Marak Hacker Jual Website Pemerintah hingga Kampus di Jatim, Alasannya Ingin Eksis
Marak aksi hacker meretas situs pemerintah hingga kampus di Jawa Timur. Selain ingin untuk dari hasil jual beli website yang telah diretas, para hacker nekat meretas website pemerintah karena ingin eksis di komunitas.
Belakangan marak aksi hacker meretas situs pemerintah hingga kampus di Jawa Timur. Dalam waktu empat bulan terakhir, Polda Jawa Timur berhasil menangkap tiga hacker yang beraksi meretas ratusan situs pemerintah hingga website milik kampus.
Terbaru, Subdit Cyber Crime Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Jawa Timur menangkap seorang pemuda berinisial AR (21), warga Dusun Denok, Kabupaten Lumajang. Pemuda itu diduga telah meretas ratusan situs milik pemerintah untuk diperjualbelikan.
-
Apa yang menjadi sasaran utama hacker dalam serangan siber terkait pemilu? Laporan dari Pusat Keamanan Siber Kanada ungkapkan bahwa serangan siber yang menargetkan pemilihan umum (pemilu) telah meningkat di seluruh dunia.
-
Bagaimana cara hacker sampingan menawarkan jasanya? Salah satu contoh iklan yang ditemukan adalah seorang pengembang Python yang menawarkan layanan pembuatan chatbot VoIP, chatbot grup, chatbot AI, peretasan, dan kerangka kerja phishing dengan harga sekitar USD 30 per jam.
-
Dimana para penjahat siber menyembunyikan malware? Karena sebagian besar mod dan cheat didistribusikan di situs web pihak ketiga, penyerang menyamarkan malware dengan berpura-pura sebagai aplikasi ini.
-
Apa itu yang dimaksud dengan penetrasi internet? Penetrasi internet yang tinggi di negara-negara tersebut menunjukkan perkembangan teknologi dan aksesibilitas yang semakin meningkat, meskipun ada variasi dalam jumlah pengguna berdasarkan populasi total.
-
Siapa saja yang menjadi korban serangan hacker? Distributor kimia asal Jerman, Brenntag SE, dilaporkan membayar uang tebusan sebesar USD4,4 juta atau Rp71,9 miliar dalam bentuk Bitcoin kepada kelompok ransomware DarkSide untuk mendapatkan dekripsi file yang dienkripsi oleh para peretas selama serangan ransomware terhadap perusahaan tersebut.
-
Apa yang diminta oleh hacker dalam serangan ransomware di Server Pusat Data Nasional (PDN) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo)? Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Budi Arie Setiadi membenarkan adanya serangan ransomware pada server Pusat Data Nasional (PDN). Bahkan, kata dia, pelaku meminta tebusan senilai USD 8 juta. "Iya, menurut tim (minta tebusan) USD 8 juta," kata Budi Arie kepada wartawan di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (24/6).
Adapun salah satu website yang diretas oleh terduga pelaku AR yakni situs milik Pemerintah Kabupaten Malang, Jawa Timur, yang meliputi situs resmi Bappeda, BPBD, dan Litbang setempat.
Dikutip dari laman resmi Polri, motif tersangka meretas website adalah ingin menguasai website milik pemerintah dan kemudian menjualnya. Wadirkrimsus Polda Jatim, AKBP Arman menjelaskan bahwa website yang berhasil diretas oleh tersangka AR kemudian dijual dengan harga antara Rp1,5 hingga Rp2 dolar.
Ingin Eksis
Sementara itu, berdasarkan penuturan tersangka, pelaku yang merupakan lulusan SMP itu mengaku aksi peretasan yang dilakukan dilatarbelakangi oleh dua motif. Pertama, untuk mendapatkan keuntungan dari penjualan website. Kedua, untuk menunjukkan eksistensinya di kalangan komunitas hacker.
Akibat perbuatannya, tersangka AR akan dijerat dengan Pasal 32 ayat (1) jo Pasal 48 ayat (1) dan/atau Pasal 32 ayat (2) jo Pasal 48 ayat (2) Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik sebagaimana diubah oleh Undang-Undang RI Nomor 19 tahun 2016 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dengan ancaman hukuman 8 tahun penjara.
Peretasan Website ITS
Sebelumnya, Polisi dari Subdit V Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Polda Jawa Timur berhasil menangkap dua pelaku peretasan website pemerintah. Peretasan itu terjadi pada bulan Februari 2023.
Dua pelaku yang berhasil diamankan adalah AT (27) asal Mundu Mesigit, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, dan DS alias MA alias Mr Cakil (23) warga Cibitung, Kabupaten Bekasi. Keduanya berhasil meretas website pemerintah hanya dalam waktu 10 menit.
Modus operandi yang dilakukan kedua tersangka dengan meretas website pemerintahan dan pendidikan di Jawa Timur, khususnya di website tpka.its.ac.id, memiliki tujuan meningkatkan Search Engine Optimization (SEO) untuk konten perjudian. Tersangka memperoleh keuntungan sebesar Rp 200.000,- dari penjualan website yang sudah ditambahkan backdoor, yaitu https://tpka.its.ac.id/fz.php.
Selain itu, motif tersangka melakukan aksi peretasan yakni untuk menunjukkan eksistensinya sebagai seorang hacker yang berhasil meretas website pemerintahan (go.id atau ac.id), seperti dikutip dari laman resmi Kominfo Jawa Timur.
Sementara itu, website tpka.its.ac.id merupakan website resmi dari Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) yang digunakan untuk tes potensi akademik bagi calon pendaftar program pascasarjana ITS. Pada bulan Februari 2023, ITS mendapatkan laporan dari sistem deteksi bahwa terjadi akses ilegal terhadap website tpka.its.ac.id. Tindakan peretasan tersebut mengakibatkan gangguan pada sistem elektronik dan mengubah tampilan website menjadi landing page dari website perjudian slot88.
Maraknya kasus peretasan yang melibatkan website pemerintah Jawa Timur hingga kampus menjadi perhatian serius. Pemerintah dan institusi terkait perlu meningkatkan sistem keamanan dan memberikan pelatihan kepada personel yang terlibat dalam menjaga keamanan siber agar dapat mengantisipasi dan melindungi website dari serangan peretasan yang semakin marak.