Tinggi Gelombang Laut Jabar-DIY Berpotensi Capai 6 Meter, Ini Fakta di Baliknya
Tingginya gelombang laut sangat berbahaya bagi nelayan yang sedang melaut.
Tingginya gelombang laut sangat berbahaya bagi nelayan yang sedang melaut.
Tinggi Gelombang Laut Jabar-DIY Berpotensi Capai 6 Meter, Ini Fakta di Baliknya
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan tinggi gelombang di laut selatan Jawa Barat hingga Daerah Istimewa Yogyakarta berpotensi mencapai kisaran 4-6 meter. "Tinggi gelombang 4-6 meter itu masuk kategori sangat tinggi," kata Kepala Kelompok Teknisi BMKG Stasiun Tunggul Wulung Cilacap, Teguh Wardoyo di Cilacap, Jawa Tengah, dikutip dari ANTARA pada Selasa (25/7).
Teguh mengatakan bahwa potensi terjadinya gelombang sangat tinggi itu dipicu oleh pola angin di wilayah Indonesia bagian selatan yang dominan bergerak dari timur hingga tenggara dengan kecepatan 5-25 knot. Menurutnya, wilayah yang berpotensi terjadi gelombang sangat tinggi meliputi perairan selatan Sukabumi, perairan selatan Cianjur, Garut, Tasikmalaya, Pangandaran, Cilacap, Kebumen, Purworejo, dan Yogyakarta. "Oleh karena itu kami mengeluarkan peringatan dini gelombang tinggi di wilayah tersebut yang berlaku hingga Rabu (26/7) dan akan segera kami perbarui jika ada perkembangan lebih lanjut," kata Teguh dikutip dari ANTARA.
Terkait peringatan bahaya melaut, Teguh mengatakan bahwa angin dengan kecepatan lebih dari 21 knot dan tinggi gelombang di atas 2,5 meter berisiko terhadap pelayaran kapal feri, sedangkan angin dengan kecepatan lebih dari 27 knot dan tinggi gelombang di atas 4 meter berisiko terhadap pelayaran kapal besar seperti kapal kargo dan kapal pesiar. Ia juga mengimbau wisatawan yang berkunjung ke pantai selatan Jabar hingga DIY untuk tidak berenang atau bermain air di pantai, terutama yang terhubung langsung dengan laut lepas karena gelombang sangat tinggi dapat muncul secara tiba-tiba.
Sebelumnya pada Jumat (21/7) pagi, seorang nelayan dilaporkan hilang tenggelam di Pantai Jetis, Cilacap, Jawa Tengah. Peristiwa itu terjadi pada pukul 04.40 WIB. Saat itu, perahu bernama "Cikal Bakal" tersebut membawa dua orang nelayan, yaitu Sarmin dan Slamet.
Keduanya mengalami nasib yang berbeda. Sarmin berhasil diselamatkan oleh nelayan yang berada di lokasi kejadian, sementara Slamet tenggelam di perairan tersebut.
Akan tetapi saat perahu mendekati pintu masuk tanggul pemecah ombak, tiba-tiba datang gelombang tinggi dan langsung menghempas perahu ke arah bebatuan tanggul pemecah ombak tersebut. Peristiwa ini membuat perahu terbalik. Masyarakat telah berusaha mencari keberadaan Slamet namun hingga pukul 07.30 belum ditemukan. "Atas dasar informasi tersebut, kami segera memberangkatkan satu tim rescue beserta peralatan pertolongan di air menuju lokasi kejadian untuk mencari dan menolong korban tenggelam di Pantai Jetis," kata Kepala Basarnas Cilacap, Adah Sudarsih, dikutip dari ANTARA.