Gejala Depresi Pasca Melahirkan, Penyebab, dan Cara Mengatasinya yang Wajib Diketahui
Depresi pasca melahirkan adalah hal yang penting untuk dipelajari dan disadari kemunculannya.
Depresi pasca melahirkan adalah hal yang penting untuk dipelajari dan disadari kemunculannya.
Gejala Depresi Pasca Melahirkan, Penyebab, dan Cara Mengatasinya yang Wajib Diketahui
Depresi pasca melahirkan merupakan suatu kondisi yang sering kali terabaikan tetapi memiliki dampak signifikan pada kesejahteraan mental ibu pasca persalinan. Meskipun kelahiran seorang anak merupakan momen yang penuh kegembiraan, bagi sebagian perempuan, ini juga dapat menjadi saat yang menantang dan penuh tekanan.
Depresi pasca melahirkan bukan sekadar kesedihan sementara; ini adalah gangguan kesehatan mental yang serius yang dapat memengaruhi hubungan ibu dan anak, kebahagiaan keluarga, dan kesejahteraan ibu secara keseluruhan.
Bagi banyak perempuan, periode pasca melahirkan diwarnai dengan perubahan hormonal yang drastis dan tuntutan baru dalam peran sebagai ibu. Dalam beberapa kasus, gejala-gejala depresi pasca melahirkan, seperti perasaan sedih, kecemasan yang berlebihan, dan kelelahan yang mendalam, dapat muncul dan berlangsung lebih lama dari yang diharapkan.
-
Apa saja gejala khas depresi pasca melahirkan? Depresi pasca melahirkan memiliki gejala khas, seperti hilangnya minat pada aktivitas rutin, gangguan tidur, perubahan gerakan, perasaan lesu yang berkelanjutan, hingga pikiran untuk mengakhiri hidup yang berulang kali muncul.
-
Mengapa depresi pasca melahirkan terjadi? Penurunan hormon setelah melahirkan bisa memengaruhi psikologis seorang ibu hingga menyebabkan depresi pasca persalinan yang dikenal sebagai postpartum blues.
-
Bagaimana depresi situasional terjadi? Depresi situasional adalah contoh depresi yang tidak menentu. Biasanya, kondisi ini ditandai dengan munculnya gejala murung, perubahan pola tidur dan makan, ketika ada kejadian yang memberi tekanan mental yang cukup tinggi. Gejala depresi situasional muncul akibat respons otak terhadap stres.
-
Bagaimana mengatasi depresi terselubung? Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal menunjukkan tanda-tanda depresi terselubung, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional. Depresi terselubung bisa diobati dengan terapi, obat-obatan, atau perubahan gaya hidup. Dengan bantuan yang tepat, Anda atau orang yang Anda kenal bisa pulih dan menikmati hidup yang lebih bahagia.
-
Kapan depresi pasca melahirkan biasanya berakhir? Pasca melahirkan berlangsung antara enam sampai delapan minggu, jadi bisa selesai sampai masa nifas, normalnya seperti itu apakah berlanjut apa enggak tergantung dari individu tersebut.
-
Apa saja tanda dari depresi terselubung? Berikut sejumlah tanda depresi terselubung yang penting untuk segera dikenali: Perubahan Kepribadian Orang dengan depresi terselubung mungkin menjadi lebih pendiam, pasif, atau tidak peduli pada hal-hal yang penting bagi mereka. Mereka juga bisa menjadi lebih mudah tersinggung atau marah. Perubahan Pola Makan dan Tidur Depresi terselubung bisa memengaruhi pola makan dan tidur seseorang. Mereka bisa kehilangan nafsu makan atau justru makan berlebihan. Gangguan tidur seperti insomnia atau hipersomnia juga sering terjadi. Perubahan Interaksi Sosial dan Produktivitas Kehilangan Minat pada Hobi dan Kegiatan Orang dengan depresi terselubung sering kali kehilangan minat pada hobi atau kegiatan yang mereka nikmati. Mereka bisa berhenti melakukan aktivitas yang biasanya membuat mereka bahagia. Bercanda tentang Hal-hal Negatif Mereka mungkin sering bercanda tentang topik yang berkaitan dengan depresi, seperti kematian atau bunuh diri. Ini bisa menjadi cara mereka untuk mengungkapkan perasaan mereka atau mencari perhatian.
Oleh karena itu, pemahaman mendalam tentang depresi pasca melahirkan menjadi krusial untuk memberikan dukungan yang tepat kepada para ibu yang mengalami kondisi ini.
Artikel ini bertujuan untuk menggali lebih dalam tentang realitas depresi pasca melahirkan, mencakup penyebab, gejala, dan cara penanganannya. Dengan menyajikan informasi yang akurat dan memberikan pemahaman yang lebih baik tentang kondisi ini, diharapkan bahwa stigma seputar depresi pasca melahirkan dapat berkurang. Simak selengkapnya.
Mengenal Apa Itu Depresi Pasca Melahirkan
Mengutip laman marchofdimes.org, depresi pasca melahirkan (disebut juga PPD) adalah suatu kondisi medis yang dialami banyak wanita setelah melahirkan. Perasaan sedih, cemas (khawatir) dan lelah yang kuat umumnya akan muncul dan berlangsung lama setelah melahirkan. Perasaan ini dapat menyulitkan untuk sekadar mengurus diri sendiri dan bahkan bayi.
Depresi pasca melahirkan bisa terjadi kapan saja setelah melahirkan. Namun seringnya, dimulai dalam 1 hingga 3 minggu setelah melahirkan.
Depresi pasca melahirkan adalah sejenis depresi perinatal. Ini adalah depresi yang terjadi selama kehamilan atau pada tahun pertama setelah melahirkan. Jenis depresi ini merupakan komplikasi paling umum yang terjadi pada wanita yang baru saja melahirkan. Penyakit ini menyerang 1 dari 7 wanita (sekitar 15 persen).
Bagi separuh wanita yang didiagnosis menderita depresi pasca melahirkan, umumnya hal tersebut adalah kali pertama mereka mengalaminya. Dan mereka mungkin mengalami tanda dan gejala selama kehamilan namun terabaikan.
Apakah depresi pasca melahirkan sama dengan baby blues?
Jawabannya adalah, tidak sama. Depresi pasca melahirkan berlangsung lebih lama dan lebih serius dibandingkan baby blues. Baby blues sendiri adalah perasaan sedih yang dialami setelah melahirkan. Baby blues bisa terjadi 2 hingga 35 hari setelah melahirkan dan bisa berlangsung hingga 2 minggu. Namun pada depresi pasca melahirkan, intensitas waktunya lebih lama dan lebih mendalam.
Gejala Depresi Pasca Melahirkan
Hal runyam mengenai depresi pasca melahirkan adalah bahwa kebanyakan wanita yang mengalaminya akan merasa malu dengan gejala yang mereka hadapi atau merasa menjadi orang tua yang buruk karena merasakan hal yang mereka alami.
Padahal, depresi pasca melahirkan sangat umum terjadi. Anda bukan satu-satunya orang yang merasakan hal ini, dan bukan berarti Anda adalah orang tua yang jahat sebab mengalaminya. Lantas, seperti apa gejala depresi pasca melahirkan? Mengutip laman mayoclinic.org, berikut daftarnya;
- Merasa sedih, tidak berharga, putus asa atau bersalah.
- Khawatir berlebihan atau merasa gelisah.
- Hilangnya minat pada hobi atau hal-hal yang dulu disukai.
- Perubahan nafsu makan atau tidak ingin makan.
- Hilangnya energi dan motivasi.
- Sulit tidur atau ingin tidur sepanjang waktu.
- Menangis tanpa alasan atau menangis berlebihan.
- Kesulitan berpikir atau fokus.
- Pikiran untuk bunuh diri atau berharap untuk mati.
- Kurangnya minat pada bayi atau perasaan cemas saat berada di sekitar bayi.
- Pikiran untuk menyakiti bayi atau merasa Anda tidak menginginkan bayi tersebut.
Penting untuk diingat bahwa gejala depresi pasca melahirkan dapat bervariasi, dan tidak semua ibu mengalami gejala yang sama. Jika seorang ibu mengalami beberapa gejala tersebut selama beberapa minggu atau lebih, sebaiknya segera berkonsultasi dengan profesional kesehatan mental atau dokter untuk mendapatkan dukungan dan perawatan yang tepat.
Penyebab Depresi Pasca Melahirkan
Penyebab pasti dari depresi pasca melahirkan masih belum diketahui. Namun, kemungkinan penyebabnya meliputi:
1. Gen
Gen adalah bagian sel tubuh yang menyimpan instruksi tentang cara tubuh Anda tumbuh dan bekerja. Gen diturunkan dari orang tua ke anak. Depresi lebih sering terjadi pada orang yang anggota keluarganya mengalami depresi. Ini disebut riwayat depresi keluarga.
2. Berubahnya kadar hormon setelah kehamilan
Hormon adalah bahan kimia dalam tubuh. Beberapa membantu mengendalikan emosi dan suasana hati. Selama kehamilan, tubuh memiliki kadar hormon estrogen dan progesteron yang lebih tinggi. Namun dalam 24 jam pertama setelah melahirkan, hormon-hormon tersebut dengan cepat kembali ke tingkat normal. Penurunan kadar hormon yang cepat ini dapat menyebabkan depresi.
3. Rendahnya kadar hormon tiroid
Tiroid adalah kelenjar di leher yang membantu tubuh menggunakan dan menyimpan energi dari makanan.
Selain perubahan kimiawi, perubahan sosial dan psikologis yang terkait dengan kelahiran bayi juga meningkatkan risiko depresi pasca melahirkan. Contoh perubahan ini termasuk perubahan fisik pada tubuh, kurang tidur, kekhawatiran tentang pengasuhan anak, atau perubahan dalam hubungan.
Cara Mengatasi Depresi Pasca Melahirkan
Depresi pasca melahirkan diatasi secara berbeda tergantung pada jenis dan tingkat keparahan gejala. Pilihan pengobatan yang ada di antaranya termasuk obat anticemas atau antidepresan, psikoterapi (terapi bicara atau terapi perilaku kognitif) dan partisipasi kelompok dukungan.
Perawatan untuk psikosis pasca melahirkan juga termasuk pengobatan untuk mengatasi depresi, kecemasan, dan psikosis. Anda juga mungkin dirawat di pusat perawatan selama beberapa hari sampai kondisi lebih stabil. Jika Anda tidak merespons pengobatan ini, terapi elektrokonvulsif (ECT) bisa dilakukan dan efektif.
Jika Anda sedang menyusui (chest feeding), jangan berasumsi bahwa Anda tidak bisa meminum obat depresi, kecemasan, atau bahkan psikosis. Bicaralah dengan penyedia layanan kesehatan tentang pilihanpengobatan yang dapat Anda jalani.
Penyedia layanan kesehatan mungkin juga akan meresepkan antidepresan untuk mengatasi gejala depresi pasca melahirkan. Antidepresan membantu menyeimbangkan bahan kimia di otak yang memengaruhi suasana hati Anda.