Usahanya Bertahan di Era Pandemi, Juragan Tempe Ini Raup Ratusan Juta Berkat Digitalisasi
Siapa sangka, tekadnya membangun bisnis di dunia digital memberikan kesempatan pada Benny raih omzet ratusan juta!
Benny Santoso memiliki sebuah mimpi ketika membangun usahanya. “Kita ingin kuasai marketplace,” ungkap pengusaha muda itu dengan penuh tekad saat mulai merangsek ke dunia digital. Dengan penuh semangat, ia membawa produknya yaitu tempe hingga ke pasar dunia. Benny paham betul bahwa penjualan online memiliki prospek cerah.
Bisnisnya sendiri berawal dari tahun 2016. Perantau asal Solo yang kini menetap di Bali mengembangkan usaha tempe dari tugas akhir kuliah di tahun 2013 dengan membuat tempe rasa keju. Makanan sejuta umat ini pun berhasil disulap jadi lebih kekinian, yaitu keripik dengan berbagai rasa yang memiliki label IniTempe.
-
Siapa yang ajak UMKM go digital? Untuk itu, Anggota Komisi XI DPR RI Fraksi Partai Golkar Puteri Komarudin mengajak pelaku UMKM untuk masuk ke dalam ekosistem digital.
-
Bagaimana digitalisasi membantu UMKM naik kelas? Di tangan berinsting bisnis, digitalisasi telah mengubah cara meraup cuan. Tanpa harus punya toko fisik, semua bisa jadi penjual online. Asal punya gawai, ada akses internet, dan bubble wrap untuk pembungkus, transaksi jual beli barang atau jasa bisa berjalan. Uang masuk ke dalam kantong hanya dari sentuhan tangan.
-
Apa keuntungan go digital bagi UMKM? Digitalisasi telah mengubah banyak kehidupan. Mulai dari urusan belanja, periksa kesehatan, transfer uang, sampai memantau lahan pertanian menjadi lebih mudah. Hanya dengan menggulir layar handphone atau bekerja di depan komputer, segala urusan selesai.
-
Bagaimana Kemendag membantu UMKM agar bisa bersaing di platform digital? 'Kami mengajak agar toko-toko fisik berjualan secara daring karena perdagangan digital tidak mungkin dihindari. Untuk itu, perlu diatur. Kemendag terus melatih para pedagang pasar dan UMKM serta mempertemukan dengan platform digital. Platform digital juga akan memberikan pelatihan, misalnya cara pengemasan. Di sisi lain, platform digital akan mendapat banyak pelanggan sehingga keduanya saling menguntungkan,'
-
Kenapa digitalisasi penting bagi UMKM naik kelas? Bagi para pebisnis kelas UMKM, digitalisasi membawa bisnis konvensionalnya naik level. Bersaing dengan pebisnis dari daerah bahkan negara lain untuk berebut pasar yang lebih luas, dunia.
-
Di mana UMKM Bontang terdampak pandemi? Wabah Covid-19 pada awal tahun 2020 memberikan dampak besar terhadap sektor perkonomian Indonesia, termasuk pada UMKM Kota Bontang.
Perjuangan membangun IniTempe melibatkan proses panjang yang tak kalah melelahkan. Sama seperti Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) lain, usaha Benny juga sempat mengalami jatuh bangun. Ia pernah menjumpai berbagai kegagalan di masa-masa awal merintis.
Bule yang menjadi tetangganya adalah target penjualan Benny pertama kali. Dari situ, ia mulai mendapatkan banyak ide untuk mengolah tempe jadi berbagai cemilan. Mulai dari cookies, keripik, dan energy ball.
“Kami juga bikin chocolate bar isinya tempe. Lalu juga ada gelato, topping-nya tempe,” tambah Benny.
Ia juga memperhatikan kualitas bahan baku, yaitu memanfaatkan kedelai lokal, bukan impor. Pasokan utama dalam membuat tempe dari Tabanan, Jawa Timur, hingga Jawa Tengah. Ia membelinya langsung dari kelompok tani tanpa melalui tengkulak. “Kami langsung bayar ke petani,” tutur Benny.
Saat awal merintis usaha, produk IniTempe dipasarkan secara offline. Selanjutnya ia menjual produknya ke restoran, hotel, dan penjual oleh-oleh di Bali. Tak hanya warga lokal, cemilan ini juga disukai bule yang berkunjung ke Pulau Dewata.
Sayangnya, usaha Benny sempat mengalami penurunan di tahun 2020. Saat itu pandemi Covid-19 tengah berlangsung. Bukan cuma soal kesehatan, dunia usaha juga terkapar. Banyak bisnis gulung tikar, bangkrut karena tak ada permintaan.
Pandemi membuat banyak tempat ditutup. Gerakan manusia dibatasi. Bali yang menjadi destinasi wisata dunia terdampak parah. Roda ekonomi mandek, tak terkecuali IniTempe. Benny mengaku penjualannya turun hingga 40 persen. Order dari hotel dan restoran berhenti.
Tapi masa sulit itu membuat orang belajar. Banyak hal berubah, melakukan penyesuaian. Begitu juga Benny yang semula menjual produknya secara konvensional, mulai beralih ke sistem online. Lewat jalur digital itu, IniTempe bertahan, bisa bertahan selama pandemi. Omzet bulanan Benny bahkan bisa mencapai puluhan juta dari dunia digital itu.
“Produk yang paling laris adalah varian cokelat tempe dan cookies tempe rasa keju,” jelas Benny. Kini, juragan tempe ini justru lebih banyak menjual produknya lewat online.
UMKM Penggerak Roda Ekonomi Nasional
Tak bisa dipungkiri, UMKM seperti IniTempe yang digagas oleh Benny memang penting untuk pertumbuhan ekonomi nasional. Tak tanggung-tanggung, UMKM memberikan sumbangan 61% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.
UMKM di Indonesia juga terus mengalami pertumbuhan positif. Pada 2018, jumlahnya mencapai 64,2 juta. Setahun berselang bertambah menjadi 65,5 juta. Pada 2020 menurun ke 64 juta karena pandemi.
Pada 2021, jumlah UMKM di Indonesia kembali tumbuh menjadi 65,5 juta. Pada 2022 jumlahnya 65 juta, sedangkan pada 2023 jumlah UMKM melonjak jadi 66 juta.
UMKM juga menyerap 177 juta pekerja. Jumlah itu setara 97 persen dari total tenaga kerja nasional. Angka-angka ini menggambarkan betapa besarnya potensi UMKM pada perekonomian nasional.
Data juga mencatat saat ini ada 20,8 juta UMKM yang sudah masuk ke ekosistem digital. Sekitar 80 persen UMKM yang terhubung ke sistem digital memiliki daya tahan lebih baik. Usaha IniTempe yang dibesut Benny telah membuktikannya.
Karena itulah pemerintah gencar mengampanyekan digitalisasi UMKM. Pemerintah berkolaborasi dengan UMKM dan e-commerce untuk menjalankan program, antara lain Gerakan Bangga Buatan Indonesia, ASEAN Online Sale Day, dan Hari Belanja Online Nasional.
Dukungan UMKM Go Digital di Pemerintahan Era Jokowi
Untuk mendukung UMKM go digital, pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika memiliki sejumlah program. Misalnya saja pada 2017 hingga 2019, Kemenkominfo melaksanakan program UKM Go Digital membawa 17 juta UMKM ke platform digital.
Pada 2021, Kemenkominfo melakukan pendampingan serta pelatihan terhadap 26.000 UMKM. Setahun berselang, melakukan adopsi teknologi digital bagi UMKM scaling up dengan melibatkan 30.740 pelaku UMKM. Sedangkan pada 2023, Kemenkominfo menggelar program UMKM level-up dengan 20.035 peserta.
Presiden Joko Widodo ketika menghadiri Festival Ekonomi Keuangan Digital dan Karya Kreatif Indonesia di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Jakarta, Kamis 1 Agustus 2024, yakin akan potensi ekonomi digital Indonesia di masa depan.
“Ekonomi digital akan tumbuh empat kali lipat di tahun 2030, mencapai USD210-360 billion atau kalau dirupiahkan bisa di angka Rp5.800 triliun,” kata presiden yang beken dengan nama Jokowi itu.
Dia menambahkan, pembayaran digital akan tumbuh 2,5 kali lipat di tahun 2030 mencapai USD760 miliar atau setara Rp12.300 triliun. Pertumbuhan itu bisa dicapai karena Indonesia didukung oleh puncak bonus demografi di tahun 2030, yaitu 68 persen berusia produktif, termasuk di dalamnya Gen Y, Gen Z, Gen A.
Selain itu, imbuh Jokowi, saat ini jumlah ponsel aktif di Indonesia mencapai 354 juta, melebihi jumlah penduduk saat ini yang mencapai 280 juta.
“Artinya, satu orang bisa memiliki ponsel lebih dari satu. Dengan jumlah pengguna internet yang sudah mencapai 185 juta, juga jumlah yang sangat besar sekali. Potensinya besar sekali,” ujar Jokowi.
Karena itulah Jokowi menekankan bahwa transformasi digital khususnya di bidang ekonomi dan keuangan menjadi sangat penting. Potensi besar ini didorong pesatnya perkembangan teknologi, termasuk penerapan Artificial Intelligence (AI) dalam berbagai sektor, mulai dari administrasi, jasa, hingga hiburan.
Mantan Gubernur DKI Jakarta itu menambahkan, dengan jumlah UMKM sebanyak 66 juta, peluang UMKM mendongkrak perekonomian Indonesia akan sangat besar. “Digitalisasi UMKM ini akan mendongkrak pertumbuhan ekonomi digital dan pembayaran digital kita,” ungkap Jokowi.
Omzet Melonjak di Jalur Digital
Potensi dunia digital itu memang bukan omong kosong. Dengarlah pengakuan Benny. Dia mengaku omzetnya melonjak sejak membawa usahanya ke jalur digital. Dia bisa meraup puluhan hingga seratus juta setelah beralih ke sistem penjualan online.
“Jadi ketika kita switching ke online kita average Rp90 juta hingga Rp100 juta perbulannya. Tapi itu naik turun, tergantung season-nya juga. Tapi karena online menurut saya lebih stabil,” ujar Benny.
Lewat dunia digital pula, produk Benny kini sudah merambah ke luar Bali. Dia melakukan ekspansi pasar di luar Pulau Dewata melalui e-commerce. Ini adalah cara Benny untuk bertahan dari masa sulit ketika pandemi dan membuat usahanya semakin besar.
“Berkat go digital saya malah bisa ekspansi bisnis ke kota dan pulau lain. Walaupun di tengah pandemi, IniTempe tidak melakukan PHK. Wisatawan lokal pun jadi tahu soal IniTempe,” jelas Benny.
Tidak hanya memasarkan camilan tempe, Benny juga memanfaatkan dubia digital untuk membuka kelas bagi orang-orang yang tertarik untuk belajar mengenai proses pembuatan tempe. Kelas ini terbuka bagi semua orang. Pesertanya bahkan ada yang berasal dari China dan India.
Benny berharap lebih banyak lagi UMKM lokal yang memanfaatkan platform digital untuk membuat usaha lebih besar lagi. Dia sudah membuktikan bahwa digitalisasi menjadi salah satu kunci daya tahan UMKM dalam situasi sulit.