4 Kisah Sunan Drajat yang Jarang Diketahui, Pernah Kecelakaan hingga Kapalnya Hancur
Makam Sunan Drajat di Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur selalu ramai dikunjungi peziarah. Para peziarah datang dari berbagai daerah di Indonesia. Ternyata ini sejumlah kisah Sunan Drajat yang jarang diketahui.
Makam Sunan Drajat di Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur selalu ramai dikunjungi peziarah. Para peziarah datang dari berbagai daerah di Indonesia.
Sebelum diangkat menjadi Wali, Sunan Drajat bernama Raden Qosim. Ia merupakan putra dari perkawinan Sunan Ampel dengan Retno Ayu Manila.
-
Apa isi dari surat kabar Soenting Melajoe? Terbit pertama kali pada 10 Juli 1912, isi dari surat kabar Soenting Melajoe ini seperti tajuk rencana, sajak-sajak, tulisan atau karya mengenai perempuan, hingga tulisan riwayat tokoh-tokoh kenamaan.
-
Apa saja yang ditemukan di Situs Banten Girang sebagai bukti peradaban di masa lampau? Di area tersebut terdapat kompleks bangunan, arca hingga makam dari tokoh agama yang cukup berpengaruh kala itu.
-
Apa nama surat kabar pertama yang terbit di Jogja? Melalui sebuah unggahan pada 9 Mei 2024, akun Instagram @sejarahjogya menampilkan dua surat kabar yang pertama kali terbit di Jogja. Koran satu bernama “Mataram Courant” dan satunya lagi bernama “Bintang Mataram”.
-
Apa isi dari surat kabar *Bataviasche Nouvelles*? Mengutip dari berbagai sumber, isi konten tulisan yang ada di surat kabar Bataviasceh Nouvelles ini mayoritas adalah iklan. Ada pula beberapa terbitannya juga memuat aneka berita kapal dagang milik VOC.
-
Siapa Mbah Joget? Dilansir dari kanal YouTube Tri Anaera Vloger, Mbah Joget sendiri merupakan seorang penari atau ronggeng pada masa kolonial Belanda.
-
Bagaimana pernyataan tersebut dibantah? Seorang dokter kulit di negara bagian Maryland, AS yang berspesialisasi dalam terapi cahaya untuk penyakit kulit membantah klaim kacamata hitam yang dikaitkan dengan kanker."Apakah kacamata hitam yang menghalangi sinar UV bersifat melindungi? Ya. Apakah ada bukti bahwa memakai kacamata hitam berbahaya bagi kesehatan mata atau kulit? Tidak," dikutip dari AFP.
Semasa hidupnya, Sunan Drajat dikenal sebagai wali yang memiliki jiwa sosial dan rasa kesetiakawanan yang tinggi. Ia menyantuni anak yatim piatu, memberi makan fakir miskin, serta memberi perlindungan kepada orang yang tidak berdaya.
Pandai Baca-Tulis Alquran Sejak Kecil
muslimmatters.org
Raden Qosim dikenal sudah pandai membaca dan menulis Alquran sejak usianya masih enam tahun. Setelah menyelesaikan pendidikan agam di bawah bimbingan sang ayah di Pondok Pesantren Ampel, Raden Qosim menunaikan ibadah haji ke Mekah sembari memperdalam ilmu agama di sana.
Sepuluh tahun kemudian, Raden Qosim kembali ke Tanah Jawa untuk melaksanakan tugas dakwah Islam sebagaimana pesan sang ayah.
Selamat dari Kecelakaan Laut
Suatu hari, Raden Qosim hendak meneruskan dakwah ke suatu daerah. Ia menumpang perahu nelayan yang sedang mencari ikan di perairan Surabaya-Tuban. Nahas, perahu yang ditumpangi mengalami kecelakaan karena menabrak karang. Selain membuat kapal hancur, insiden itu juga menyebabkan para penumpang kapal terjatuh ke laut.
Tiba-tiba muncul seekor ikan hiu. Ikan itulah yang kemudian menyelamatkan Raden Qosim dan mengantarnya hingga ke daratan, seperti pengisahan Purwantini, dkk, dalam penelitian berjudul Folklor Rakyat: Sarana Penyebarluasan Tempat-Tempat Wisata Kabupaten Lamongan (Lembaga Penelitian Universitas Airlangga, 2001: 20-24)
Sebutan Sunan Drajat
©2020 Merdeka.com/liputan6.com
Sementara penyebutan Sunan Drajat tidak terjadi begitu saja. Dalam menjalankan dakwahnya, Raden Qosim berhasil menaikkan martabat manusia, baik dari segi ekonomi, derajat sosial, maupun ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, ia disebut sebagai Sunan Drajat.
Semasa hidupnya, Sunan Drajat dikenal sebagai wali yang memiliki jiwa sosial dan rasa kesetiakawanan yang tinggi. Ia menyantuni anak yatim piatu, memberi makan fakir miskin, serta memberi perlindungan kepada orang yang tidak berdaya.
Ajaran Sunan Drajat
Ajaran Sunan Drajat yang dikenal luas oleh masyarakat yakni:
1. Menehono teken marang wong kang wulo.
2. Menehono mangan marang wong kang luwe.
3. Menehono ngiyup marang wong kang kodanan
4. Menehono busono marang wong kang mudo.
Jika diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia, artinya seperti ini:
1. Berilah tongkat kepada orang buta.
2. Berilah makan kepada orang kelaparan.
3. Berilah tempat berteduh kepada orang yang kehujanan.
4. Berilah pakaian kepada orang yang telanjang.