Broken Home: Penyebab, Dampak, dan Cara Mengatasinya
Rumah adalah fondasi yang kokoh, tempat di mana anak belajar, tumbuh, dan menciptakan kenangan yang tak terlupakan. Namun, sayangnya, tidak semua seperti itu.
Meski rumah sering disebut sebagai tempat teraman dan ternyaman, beberapa anak justru merasa sebaliknya.
Broken Home: Penyebab, Dampak, dan Cara Mengatasinya
Dalam perjalanan kehidupan, rumah adalah fondasi yang kokoh, tempat di mana kita belajar, tumbuh, dan menciptakan kenangan yang tak terlupakan. Namun, sayangnya, tidak semua rumah memiliki kebahagiaan yang abadi.
Seiring berjalannya waktu, istilah yang tidak asing lagi bagi banyak orang mulai mencuat: ‘Broken Home.’ Istilah ini, yang mengandung makna yang dalam dan seringkali pahit, menandakan sebuah realitas yang tidak dapat dihindari dalam masyarakat kita. Dan dampaknya? Lebih kepada anak-anak.
-
Apa saja dampak dari broken home pada anak di masa depan? Mereka mungkin mengalami kesulitan dalam mengatasi emosi, kehilangan rasa percaya diri, atau kesulitan dalam membangun hubungan yang sehat di masa depan.
-
Bagaimana broken home bisa membuat anak menjadi pemberontak? Hal ini bisa menyebabkan mereka merasa terasing dan tidak terhubung dengan lingkungan sekitar, serta sulit untuk mengendalikan emosi mereka.
-
Kenapa broken home dapat mengganggu kesehatan mental anak? Anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan broken home sering mengalami berbagai dampak psikologis dan emosional.
-
Bagaimana cara anak broken home mengekspresikan rasa sakit hati? Anak-anak broken home juga sering merasa sedih dan terluka atas perpisahan orang tua mereka, karena mereka tidak lagi bisa merasakan keutuhan dan kehangatan keluarga yang ada sebelumnya.
-
Siapa saja yang terkena dampak buruk broken home? Mereka juga mungkin mengalami rasa kehilangan, ketidakamanan, dan kebingungan tentang kedua orang tua mereka.
-
Kenapa anak-anak yang mengalami broken home takut dengan masa depan? Anak-anak juga kerap merasa takut dengan masa depan mereka yang tidak pasti, seperti kekhawatiran tentang bagaimana kehidupan mereka akan berubah dan apakah mereka akan kehilangan pendukung mereka pada akhirnya.
Apa Itu Broken Home?
Broken home merupakan kondisi ketika keluarga tidak utuh. Sederhananya, orang tua yang bercerai bisa berdampak buruk bagi kesehatan fisik maupun mental sang anak. Kondisi ini yang kemudian membuat seseorang disebut sebagai anak broken home.
Melansir dari Brown University, keluarga seharusnya menjadi tempat anak tumbuh dan berkembang dengan sehat secara mental dan fisik. Akan tetapi, perceraian atau pertengkaran orang tua bisa membuat kebutuhan emosional anak tidak terpenuhi dengan baik.
Ada beberapa tipe keluarga yang bisa membentuk broken home, seperti kecanduan sesuatu, kekerasan di dalam rumah tangga, eksploitasi anak, sikap orang tua yang otoriter, dan tindakan orang tua yang mengancam keselamatan anak lainnya. Beberapa kondisi tersebut membuat anak merasa cemas, putus asa, dan bahkan depresi.
Penyebab Broken Home
Broken home dapat memberikan dampak negatif bagi perkembangan anak, seperti gangguan emosional, sosial, dan akademik.
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan broken home, antara lain:
Ini adalah penyebab utama broken home. Anak-anak yang orang tuanya bercerai akan merasakan kehilangan, kesedihan, dan kebingungan. Mereka harus memilih untuk tinggal dengan salah satu orang tua saja, atau berganti-ganti tempat tinggal. Mereka juga harus menghadapi stigma sosial dan perubahan lingkungan.
• Ketidakdewasaan orang tua.
Orang tua yang memiliki egoisme dan egosentrisme sering bertengkar satu sama lain tanpa memikirkan dampaknya bagi anak-anak. Mereka tidak mampu menyelesaikan masalah dengan baik, dan cenderung menyalahkan atau melampiaskan emosi pada pasangan atau anak-anak.
• Tidak adanya tanggung jawab dalam diri orang tua. Orang tua yang tidak bertanggung jawab akan mengabaikan kesejahteraan keluarganya, baik secara materi maupun non-materi. Mereka tidak peduli dengan kebutuhan dasar, pendidikan, kesehatan, dan kasih sayang anak-anaknya.
• Jauh dari Tuhan. Orang tua yang jauh dari Tuhan akan kehilangan pegangan hidup dan nilai-nilai moral yang baik. Mereka tidak memiliki rasa hormat, cinta, dan pengampunan satu sama lain. Mereka juga tidak mengajarkan anak-anaknya untuk beriman dan bertaqwa.
• Faktor ekonomi. Orang tua yang mengalami kesulitan ekonomi sering mengalami stres dan depresi. Hal ini dapat memicu pertengkaran, kekerasan, atau perselingkuhan dalam rumah tangga. Anak-anak yang hidup dalam kondisi miskin juga akan mengalami keterbatasan akses dan peluang.
• Kurangnya edukasi dalam hubungan rumah tangga. Orang tua yang tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam menjalin hubungan rumah tangga akan mudah mengalami konflik dan ketidakpuasan. Mereka tidak mengetahui cara mengatasi masalah, menyesuaikan diri, atau mengembangkan hubungan yang sehat dan harmonis.
Dampak Anak Broken Home
1. Emosi Tidak Stabil
Salah satu dampak yang dialami anak broken home adalah susah mengontrol emosi. Perpisahan orang tua tentu akan menyisakan luka mendalam bagi anak. Menurut penelitian World Psychiatry, perpisahan orang tua meningkatkan risiko kesehatan mental anak dan remaja.
Biasanya, masa awal perceraian orang tua akan membuat anak merasa cemas, stres, atau bahkan depresi. Hal ini yang kemudian membuat emosi anak tidak stabil dan acap kali mengganggu aktivitas sehari-hari.
- Anak Broken Home ini Pilih Tinggal Sendiri di Hutan Pakai Tenda, Ngaku Tak Lagi Mendapat Perhatian
- Kata-Kata Sedih Tentang Keluarga yang Hancur, Menyentuh Hati
- Kisah Cinta Gadis Broken Home 6 Tahun Tak dapat Restu Calon Mertua, Usai Menikah Sikap ke Orangtua Suami Mengejutkan
- Kisah Gadis Broken Home tinggal Bahagia dengan Ayahnya Sering Habiskan Momen Bareng, Ujungnya Menyesakkan Dada
2. Merasa Cemas Berlebih
Anak broken home juga rentan mengalami masalah kecemasan berlebihan. Anak broken home biasanya memiliki sikap sinis dan tidak punya rasa percaya diri terhadap sebuah hubungan. Rasa ini timbul pada orang tua atau pasangannya kelak.
Selain itu, kecemasan ini juga bisa membuat mereka sulit berinteraksi sosial yang positif. Akibatnya, anak berisiko mengalami rasa cemas berlebih dan ketakutan jika dihadapkan dengan lingkungan sosial.
3. Tanggung Jawab Berlebih
Perpisahan atau peran orang tua yang tidak optimal, membuat anak mengalami perubahan peran saat usia muda. Akibatnya, anak akan mengambil peran tambahan dalam fungsi dasar rumah tangga baru.
4. Masalah Sosial
Akibat perceraian ini, anak akan susah melepas kegelisahan dan sikap agresif yang mereka rasakan. Tindakan ini bisa memicu tindakan bullying. Bila orang tua membiarkannya, kondisi ini bisa memengaruhi hubungan anak dengan temannya.
5. Menurunnya Prestasi Akademik
Anak yang mengalami broken home susah mengontrol emosi, tidak bisa fokus, dan kesulitan menjalin hubungan dengan teman sebayanya.
Akibatnya, hal ini bisa berpengaruh kepada masalah pendidikan atau menurunnya prestasi akademik.
Kondisi seperti lingkungan rumah yang tidak kondusif dan rutinitas yang tidak konsisten berisiko membuat anak jadi malas belajar, sering bolos, dan membuat keributan di sekolah.
Tekanan Emosional Anak Broken Home
Tekanan emosional yang dirasakan anak broken home bisa bermacam-macam, seperti:
• Rasa kehilangan, sedih, bingung, takut, marah, atau bersalah akibat perpisahan orang tua. Anak mungkin merasa tidak dicintai lagi oleh orang tua atau menyalahkan diri sendiri sebagai penyebab perceraian.
• Rasa tidak percaya diri dan sulit bersosialisasi dengan orang lain. Anak mungkin merasa minder, malu, atau terisolasi karena kondisi keluarganya yang berbeda dari yang lain. Anak juga mungkin mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan yang sehat dan harmonis dengan teman sebaya atau orang dewasa.
• Rasa cemas dan takut berpisah dengan orang tua yang masih ada. Anak mungkin mengalami separation anxiety syndrome (SAS) atau gangguan kecemasan berpisah, yang membuat mereka sangat khawatir akan kehilangan figur penting dalam hidup mereka.
• Rasa marah dan agresif terhadap lingkungan sekitar. Anak mungkin menunjukkan perilaku antisosial, nakal, kasar, berbohong, atau bahkan berkelahi dengan teman. Anak juga mungkin menyalurkan emosi negatif mereka dengan cara yang tidak sehat, seperti menyalahgunakan narkoba, alkohol, atau seks.
• Rasa depresi dan putus asa akan masa depan. Anak mungkin merasa tidak ada harapan atau tujuan hidup lagi setelah melihat orang tua mereka bercerai. Anak juga mungkin mengalami gangguan suasana hati, mood swing, atau bahkan percobaan bunuh diri.
Cara Mengatasi Anak Broken Home
Meski berpisah, sudah seharusnya setiap orang tua tetap menjaga dan merawat anaknya. Dengan begitu, hal ini bisa mencegah depresi pada anak. Selain itu, ada sejumlah cara mengatasi anak broken home lainnya, antara lain:
Jadi Cerminan yang Positif
Meski perceraian mungkin juga menjadi hal yang berat bagi kedua orang tua dan membuat terpuruk, tapi cobalah untuk selalu menjadi contoh positif di hadapan anak. Sebab, sikap orang tua dalam mengatasi keadaan tersebut juga akan berdampak pada anak.
Menjaga Kedekatan dengan Anak
Cara mengatasi anak broken home yang harus dilakukan orang tua adalah tetap menjaga kedekatan dengan anak. Bagi anak, keluarga biasanya merupakan tempat paling aman yang bisa selalu mereka andalkan.
Saat terjadi situasi yang berbeda di dalam rumah, maka anak juga rentan merasa tidak aman, cemas, dan takut. Maka dari itu, Anda perlu menjaga kedekatan dengan anak. Misalnya dengan menanyakan bagaimana kegiatannya setiap hari dan mencoba untuk mendampinginya selama di rumah untuk bermain atau mengobrol.
Perhatikan Perilaku Anak di Luar Rumah
Cara mengatasi anak broken home selanjutnya adalah memantau perilaku anak di luar rumah. Sebagai orang tua, pastikan Anda mendapatkan laporan dari guru mengenai bagaimana perilaku sosial anak selama berada di sekolah. Hal ini dapat menjadi perhatian khusus ketika anak mengalami masalah.
Jadilah Pendengar Setia
Salah satu kunci penting dalam meningkatkan kepercayaan diri anak pasca perceraian adalah menjadi pendengar yang baik karena perasaan anak dipenuhi emosi yang sulit untuk diungkapkannya. Pastikan untuk selalu menanyakan keadaan atau kabar sang anak, lalu dengarkan baik-baik apa yang ia katakan.