Potret Kehidupan di Probolinggo pada Zaman Kerajaan, Perbatasan Dua Kerajaan Besar yang Jadi Lokasi Perang Saudara
Seiring perkembangan politik kenegaraan/kekuasaan pada zaman Kerajaan Majapahit, pemerintahan di Banger mengalami perubahan.
Daerah ini dulunya hanya padukuhan kecil.
Potret Kehidupan di Probolinggo pada Zaman Kerajaan, Perbatasan Dua Kerajaan Besar yang Jadi Lokasi Perang Saudara
Pada zaman kerajaan, Kabupaten Probolinggo masih berupa padukuhan kecil bernama Banger. Seiring berjalannya waktu, daerah yang merupakan kawasan perbatasan dua kerajaan besar ini berkembang pesat.
-
Apa yang menjadi sumber penderitaan warga Probolinggo selama masa penjajahan Belanda? Warga Sengsara Mirisnya, kemasyhuran Probolinggo sebagai daerah penghasil gula berkualitas berbanding terbalik dengan kesejahteraan warganya. Selama masa kolonialisme Belanda, warga Probolinggo menjadi korban tanam paksa. Mereka dipaksa bekerja di kebun-kebun milik pemerintah Hindia Belanda tanpa imbalan memadai.
-
Apa yang ditemukan di situs peninggalan Majapahit di Kalimantan Barat? Di Kota Ketapang, Kalimantan Barat, ada sebuah situs peninggalan Hindu Buddha. Peninggalan itu kemudian dikenal dengan nama Candi Negeri Baru.
-
Apa bukti sejarah yang menunjukan kebesaran Purnawarman? “Inilah (tanda) sepasang telapak kaki yang seperti kaki Dewa Wisnu (pemelihara) ialah telapak yang mulia sang Purnawarman, raja di negeri Taruma, raja yang gagah berani di dunia”.
-
Mengapa Probolinggo terkenal dengan pemandangan yang eksotis? Hal ini karena Probolinggo dikelilingi oleh pegunungan Tengger, Gunung Semeru, dan Gunung Argopuro.
-
Bagaimana sejarah Museum di Puro Mangkunegaran? Museum ini terletak tak jauh dari Balai Kota Solo, berdasarkan sejarahnya, museum ini sudah dibangun sejak tahun 1867 dan dulunya digunakan sebagai kantor untuk De Javasche Bank Agentschap Soerakarta.
-
Di mana letak Probolinggo? Probolinggo adalah sebuah kota yang terletak di pesisir utara Jawa Timur, 100 km di sebelah tenggara kota Surabaya.
Sejarah
Pada zaman Pemerintahan Prabu Radjasanagara (Sri Nata Hayam Wuruk), raja Majapahit yang ke IV (1350-1389), Probolinggo dikenal dengan nama Banger. Saat itu, Banger merupakan pedukuhan kecil di bawah pemerintahan Akuwu di Sukodono. Nama Banger dikenal dari buku Negarakertagama karangan Mpu Prapanca, pujangga Kerajaan Majapahit yang terkenal.
Lokasi Perang Saudara
Pada saat Bre Wirabumi (Minakjinggo), Raja Blambangan berkuasa, Banger yang merupakan kawasan perbatasan antara Majapahit dan Blambangan juga dikuasai oleh Prabu Wikramawardhana (Majapahit). Bahkan Banger menjadi lokasi perang saudara antara Bre Wirabumi (Blambangan) dengan Prabu Wikramawardhana (Majapahit) yang dikenal dengan “Perang Paregreg”.
Masa Kolonialisme
Pada tahun 1743 penguasa lokal menyerahkan Banger kepada VOC. Pada tahun 1746 VOC mengangkat Kiai Djojolelono sebagai Bupati Pertama Banger, dengan gelar Tumenggung. Kabupatennya terletak di Desa Kebonsari Kulon.
Kompeni menerapkan politik adu domba untuk memengaruhi Kiai Djojolelono agar membunuh Panembahan Semeru, Patih Tengger, keturunan Untung Suropati yang juga memusuhi kompeni. Panembahan Semeru akhirnya terbunuh oleh Kiai Djojolelono. Setelah menyadari kekhilafannya akibat terbuai politik adu domba kompeni, Kiai Djojolelono menyesali tindakannya. Apalagi ia mewarisi darah ayahnya yang menentang keras kompeni. Sebagai tanda sikap permusuhannya terhadap kompeni, Kiai Djojolelono meninggalkan istana dan jabatannya sebagai Bupati Banger pada tahun 1768.
Pemimpin Favorit Rakyat
Mengutip setwan.probolinggokota.go.id, kompeni mengangkat bupati baru untuk memimpin Banger. Mereka memilih Raden Tumenggung Djojonegoro, putra Raden Tumenggung Tjondronegoro, Bupati Surabaya ke-10. Kompeni lagi-lagi pakai politik adu domba. Alhasil, Kiai Djojolelono yang tetap memusuhi kompeni ditangkap oleh Tumenggung Djojonegoro. Jenazah bupati pertama Banger itu dimakamkan di pasarean Sentono yang dianggap masyarakat sebagai makam keramat.
- Jika Menang Pilkada, Pramono Anung Yakin Komunikasi dengan Prabowo-Gibran Terjalin Baik
- Potret Permukiman Terbengkalai Puluhan Tahun di Tengah Kota Jakarta, Sunyi Tanpa Kehidupan Bak Kampung Mati
- Potret Jenderal Polisi Turun Gunung Atur Lalu Lintas Mudik, Bintang di Pundak Bikin Salah Fokus
- Potret Wilayah Penting Kerajaan Majapahit Sejak Pemerintahan Raja Pertama, Warga Hidup Makmur
Pada tahun 1770, Kanjeng Djimat mengganti nama Banger o menjadi “Probolinggo” (Probo : sinar, linggo tugu, badan, tanda peringatan, tongkat). Dengan demikian, Probolinggo diartikan sebagai sinar yang berbentuk tugu, gada, tongkat. Setelah wafat, Kanjeng Djimat dimakamkan di pasarean belakang Masjid Jami’.