Tips Puasa Berkualitas di Era Digital ala Habib Syech, Tak Cuma Menahan Lapar
Ibadah puasa Ramadan bisa jadi tidak akan dihitung sebagai kebaikan apabila pelakunya hanya menahan lapar tapi belum bisa menahan diri dari berbuat jelek. Begini tips puasa berkelas ala Habib Syech.
Syech Abdul Qodir as-Segaf atau yang akrab disapa Habib Syech berulangkali menegaskan pentingnya hubungan dengan Allah maupun dengan manusia. Orang yang salat dan mengaji misalnya, tidak akan tercacat amal baiknya apabila yang bersangkutan masih mencaci atau membenci orang lain.
Ibadah puasa Ramadan bisa jadi tidak akan dihitung sebagai kebaikan apabila pelakunya belum bisa menahan diri dari berbuat jelek dan menjelekkan orang lain. Menurut A’wan PBNU (2022-2027) itu, puasa tidak hanya menahan lapar, tetapi juga menahan diri dari segala macam hawa nafsu.
-
Kenapa Doa Sapu Jagat penting? Bukan hanya menambah pahala, doa sapu jagat juga akan meningkatkan keimanan dan dekat dengan Allah SWT.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kapan puasa Arafah jatuh? Puasa Arafah dilaksanakan pada hari ke-9 bulan Dzulhijjah, sehari sebelum Idul Adha.
-
Siapa Mbah Joget? Dilansir dari kanal YouTube Tri Anaera Vloger, Mbah Joget sendiri merupakan seorang penari atau ronggeng pada masa kolonial Belanda.
-
Kenapa materai penting? Penggunaan meterai memberikan kekuatan hukum pada dokumen dan menjadikannya sah di mata hukum. Selain itu, materai membantu mencegah pemalsuan atau penyalahgunaan dokumen dengan memastikan bahwa dokumen tersebut telah melalui proses administrasi yang benar.
-
Kenapa Senandung Jolo penting? Tradisi tutur sastra ini juga menjadi media pengetahuan budaya bagi masyarakat lokal hingga luar daerah.
Menahan diri di era digital menjadi perkara penuh tantangan. Pasalnya, era ini memfasilitasi pola komunikasi yang memungkinkan orang berkomentar atau membagikan informasi dengan mudah. Sehingga peluang caci maki, menjelekkan, dan membenci jadi terbuka lebar.
Siasat Waras
©2014 Merdeka.com
Dunia maya menjadi media perang antar buzzer untuk membagikan informasi hoaks yang memicu pertikaian dan saling menyalahkan. Informasi hoaks, perundungan, ujaran kebencian, kejahatan digital mewarnai dunia maya kita hari ini.
Kita tidak bisa lari dari zaman yang sedang berlangsung. Untuk itu, pertahanan yang dibutuhkan adalah menjaga pola komunikasi dengan pikiran waras. Termasuk tidak mementingkan viral semata dengan mengorbankan karakter-karakter baik, tidak melayani hujatan dengan menghujat balik.
Di Indonesia, narasi yang masih sering dimainkan untuk mengadu masyarakat yakni tema seputar SARA (suku/etnis, agama, ras/pribumi-nonpribumi, antargolongan) dan politik.
Sekretaris Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) RI Achmad Uzair Fauzan mengungkapkan, ada sekitar 9.000-an situs yang mengandung konten radikalisme terkait keagamaan. Padahal, 54,87 persen generasi muda mencari referensi keagamaan melalui internet.
Hati-Hati di Era Digital
©2019 Merdeka.com
Masyarakat diimbau untuk lebih berhati-hati di era digital, termasuk dalam mencari referensi saat belajar seluk-beluk keagamaan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mempelajari ilmu agama di internet antara lain narasumber harus kompeten, konten dilengkapi dengan klarifikasi dan berimbang, mengandung unsur keadilan dan objektif.
Selain itu, paham keagamaan juga harus memuat seruan untuk menjaga kebersamaan dan sikap saling menghargai di tengah perbedaan, serta yang tak kalah penting adalah website atau sumber informasi yang kita konsumsi terverifikasi latar belakangnya.
Jika berhasil menahan segala godaan negatif di era digital, puasa Ramadan yang kita jalani rasanya mendekati apa yang difatwakan Habib Syech, seperti dikutip dari Antara. Di mana nilai keberhasilan puasa tidak hanya mampu menahan lapar, tetapi juga menahan diri dari saling membenci, mencaci, dan menjelekkan orang lain baik di dunia nyata maupun dunia maya.