Indonesia Emas 2045" di Century Park Hotel, Senayan pada Selasa (12/9).
-
Kenapa Jokowi mengatakan ancaman perubahan iklim itu nyata? “Karena memang ancaman perubahan iklim sangat bisa kita rasakan dan sudah kita rasakan. Dan, kita tidak boleh main-main terhadap ini, kenaikan suhu bumi, kekeringan, banjir, polusi, sehingga dibutuhkan langkah-langkah konkret untuk mengatasinya,” kata Presiden Jokowi.
-
Bagaimana Indonesia mendorong pemerintah agar mengatasi perubahan iklim di Sidang Umum ke-44 AIPA? “Dalam aspek itu, peran dan visi parlemen sangat penting dan besar untuk tidak hentinya selalu mendorong pemerintah agar melakukan segala upaya tidak hanya bisnis as usual, tapi juga out of the box, melampaui daripada konsep-konsep biasa,” ujar Wakil Ketua BKSAP DPR RI ini.
-
Bagaimana cara mengatasi perubahan iklim? Ada beberapa cara mengatasi perubahan iklim yang bisa dilakukan, di antaranya: Mengehmat Energi Salah satu cara mengatasi perubahan iklim adalah menghemat energi. Dengan menghemat energi, kita bisa mengurangi efek rumah kaca yang menyebabkan perubahan iklim.
“Dikarenakan krisis kesehatan pandemi Covid-19 yang belum teratasi di Indonesia, kami merasa belum sepenuhnya aman untuk masyarakat turun ke jalan dan menyuarakan aspirasinya. Sepatu-sepatu ini dikumpulkan secara sukarela dari selama 10 hari untuk mewakili suara masyarakat dan selanjutnya akan didonasikan ke beberapa yayasan yang membutuhkan. Aksi sepatu ini mewakili harapan akan bumi yang layak huni dan menuntut merdeka dari krisis iklim. Aksi ini dilangsungkan dengan protokol kesehatan ketat yang hanya melibatkan 15 relawan,” ujar Koordinator Nasional Extiction Rebellion Indonesia, Defri Nandi dalam siaran pers mereka.
Aksi ini juga disiarkan langsung lewat media sosial XR, dan diisi dengan orasi beberapa peserta. Di Jakarta, Aksi Sepatu dilakukan di depan Istana Merdeka, sedangkan di Yogyakarta, dilaksanakan di Monumen Serangan Umum 1 Maret, Malioboro.
Aksi Sepatu di Jogja
Di Jogja, Aksi Sepatu diikuti oleh puluhan pasang sepatu yang ditata di latar Monumen Serangan Umum 1 Maret. Aksi ini dimulai sekitar pukul 15.30 WIB, dengan orasi dan bernyanyi bersama menyuarakan tuntutan mereka.
“XR mengajak kita semua, internationally, bukan cuma nasional atau segmented, untuk ikut bergabung bersama gerakan ini. Sadar bahwa ini bukan isu satu dua organisasi, atau satu dua individu saja, tapi emang kebutuhan kita bersama,” ujar Ario Bimo, salah satu peserta Aksi Sepatu di Jogja, dan bagian dari XR.
Senada dengan Ario, Defrio melalui siaran pers-nya, mewakili XR, mengatakan betapa gentingnya situasi iklim dunia, terutama Indonesia saat ini. XR mendesak pemerintah untuk mendeklarasikan darurat iklim.
“Kami tidak mau tinggal diam. Kami tidak akan berhenti untuk menyerukan kebenaran bahwa ini sudah darurat. Krisis Iklim ini nyata dan di depan mata,” kata Defrio.
Tiga Tuntutan XR
©2020 Merdeka.com/Siwi Nur
Indonesia ikut menandatangani Perjanjian Paris, dan menyatakan komitmennya untuk menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dan menjaga suhu bumi di bawah 1.5 derajat Celsius. XR menganggap komitmen Indonesia belum dilaksanakan dengan baik. Defrio menyebut, belum terlihat kebijakan yang secara signifikan mengarah pada komitmen tersebut.
“Tiga tuntutan kami sangat jelas yaitu deklarasikan darurat iklim sekarang, susun kebijakan untuk mencapai net-zero emission pada tahun 2025, dan bentuk balai masyarakat untuk mengawal dan memberikan rekomendasi bagi kebijakan iklim Indonesia,” lanjut Defrio.
Menanggapi tuntutan itu, Ario yang ditemui saat melakukan aksi di Jogja, mengaku pemerintah, khususnya pemerintah daerah Yogyakarta belum memberikan tanggapan terkait aksi mereka.
“Dari pemerintah sendiri, hingga saat ini, kalau di Jogja, belum ada tanggapan,” jelas Ario, Minggu (29/8).
Mengenal Extinction Rebellion
Extinction Rebellion merupakan gerakan non-partisipan internasional yang menggunakan aksi damai tanpa kekerasan untuk mendorong pemerintah dalam menanggulangi keadaan darurat iklim dan ekologi. Gerakan ini mulai ramai di Indonesia dua tahun belakangan dan hingga kini sudah melakukan banyak kegiatan.
“Untuk acara-acaranya ada banyak. Kita melakukan pendidikan terkait kesadaran iklim. Kita ada XR Talk, Climate Talk, di mana kita melakukan diskusi-diskusi terkait iklim dengan tema-tema yang berbeda, tapi semuanya merujuk pada hal yang sama, masa depan yang lebih baik dan yang pasti adanya masa depan itu sendiri untuk manusia,” jelas Ario.
XR mengajak masyarakat, khususnya yang peduli terhadap isu iklim, untuk menyuarakan suara mereka. Dan, terbuka untuk bergabung dengan mengunjungi website resmi mereka atau dengan mengikuti berbagai kegiatan yang digelar XR.
“Kami sangat khawatir warisan 100 tahun kemerdekaan Indonesia di 2045 nanti yang akan kami terima adalah kerusakan yang bertambah parah dan kepunahan. Padahal Indonesia punya pilihan untuk menjadi pemimpin dunia dalam melawan krisis iklim,” tutup Defrio.