Mengenal Komunitas Tanoker, Berdayakan Kampung Buruh Migran Jember hingga Dikenal Dunia
Dulu kampung buruh migran ini dikenal memiliki angka kriminalitas tinggi, kini dikenal banyak warga negara asing karena kolaborasi kreatifnya.
Dulu kampung ini dikenal memiliki angka kriminalitas tinggi.
Mengenal Komunitas Tanoker, Berdayakan Kampung Buruh Migran Jember hingga Dikenal Dunia
Kampung Buruh Migran
Desa Ledokombo, Kabupaten Jember dikenal sebagai salah satu kampung buruh migran. Banyak anak-anak tidak mendapatkan perhatian cukup karena orang tua mereka bekerja ke luar negeri.
-
Apa saja tempat wisata di Jatinangor? Jatinangor, sebuah kecamatan di Sumedang, Jawa Barat, tidak hanya dikenal sebagai pusat pendidikannya, tetapi juga menyimpan beragam surga tersembunyi bagi para pencinta alam dan pelancong.
-
Kapan Desa Wisata Muara Jambi diresmikan? Melansir dari jadesta.kemenparekraf.go.id, Desa Wisata Muara Jambi sudah diresmikan oleh Gubernur Jambi pada 2017 silam.
-
Di mana Desa Wisata Cisaat berada? Desa Cisaat di Kecamatan Ciater, Kabupaten Subang, Jawa Barat, baru-baru ini mendapat gelar Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI.
-
Kapan Desa Wisata Nusa meraih juara? Desa Wisata Nusa telah menyabet juara di Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021 kategori homestay.
-
Kenapa Desa Wisata Ketapanrame memiliki daya tarik wisatawan? Kekayaan alam dan budaya yang terjaga menjadi daya tarik wisatawan.
-
Kapan Rumah Joglo Tanjung ditetapkan sebagai desa wisata? Mengutip situs Cagar Budaya Pemprov DIY, pada tahun 2001, Tanjung tetapkan sebagai desa wisata.
Selain itu, angka perceraian buruh migran asal Desa Ledokombo juga cukup tinggi. Perceraian ini menyebabkan anak-anak berpotensi menjadi korban perundungan oleh teman-temannya, menjadi penyendiri, hingga tersisih. Mengutip laman resmi indonesia.go.id, anak-anak buruh migran yang orang tuanya cerai ini punya kecenderungan berkeliaran di jalan sebagai pelaku kriminal.
Pada 2009, keluarga Dr Suporahardjo dan Farha Ciciek yang sebelumnya tinggal di Jakarta, kemudian pindah ke Desa Ledokombo, Jember. Supo memperkenalkan permainan egrang kepada dua anaknya dan mengajak anak-anak lain untuk memainkannya mengelilingi desa. Kebiasaan itu awalnya dianggap aneh oleh masyarakat setempat.
(Foto: Komunitas Tanoker)
Supo mengajak anak-anak buruh bermain, bergembira, dan menampilkan potensi mereka melalui pendekatan budaya, yaitu egrang. Pria yang sudah puluhan tahun tinggal di Jakarta itu kemudian berinisiatif membentuk komunitas Tanoker. Komunitas ini memprakarsai festival egrang yang digelar setiap tahun.
(Foto: Komunitas Tanoker)
Komunitas Tanoker
Tanoker berasal dari Madura yang berarti kepompong. Kata ini sengaja dipilih untuk nama komunitas dengan filosofi bahwa ulat yang menggelikan akan jadi kepompong dan bermetamorfosis menjadi kupu-kupu indah.
Supo berharap, Desa Ledokombo dan anak-anak buruh migran juga akan bermetamorfosis menjadi desa yang lebih baik dan memberikan harapan cerah bagi anak-anak buruh migran.
Komunitas Tanoker memiliki tujuh kelompok anak-anak berdasar minat, yaitu permainan tradisional, membaca dan menulis, memasak, olahraga, musik, menari dan melukis. Setiap bulan masing-masing kelompok anak-anak diminta menampilkan karya di hadapan masyarakat dan komunitas yang diundang.
(Foto: Dok. Komunitas Tanoker)
Di sela-sela kegiatan, anak-anak bermain egrang dan permainan tradisonal lainnya. Orang tua termasuk nenek dan kakek anak-anak buruh migran juga dilibatkan dalam banyak pengajaran dan kegiatan. Komunitas Tanoker meyakini bahwa pembelajaran bisa dilakukan kapan dan di mana saja, termasuk dikemas dalam permainan egrang.
Libatkan Orang Tua
Ada juga beberapa program untuk orang tua. Pengajian rutin mingguan disisipi diskusi bok-ebok (ibu-ibu dalam bahasa Madura), salah satunya topik pola asuh. Ibu-ibu yang datang mengajukan permasalahan dan komunitas Tanoker berusaha membantu dengan mengundang berbagai ahli untuk berdiskusi dengan mereka. Para orang tua juga belajar mengenai makanan sehat tanpa zat berbahaya, teknologi seperti penggunaan internet hingga belajar desain produk.
Tak jarang komunitas ini belajar jarak jauh dengan beberapa pihak di luar negeri. Mereka berdiskusi melalui Skype dan teknologi lainnya untuk bertukar pengalaman dan pengetahuan. Salah satunya mengenai perdamaian dan gerakan anti radikalisme yang menjadi isu internasional.
Wajah Baru
Sebelumnya, Desa Ledokombo yang sebelumnya memiliki angka kriminalitas tinggi dan anak-anak yang tak terkelola baik. Kini mereka bergairah mengelola desa wisata yang memiliki karya kreatif seperti usaha batik bermotif egrang, usaha aksesoris, serta suvenir egrang dan permainan tradisional lain. Usaha suvenir ini melibatkan mantan buruh migran yang sudah tidak ingin bekerja di luar negeri dan memilih menetap di desa.
Festival Egrang yang digelar setiap September menjadikan desa ini tidak hanya dikenal di tingkat nasional, tetapi juga internasional. Setiap tahun, komunitas Tanoker rutin mengundang perwakilan dari negara lain untuk menghadiri Festival Egrang. Tak sedikit warga negara asing yang datang sangat terpikat dengan kolaborasi dan kreativitas warga Desa Ledokombo.