Tersimpan Misteri, Ini Sejarah Letusan Gunung Sindoro
Sejarah mengenai letusan Gunung Sindoro tidak banyak diketahui. Sejauh ini dari catatan mulai abad ke-19, belum ada catatan letusan gunung itu hingga memakan banyak korban jiwa.
Gunung Sindoro merupakan salah satu gunung tertinggi di Provinsi Jawa Tengah. Letaknya tepat berada di utara Gunung Sumbing.
Nama Sindoro yang melekat pada gunung itu berasal dari kata bahasa sansekerta “sundara” yang berarti “indah”. Pada masa selanjutnya namanya lebih akrab disebut Gunung Sindoro.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kapan Beji Sirah Keteng dibangun? Mengutip Instagram @purbosasongko_dalang, Situs Beji Sirah Keteng dibangun pada masa pemerintahan Raja Sri Jayawarsa.
-
Apa yang diterima Pemprov Jateng dari Balai Bahasa? Pada Kamis (10/8), Pemprov Jateng menerima hibah dari Balai Bahasa berupa bangunan gedung permanen dan perangkatnya.
-
Bagaimana cara membuat Jenang Saren? Mengutip Kemdikbud.go.id, bahan utama yang digunakan untuk membuat jenang saren adalah tepung ketan dan gula jawa.
-
Kenapa Candi Jago dibangun? Sejarah Candi Jago dibangun atas inisiasi Raja Kertanegara untuk menghormati mendiang sang ayah, Raja Sri Jaya Wisnuaedhana (1248-1268).
-
Bagaimana cara membuat kue jipang? Berasnya dimasukkan ke situ,” ungkap pemilik kanal YouTube Brent Sastro sembari menunjuk sebuah alat pemanas yang dihubungkan ke gas elpiji. Di sebelahnya, tampak sebuah wajan berisi air gula yang dicampur minyak sedang dipanaskan.
Melansir dari Wikipedia.org, sejarah mengenai letusan Gunung Sindoro tidak banyak diketahui. Hanya saja riwayat letusan itu tercatat dalam buku sejarah mulai abad ke-19.
Lantas seperti apa riwayat letusan dari gunung tersebut? Adakah korban jiwa dari letusan tersebut? Berikut selengkapnya:
Sejarah Letusan
©2021 Liputan6.com
Sejarah letusan Gunung Sindoro baru diketahui setelah abad ke-19. Sebelum itu jejak letusannya tidak terdeteksi sama sekali.
Letusan itu terjadi pada 1806, 1818, 1882, 1883, 1887, 1902, 1903, 1906, 1908, 1910, dan 1970.
Di antara belasan letusan tersebut, tak ada satu pun letusan yang dilaporkan menyebabkan korban jiwa. Pada tahun 1973, dua orang pendaki, Hamidi dan Hadian melakukan pendakian ke puncak. Tetapi tidak tampak bekas peningkatan vulkanik tersebut.
Peningkatan Aktivitas pada Tahun 2011
©Temanggungkab.go.id
Pada 5 Desember 2011, Gunung Sindoro mengalami peningkatan aktivitas dari aktif normal (level 1) ke waspada (level II). Peningkatan aktivitas itu teramati dengan meningkatnya aktivitas kegempaan dan penampakan visual, terutama Gempa Vulkanik Dalam dan Gempa Vulkanik Dangkal.
Selain itu, dari hasil 2 kali pengamatan visual dan pengukuran suhu di kawah puncak pada beberapa titik di sekitar kawah, yaitu 26 November 2011 dan 2 Desember 2011, terlihat ada kepulan asap dari fumarol dengan temperatur rata-rata sebesar 75 derajat celcius pada 26 Oktober dan 95 derajat celcius pada 2 November.
Pada 2 November, asap fumarol sudah melewati bibir kawah gunung dengan tekanan asap lemah-sedang.
Hingga akhirnya, pada 30 Maret 2012, Gunung Sindoro statusnya diturunkan kembali menjadi normal (level I). Dari hasil pengamatan, aktivitas vulkanik secara visual maupun kegempaan cenderung mengalami penurunan dan tidak mengalami peningkatan.
Suara Gemuruh di Gunung Sindoro
Pada Februari 2021, aktivitas Gunung Sindoro terpantau meningkat, hal ini terlihat dari peningkatan gempa vulkaniknya.
Peningkatan yang cukup signifikan itu terjadi pada 10 Februari 2021. Saat itu terjadi 48 gempa vulkanik. Disinyalir peningkatan itu terjadi karena disebabkan curah hujan yang tinggi.
Namun saat itu status Gunung Sindoro tidak dinaikkan. Warga yang beraktivitas di sekitar gunung pun tetap beraktivitas normal seperti biasa.