Misteri Suara Dentuman yang Bikin Geger Warga Jakarta, Depok dan Bogor
"Saya pikir ini petir, tapi pas dilihat langit cerah. Suara dentuman berkali-kali terdengar," ujar Amir kepada merdeka.com, Sabtu (11/4)
Tadi malam hingga hari ini, Sabtu (11/4), warga Jakarta dans ekitarnya dihebohkan dengan suara dentuman berkali-kali terdengar di sekitar Jakarta, Depok hingga Bogor. Dugaan sementara asal sumber dentuman tersebut adalah dari anak Gunung Krakatau yang meletus tadi malam hingga pagi tadi.
Di media sosial Twitter, banyak warganet juga mempertanyakan asal suara dentuman itu. Mereka rata-rata menduga berasal dari letupan akibat erupsi Anak Gunung Krakatau.
-
Kapan Gunung Merapi meletus? Awan panas guguran itu terjadi pukul 20.26 WIB yang mengarah ke barat daya (Kali Bebeng) arah angin ke timur.
-
Kapan Gunung Semeru meletus? Gunung Semeru terus bergejolak dalam beberapa pekan terakhir. Terbaru gunung tertinggi di Pulau Jawa itu kembali erupsi pada Minggu (31/12) dini hari. Letusannya disertai lontaran abu yang mengarah ke arah selatan dan barat daya.
-
Kapan Gunung Krakatau meletus dan menyebabkan tsunami dahsyat? Letusan dahsyat Gunung Krakatau terjadi pada 27 Agustus 1883.
-
Kenapa Gunung Vesuvius meletus? Pada tanggal 24 Agustus 79 Masehi, Gunung Vesuvius meletus, menyemburkan lebih dari 4,8 kilometer kubik puing-puing hingga 32,1 kilometer di udara.
-
Apa yang ditemukan di lereng Merapi-Merbabu sebagai bukti peradaban kuno? Bukti-bukti itu terlihat dari banyaknya candi dan prasasti yang ditemukan.
-
Kapan Gunung Seulawah Agam meletus? Dari segi sejarah erupsinya, tidak diketahui pasti kapan terjadinya letusan tersebut.
Menurut Warga Sawangan, Depok, Amir, DIA mengaku suara dentuman baru disadari sekitar pukul 02.00 WIB. Suara dentuman sempat dikira dari petir lantaran Depok baru saja diguyur hujan deras.
"Saya pikir ini petir, tapi pas dilihat langit cerah. Suara dentuman berkali-kali terdengar," ujar Amir kepada merdeka.com, Sabtu (11/4)
Dentuman itu terdengar cukup menyeramkan bagi warga sekitar Jakarta Selatan. Ayu, warga Pondok Labu, merasa ketakutan suara mendengar suara dentuman itu. Sempat dikira ada pembangunan sekitar rumahnya, namun lebih dalam didengar terasa beda. Suara dari arah Banten itu bak gemuruh.
"Takut malam-malam dengar suara itu. Apalagi anak Gunung Krakatau dikabarkan erupsi tadi malam," ungkap dia.
Analisis Ahli Vulkanologi Soal Sumber Dentuman di Jakarta & Bogor
Setkab.go.id
Dentuman keras terdengar jelas di wilayah di Jakarta hingga Depok, Jawa Barat, pada Sabtu (11/4) dini hari. Suara tersebut sampai membuat kaca rumah bergetar.
Ahli vulkanologi yang juga mantan Kepala Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Surono, suara gemuruh dan dentuman itu kemungkinan berasal Gunung Anak Krakatau (GAK). Pada saat bersamaan, gunung di Selat Sunda itu memang mengalami erupsi.
"Pada saat masyarakat mendengar dentuman, bersamaan dengan letusan anak krakatau. Bisa terjadi bahwa suara dentuman dari Gunung Anak Krakatau," ujar Surono saat dihubungi Liputan6.com, Sabtu (11/4) pagi.
Pria yang akrab disapa Mbah Rono ini menambahkan, suara dentuman bisa terjadi lantaran didukung suasana yang sepi. Sehingga suara itu bisa terdengar jauh dari titik lokasi gunung anak krakatau.
"Apalagi saat ini kondisi sepi, tidak ada kendaraan lalu lalang, tidak ada kegiatan manusia di luaran. Sepiiiii. Bisa terjadi suara tersebut dari letusan Gunung Anak Krakatau," ujar dia.
Lalu mengapa suara dentuman itu terdengar di kejauhan sementara di lokasi terdekat gunung tidak merasakan hal tersebut? Surono menjelaskan hal ini lantaran gelombang suara sampai di suatu daerah bergantung tekanan udara.
"Bisa jadi tekanan udara tersebut berbeda-beda. Bila ledakan tidak keras, dini hari, jika juga tidak terdengar karena tidur atau sedang kegiatan lain bisa terjadi," jelas Mbah Rono.
PVMBG Sebelumnya Sebut Suara Dentuman Bukan karena Erupsi Anak Krakatau
2020 Merdeka.com/liputan6.com
Suara dentuman terdengar oleh sejumlah warga di kawasan Kota Depok, Jawa Barat dan sejumlah wilayah di Jakarta. Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG) menyebut suara dentuman tersebut bukan berasal dari erupsi Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda.
"Saya sudah konfirmasi petugas pos pengamatan, mereka tidak mendengar karena letusannya juga kecil," kata Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api Hendra Gunawan dihubungi di Jakarta, Sabtu (11/4).
Menurut dia, erupsi gunung yang terletak di Selat Sunda dalam wilayah Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung itu hanya mengeluarkan semburan ketinggian berkisar 500 meter.
Dia menyebut letusan yang terjadi pada Jumat (10/4) malam juga bukan merupakan letusan eksplosif dan hanya semburan.
"Biasanya dalam jarak dua kilometer, kedengaran hanya suara desis saja," ujarnya pula.
Berdasarkan pantauan kamera pengawas atau CCTV pada pos pemantauan Gunung Anak Krakatau, abu vulkanik berwarna hitam dan abu-abu itu bergerak ke arah timur dengan ketinggian sekitar 500 meter dari dasar kawah.
PVMBG menyebutkan tingkat aktivitas gunung yang terletak di Selat Sunda itu berada pada level II atau waspada.
PVMBG mengimbau masyarakat atau wisatawan tidak diperbolehkan mendekati kawah dalam radius dua kilometer dari kawah.
Sebelumnya Ada Gelembung Besar di Selat Sunda
2019 Satellite image 2019 DigitalGlobe, a Maxar
Beberapa waktu lalu masyarakat pengguna media sosial dihebohkan dengan misteri kemunculan gelembung besar di Selat Sunda, wilayah perbatasan antara Sumatera dengan Jawa (Provinsi Banten).
Dilansir dari dream.co.id, gelembung besar tersebut pertama kali ditemukan BKSDA Bengkulu Lampung saat menjalankan aktivitas patroli di sekitar Cagar Alam Kepulauan Krakatau. Kemunculan gelembung besar juga dikaitkan dengan dugaan akan memunculkan gelombang Tsunami sehingga menggemparkan para pengguna sosial media.
Kemunculan video gelembung tersebut pertama kali diunggah oleh akun sosial media @krakatau_ca_cal, dan langsung mendapat banyak komentar dari warganet. Dilansir dari Liputan6 dijelaskan oleh Daryono, selaku Kabid Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG pada Rabu (1/4/2020) mengatakan jika kemunculan gelembung berukuran besar di zona gunung api bawah laut merupakan suatu hal yang biasa dan wajar terjadi.
Hal tersebut menandakan akan adanya aktivitas vulkanisme di bawah laut, selain itu dugaan kuat merupakan aktivitas vulkanisme adalah suhu air yang menjadi hangat mengingat lokasi tersebut berada tidak jauh dari gunung anak Krakatau.
"Aktivitas vulkanisme bawah laut, gunung api aktif biasa seperti itu," ungkap Daryono.