Omzet Sempat Menurun, Bisnis Keripik Kelapa Khas Kebumen Tetap Eksis saat Pandemi
Mungkin sebagian orang belum begitu mengenali tentang makanan khas Kebumen yang satu ini, untuk mengetahui kisahnya, simak liputan berikut ini.
Pandemi Covid-19 memang membawa banyak dampak, terutama bagi sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Mereka yang memiliki usaha rumahan pun turut merasakan dampaknya.
Para pelaku usaha punmencari cara untuk tetap bertahan di saat pandemi. Hal ini juga dilakukan oleh pasangan suami istri asal Desa Kedaleman Wetan, Kecamatan Puring, Kabupaten Kebumen, Ismail (48) dan Kamirah (45).
-
Apa yang istimewa dari Yogyakarta? Pada zaman pendudukan Jepang, wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta disebut dengan istilah Yogyakarta Kooti.
-
Apa yang dilakukan Kama saat liburan di Yogyakarta? Anak-anak Zaskia Adya Mecca menemukan kebahagiaan dalam hal-hal sederhana seperti jajan gulali dan duduk santai di pinggir jalan.
-
Apa masalah utama yang dihadapi Yogyakarta terkait sampah? Sampah di Yogyakarta ini rasane ora kelar-kelar, ora uwis-uwis (rasanya enggak pernah selesai, enggak ada habisnya). Pertanyaannya, kepiye kok ngene? Gitu kan? Terus muncul timbunan sampah di 14 depo yang ada di kota,
-
Apa bisnis yang dirintis oleh Risma di Yogyakarta? Risma memulai usaha kecil-kecilan dari pre-order di rumah. Dari sinilah Risma mulai mengumpulkan modal sedikit demi sedikit hingga akhirnya memberanikan diri untuk membuka bisnis ramen.
-
Apa yang dinikmati oleh Kasad dan keluarganya di Yogyakarta? Saat sampai di Yogyakarta, ketiganya langsung menikmati kuliner khas kota tersebut. Mereka tampak datang dan menikmati sajian khas dari Yogyakarta yaitu Gudeg.
-
Apa arti dari 'Ya Rahman Ya Rahim'? Secara harfiah, Ya Rahman Ya Rahim berarti "Wahai Yang Maha Pengasih, Yang Maha Penyayang". Dua kata "Rahman" dan "Rahim" secara khusus menggambarkan sifat-sifat Allah yang amat penyanng.
Mereka merupakan sosok di balik terciptanya keripik kelapa khas Kebumen yang telah ada sejak 2003 silam. Hingga saat ini, produk camilannya dikenal baik di wilayah Kebumen ataupun daerah lain seperti Jakarta dan Bandung.
Perjuangan mereka di balik terciptanya keripik kelapa ini tentunya tidak mudah. Ismail yang merupakan warga asli Bandung dan Kamirah yang berasal dari Kebumen ini menceritakan bagaimana awal merintis usahanya.
Keduanya ternyata sempat merantau ke berbagai kota dan mencoba berbagai usaha hingga akhirnya tekun memproduksi keripik kelapa danmemilih untuk tinggal di kota kelahiran Kamirah di Kota Kebumen, Jawa Tengah.
"Selama berada di Bandung, sempat menekuni usaha omreng (oncom goreng) dan selondok, setelah di Bandung lalu merantau ke Jogja jadi tukang becak selama 20 tahun", ujar Kamirah saat ditemui pada Minggu (8/11)
Berawal dari Coba-coba, Akhirnya Membawa Berkah
©2020 Merdeka.com/ Rakha Fahreza
Kebanyakan orang mungkin hanya mengenal Lanting sebagai camilan khas Kebumen. Namun berkat ide Ismail dan Kamirah terciptalah ide kreasi jajanan khas yang lain seperti keripik kelapa.
Pasangan suami istri ini bercerita jika awalnya mereka menekuni usaha bisnis kerupuk rambak. Namun karena memiliki banyak pesaing, keduanya memutar otak agar jajanan yang mereka jual dilirik di pasaran.
Ide membuat keripik berbahan kelapa muncul saat mengetahui jika oncom tak begitu digemari di Kebumen. Kelapa dipilih untuk menjadi pengganti bahan dasar omreng (oncom goreng) yang berasal dari oncom.
Selain itu, di wilayah Kebumen, khususnya di desa Kedaleman Wetan, Kecamatan Puring, produk kelapa pun sangat melimpah. Melihat peluang tersebut muncullah ide untuk menggantikan bahan dasar omreng dengan kelapa.
“Di wilayah Kebumen, oncom kurang diminati jadi jajanan, akhirnya kepikiran diganti jadi kelapa saja yang bahan bakunya mudah didapat, eh ternyata orang banyak yang suka dan ditekuni sampe sekarang”, ujarnya, Minggu (8/11/2020)
Namun, bisnis yang dirintisnya tak selalu berjalan mulus. Ada banyak lika-liku yang dihadapi pasangan suami istri ini.
“Awale punya karyawan di satu desa, ngga lama minta keluar eh ternyata bikin usaha yang sama (keripik kelapa) di dekat rumah, sempat jadi saingan tapi alhamdulilah rejeki nggeh mboten teng pundi-pundi mas haha (rejeki tidak akan kemana-mana)”, cerita Kamirah.
Setelah sempat disaingi oleh mantan karyawannya sendiri, pasangan suami istri ini tidak putus asa untuk gencar memasarkan produknya. Bahkan setelah kejadian tersebut, keduanya lebih tertantang untung berinovasi di bidang kuliner agar lebih banyak orang yang penasaran dengan produk keripik kelapa.
Sempat Alami Penurunan Omzet, Tak Mematahkan Usaha yang Telah Dirintis
©2020 Merdeka.com/ Rakha Fahreza
Di kondisi pandemi Covid-19 seperti saat ini, pasti banyak sektor yang ikut berdampak. Khususnya pada sektor ekonomi dan usaha rumahan. Hal tersebut juga sempat dirasakan oleh Ismail dan Kamirah dalam menjalankan usaha ini.
“Pas awal pandemi kerasa biasanya bisa ngirim 1 kuintal ke luar kota, tapi gara-gara corona paling banyak ngirim cuma ½ kuintal, itu juga sulit mas”, ungkap Kamirah.
Ia mengatakan bahwa pada awal pandemi corona di Indonesia, sekitar Maret hingga Mei bisnis rumahan yang dibangunnya sempat mengalami penurunan omzet. Terlebih saat diberlakukan PSBB di wilayah Jakarta yang menyebabkan pesanan yang akan dikirim ke sana menjadi tersendat.
Namun kondisi tersebut tak membuatnya untuk berhenti memasarkan produk keripik kelapa. Setelah Idul Fitri 2020, pesanan keripik kelapa perlahan naik dan membuat bisnis rumahan ini mampu bertahan di kala pandemi Covid-19 hingga kini.
“Pas setelah Lebaran, Alhamdulilah pesenan mulai normal kembali mas, yang dari luar kota mulai ada orderan sejak PSBB dilonggarin sama ekspedisi mulai jalan”, ungkapnya.
Omzet yang mereka peroleh pun berangsur-angsur membaik. Produksinya kini mulai kembali normal untuk memenuhi pesanan offline maupun online.
Dalam berbisnis, Kamirah mempunyai prinsip jika dalam menjalankan usaha tak akan menghianati hasil saat ikhtiar tetap dilaksanakan dan tetap berdoa kepada Tuhan. “Rejeki sudah ada yang ngatur, tetep sabar dan telaten sudah jadi kunci kita buat jalankan usaha mas”, jelasnya.
Upaya Bertahan di Kala Pandemi
Bisnis keripik kelapa ini rupanya sudah menjadi sumber penghasilan utama keluarga Ismail dan Kamirah. Hal itu yang kemudian membuat mereka tetap harus mempertahankan usahanya meski badai Corona tak tahu kapan berakhir.
Bahkan jika kondisi tak kunjung membaik, Kamirah berencana untuk mencoba peluang bisnis baru. “Kalau memang corona ini ga selesai-selesai, saya rencananya mau buat bisnis baru lagi mas, mau mencoba budidaya tanaman buah yang dicangkok”, ujarnya.
Rencana bisnis tersebut merupakan upaya untuk menambah penghasilan bagi keluarga mereka. Kendati demikian, bisnis keripik kelapa yang telah mereka rintis 17 tahun lamanya juga tetap mereka jalankan dengan ulet dan tekun.
Seperti harapan setiap orang, Kamirah pun memiliki keinginan semoga pandemi covid-19 ini cepat berlalu. Sehingga membuat bisnis yang Ia jalankan bersama suami bisa normal seperti sedia kala.
Jika kondisi kembali normal, maka produksi keripik kelapa akan semakin meningkat dan akan lebih banyak orang yang mengenal kuliner khas Kebumen ini. Saat ini keripik kelapa produksi Kamirah bisa dipesan melalui online lewat kontak whatsaap.