Lahir dengan Fisik Tak Sempurna, Ini Kisah Perempuan Asal Trenggalek Habiskan Gaji PNS untuk Bantu Teman-teman Difabel
Ia berpegang pada prinsip bahwa para difabel harus memiliki hak yang sama dengan manusia lainnya
Ia berpegang pada prinsip bahwa para difabel harus memiliki hak yang sama dengan manusia lainnya
Lahir dengan Fisik Tak Sempurna, Ini Kisah Perempuan Asal Trenggalek Habiskan Gaji PNS untuk Bantu Teman-teman Difabel
Lahir dari keluarga dengan latar belakang ekonomi kurang mampu tak membuat Taryaningsih putus asa. Perempuan kelahiran Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur punya prinsip teguh membuat orang-orang di sekitarnya bahagia.
- Mengiris Hati, Ibu Dibui Usai Siram Air Keras ke Pria yang Mengintipnya, 2 Anaknya Nangis Mau Ikut ke Penjara
- Kisah Pilu Mak Eroh, Hidup Sendiri Jualan Sapu Sehari Hanya Laku 1, Harganya Jadi Sorotan
- Sempat Diremehkan Calon Ibu Mertua Lantaran Dulunya Santri, Perempuan Ini Buktikan Diri Jadi Abdi Negara
- Cerita Wanita Calon Pekerja Luar Negeri, Berharap Gaji Besar Meski Tidak Sesuai Prosedur
Fisik Tak Sempurna
Taryaningsih lahir dengan fisik tak sempurna. Telapak kaki sebelah kirinya melengkung ke atas. Beruntung, kedua orang tuanya mendeteksi kelainan itu sejak dini. Berbagai terapi dijalani Taryaningsih kecil dan membuahkan hasil baik. Kini, kedua kaki Taryaningsih tak ubahnya kaki manusia normal.
Latar Belakang
Ayah Taryaningsih hanya lulusan SD. Hal ini membuat ia harus menjalani pekerjaan-pekerjaan berat.
Sementara itu, sang ibu yang ia panggil emak justru tak pernah mengenyam bangku pendidikan. Taryaningsih mengungkapkan, ibunya buta huruf.
"Bapak pernah jualan nasi di terminal, sopir truk, akhirnya jadi sopir di Pemda. Ibu pernah bantu-bantu mencuci di rumah orang, jual daun pisang ke pasar," ungkap Taryaningsih, dikutip dari YouTube PecahTelur, Senin (15/4/2024).
Pernah Tinggal di Kandang Ayam
Semasa kecil, Taryaningsih tinggal bersama ayah dan ibunya di rumah milik mbah buyut. Setelah sang mbah buyut meninggal, keluarga besar mereka sepakat menyewakan rumah tersebut.
"Besoknya rumah mau disewakan, sore kandang ayam dibersihkan dan malamnya kami pindah ke kandang ayam, tidur di situ," ujar Taryaningsih.
Pendidikan
Lahir sebagai difabel mendorong Taryaningsih memilih jurusan Pendidikan Luar Biasa (PLB) pada jenjang S1. Saat mendapatkan beasiswa S2, ia kembali memilih jurusan tersebut.
Saat ini, sembari sibuk mengembangkan Yayasan Difabel Naeema, Taryaningsih tengah menempuh studi S3 jurusan Manajemen Pendidikan. Ia membuktikan bahwa berasal keluarga kurang mampu tak menghalangi seseorang sekolah hingga jenjang pendidikan tertinggi.
Habiskan Gaji PNS
Tak lama setelah lulus sebagai sarjana, Taryaningsih diterima sebagai guru PNS di tiga kota, salah satunya Trenggalek. Ia memilih berkarier di Trenggalek.
Alih-alih menggunakan statusnya sebagai PNS untuk hidup santai. Taryaningsih justru berupaya keras untuk bisa membantu murid-muridnya di SLB yang setelah lulus kesulitan mendapatkan pekerjaan.
"SK PNS itu saya gadaikan untuk biaya kontrak rumah dan beli mesin-mesin bekas. Awalnya bikin bengkel kerja, ada bordir manual, jahit, sablon, pijat tunanetra, dan jualan jajan," ujar Taryaningsih, dikutip dari YouTube PecahTelur.
Yayasan Difabel Naeema tidak hanya memberikan fasilitasi modal alat dan keterampilan, tetapi juga mendorong para difabel memperluas jejaring untuk memasarkan produk dan jasa mereka.
Saat ini, ada 28 difabel di bawah binaan Yayasan Naeema. Setiap hari, mereka menjalankan usaha katering, desain batik, jahit, dan beberapa usaha lain.
"Naeema artinya mau membagikan rezekinya untuk orang lain dan membawa kebahagiaan untuk orang-orang di sekitar," jelas Taryaningsih.