Jadi Kawasan Penyangga Ekosistem Leuser, Intip Fakta Menarik Gunung Seulawah Agam di Aceh Besar
Gunung yang memiliki ketinggian 1.726 di atas permukaan laut (mdpl) ini memiliki beberapa nama lain, seperti Solawa Agam, Solawaik Agam, hingga Selawadjanten.
Gunung yang memiliki ketinggian 1.726 di atas permukaan laut (mdpl) ini memiliki beberapa nama lain, seperti Solawa Agam, Solawaik Agam, Selawadjanten, dan Goldberg.
Jadi Kawasan Penyangga Ekosistem Leuser, Intip Fakta Menarik Gunung Seulawah Agam di Aceh Besar
Gunung Seulawah Agam merupakan gunung berapi yang berada di Kecamatan Seulimeum dan Kecamatan Lembah Seulawah, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh. Gunung ini dikenal sebagai salah satu kawasan penyangga Ekosistem Leuser.
Melansir dari berbagai sumber, Gunung Seulawah Agam ini terbentuk akibat adanya pertemuan lempeng Indo-Australia yang bergerak relatif ke Utara, lalu menujam di bawah Lempeng Kerak Benua Eurasia. (Foto: Wikipedia)
-
Kenapa Gunung Aseupan disebut Aseupan? Konon gunung ini diberi nama Aseupan karena bentuknya yang kerucut mirip dengan alat penanak nasi yang terbuat dari anyaman bambu.
-
Apa yang ada di puncak Gunung Aseupan? Makam tanpa nama di puncak Gunung Aseupan menjadi sumber misteri yang menarik minat para pendaki dan pencari petualangan.
-
Dimana letusan gunung berapi terjadi? Pertanyaan tersebut menjadi fokus perhatian para peneliti yang mengunjungi dataran tinggi luas dan berbatu di India Barat yang terbentuk oleh lava cair, di mana mereka melakukan pengeboran batu dan mengumpulkan sampel untuk dianalisis.
-
Bagaimana Gunung Leuser dianggap ekstrem? Gunung ini bisa dibilang salah satu gunung ekstrem di Indonesia. Pasalnya, jalur yang dilewati merupakan bebatuan cadas dan tajam. Selain itu, tanjakan yang ektrem dan trek yang berliku juga sangat memengaruhi tingkat kesulitan untuk mencapai puncak.
-
Kenapa Gunung Selok layak dikunjungi? Gunung ini sangat indah karena menyuguhkan pemandangan pantai yang jarang sekali ditemui di tempat lain.
Penujaman tersebut menyebabkan terjadinya proses peleburan kerak Samudera Indo-Australia menjadi magma. Kemudian magma tersebut melewati permukaan zona yang terbilang cukup lemah, sehingga terbentuklah Gunung Seulawah Agam ini.
Dari segi sejarah erupsinya, tidak diketahui pasti kapan terjadinya letusan tersebut.
Masih banyak fakta menarik lain dari Gunung Seulawah Agam ini, simak informasi lengkapnya berikut ini.
Memiliki Berbagai Nama
Gunung yang memiliki ketinggian 1.726 di atas permukaan laut (mdpl) ini memiliki beberapa nama lain, seperti Solawa Agam, Solawaik Agam, Selawadjanten, dan Goldberg.
Ada pula yang menyebut kawahnya dengan nama Tanah Simpago.
Jalur Pendakian yang Mudah
Melansir dari berbagai sumber, untuk mengakses atau mendaki Gunung Seulawah Agam ini tergolong cukup mudah
Pada area gunung ini lanskap paling ekstrem hanya sekitar 70 derajat, dan jaraknya kurang dari 500 meter.
Gunung Seulawah Agam ini cocok didaki para pendaki pemula yang penasaran dengan treknya mencapai puncak.
Perlu diketahui, kawasan ini memiliki suhu yang cukup sejuk hingga dingin. Bagi para pendaki disarankan untuk naik pada pagi hari agar banyak waktu beristirahat dan tidak terlalu lama di hutan.
Tugu Peringatan Tsunami 2004
Tepat sebelum puncak gunung, para pendaki akan menemukan sebuah tanda atau semacam tugu peringatan kecil untuk beberapa korban Tsunami tahun 2004 silam dengan tambahan pilar triangulasi Belanda Kuno.
Selain tugu peringatan, di dekat puncak juga terdapat rumah pohon. Pendaki sangat disarankan untuk berhati-hati saat menaiki tangganya. Dari atas pohon rumah pohon ini pendaki bisa melihat pemandangan Aceh tanpa ada sekat sejengkal pun.
Penyangga Ekosistem
Gunung yang dikenal dengan nama Seulawah Agam dan Seulawah Dara oleh masyarakat setempat ini bukan sekadar gunung biasa. Kawasan ini juga penting bagi penyangga ekosistem Leuser.
Diketahui kawasan ini memiliki luas kurang lebih 1,4 juta hektare yang meliputi wilayah Aceh Barat, Nagan Raya, Aceh Jaya, Aceh Besar, Pidie, Bireun, dan Aceh Tengah.
Kawasan Seulawah memiliki suhu udara minimum 19-21 C dan maksimum 25 hingga 30 derajat celcius dengan curah hujan yang berkisar 2.000 sampai 2.500 mm per tahun, dengan ketinggian 1.800 mdpl.
Banyak Ragam Jenis Flora dan Fauna
Dengan kondisi alam yang cenderung sejuk, kawasan gunung ini banyak dijumpai ragam jenis flora dan fauna. Ada gajah yang dikenal dengan legenda Pocut Meurahnya, rusa, harimau, beruang, kancil, hingga berbagai macam jenis burung.
Pada bagian bukit yang terjal ini banyak ditumbuhi oleh jenis kayu seperti meranti, copat, cemara, beramah, urip, deriam, dan semantuk sehingga gunung ini menjadi kawasan tempat tinggal yang ideal bagi beragam makhluk hidup.