Garda Pangan, Bagikan Makanan dari Restoran hingga Acara Pernikahan untuk Warga Tak Mampu
Sampah makanan jadi ironi sosial di Indonesia, warga menengah ke atas buang-buang makanan, sementara warga tak mampu kelaparan.
Makanan berlebih jadi berkah tersendiri bagi keluarga prasejahtera
Garda Pangan, Bagikan Makanan dari Restoran hingga Acara Pernikahan untuk Warga Tak Mampu
Sampah makanan jadi masalah tersendiri di Indonesia. Jika di rata-rata, setiap warga Indonesia membuang sekitar 300 kilogram sampah makanan per tahun. Hal ini membuat Indonesia jadi negara pembuang sampah makanan terbesar kedua di dunia.
Di sisi lain, belasan juta warga Indonesia berjuang habis-habisan untuk bisa makan setiap hari. Keberadaan sampah makanan jadi ironi sosial di mana kalangan menengah atas banyak membuang makanan, sementara warga prasejahtera kelaparan. (Foto: liputan6.com)
-
Kenapa Pecel Semanggi jadi makanan khas Surabaya? Pecel Semanggi tercipta dari kebiasaan warga memanfaatkan tanaman di sekitar rumah untuk dimasak menjadi Semanggi Suroboyo.
-
Bagaimana Pemkot Surabaya membantu Kelompok Tani Kosagrha Lestari dalam mengembangkan urban farming? Keberhasilan Kelompok Tani Kosagrha Lestari tak lepas dari pendampingan Pemkot Surabaya. Pemerintah melalui PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan), membantu mulai dari media tanam, bibit, pupuk, hingga instalasi hidroponik.
-
Bagaimana program makan siang dan susu gratis Prabowo-Gibran membantu membangun sumber daya manusia di Indonesia? Hasan menekankan bahwa program ini membantu mewujudkan visi Prabowo-Gibran dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul di Indonesia.
-
Siapa yang berjuang melawan penjajah di Surabaya? Mereka gugur dengan mulia sebagai pahlawan yang ingin mempertahankan tanah air.
-
Apa konotasi dari 'Garangan'? Garangan sendiri cenderung memiliki konotasi negatif.
-
Siapa yang memberikan pengobatan gratis kepada masyarakat di Surabaya? Saat itu, dr. Soetomo meminta masyarakat pribumi yang tidak mampu membayar biaya pengobatan di Rumah Sakit Umum Simpang/Centrale Burgerlijke Ziekeninrichting (sekarang Delta Plaza), menuju kliniknya di Simpang Dukuh 12 untuk mendapatkan pengobatan gratis.
Gerakan Sosial
Pasangan suami istri, Dedhy Trunoyudho dan Indah Audivtia membuat gerakan sosial mengumpulkan makanan berlebih dari berbagai acara. Makanan layak konsumsi itu dibagikan kepada warga prasejahtera.
Garda Pangan
Dedhy adalah pengusaha katering pernikahan. Ia seringkali menghadapi masalah pembuangan makanan nyaris setiap pekan. Dari sudut pandang bisnis, membuang makanan jadi pilihan ideal karena cepat, murah, dan praktis dilakukan. Sementara itu, Indah Audivtia, istri Dedhy melihat pembuangan makanan sebagai hal yang menyesakkan. Kegelisahan itu akhirnya menggerakkan pasutri ini mendonasikan makanan berlebih.
Dendhy dan Indah bersama Eva Bachtiar, seseorang yang juga mempunyai semangat sama menyelesaikan isu pembuangan makanan, mereka bertiga menginisiasi gerakan bank makanan di Surabaya dengan nama Garda Pangan. (Foto: waste4change)
Bank makanan Garda Pangan bertujuan menjadi pusat koordinasi makanan surplus dan berpotensi terbuang, untuk disalurkan kepada masyarakat pra-sejahtera, seperti dilansir dari laman gardapangan.org. (Foto: waste4change)
Kerja Sama
Garda Pangan bekerja sama dengan restoran, hotel, bakery, kafe, rumah makan, katering, dan industri makanan lainnya. Setiap hari relawan menjemput makanan yang tidak terjual dari mitra, untuk didistribusikan kepada masyarakat yang membutuhkan. Garda Pangan menerapkan Standard Operating Procedure (SOP) ketat untuk memastikan makanan ditangani secara higienis dan disampaikan secara bermartabat. Surplus makanan yang masih layak disalurkan kepada pihak yang membutuhkan, daripada terbuang secara sia-sia.
- Tak Ada Makanan di Hutan, Beruang Hitam Cari Makan di Tumpukan Sampah Warga Lampung
- Kala Resepsi Pernikahan Impian Tinggal Mimpi: Dekorasi dan Catering Tak Ada, WO Kabur Tanpa Kabar
- Gara-Gara Ditegur Papasan di Jalan, Pemuda Ini Bunuh Pedagang Nasi Goreng di Cilincing
- Sarapan Pagi, Para Perwira Polisi Ini Begitu Nikmat Makan Gorengan & Lontong di Warung Sederhana
20-40 persen bahan makanan di dunia terbuang bahkan sebelum sampai toko. Penyebabnya, toko/swalayan/pasar/masyarakat biasanya punya standar tertentu tentang penampilan buah. Petani terpaksa membuang hasil panen yang tampilannya tidak terlihat cantik. Padahal nyatanya makanan ini masih segar, nikmat, dan bernutrisi seperti buah atau sayur lain. Garda Pangan mengumpulkan sisa-sisa panenan yang sengaja ditinggalkan petani di lahan, yang sebenarnya masih layak dimakan, untuk mengurangi potensi sampah makanan.
Kumpulkan Makanan dari Berbagai Acara
Garda Pangan juga menyelenggarakan pengumpulan donasi surplus makanan pada momen-momen tertentu. Misalnya, pengumpulan kue kering berlebih pasca Idulfitri, atau saat terjadi bencana alam. Pengumpulan donasi dilakukan dengan beberapa cara, antara lain dengan menitipkan kotak-kotak donasi di beberapa drop point di Surabaya, hingga penjemputan donasi oleh para relawan.
Edukasi
Garda Pangan juga aktif menyebarkan kesadaran mengurangi sampah makanan kepada masyarakat lewat kampanye-kampanye kreatif di media sosial atau di CFD, termasuk menyasar anak-anak.