Sisi Lain Pangeran Trunojoyo, Anak Bangsawan yang Menentang Kekuasaan Mataram dan Belanda tapi Berujung Mati Muda
Bngsawan yang lahir di Madura ini adalah pembela rakyat kecil.
Ia adalah pembela rakyat kecil
Sisi Lain Pangeran Trunojoyo, Anak Bangsawan yang Menentang Kekuasaan Mataram dan Belanda tapi Berujung Mati Muda
Pangeran Trunojoyo adalah bangsawan asal Bangkalan yang terkenal karena melawan kekuasaan Mataram dan Belanda. Ia melawan Mataram karena rajanya tidak adil serta berpihak kepada kaum penjajah.
-
Bagaimana cara Tengkleng Bhenjoyo disajikan? Dalam sehari, warung makan itu bisa menyediakan lima kepala. Satu kepala bisanya butuh waktu tiga jam untuk memasaknya.
-
Apa yang menjadi ciri khas Tengkleng Bhenjoyo? Salah satu ciri khas Tengkleng Bhenjoyo adalah dagingnya yang harus dikasih tali terlebih dahulu.
-
Siapa yang sering memesan Tengkleng Bhenjoyo? Dilansir dari kanal YouTube Dyodoran, kuliner Tengkleng Bhenjoyo merupakan salah satu kuliner langganan Presiden Republik Indonesia.
-
Apa saja yang dilakukan pengunjung di Sendang Senjoyo? Pengunjung di sini biasanya datang untuk main air. Dan kami dari pengelola sudah menyediakan tempat-tempat untuk main air seperti di sini dan di dekat gazebo sana. Yang jelas aman dan nyaman,”
-
Kenapa Air Terjun Putuk Truno terkenal? Air terjun ini juga terkenal dengan legenda hubungan cinta antara anak dan ibu yang sangat kuat dalam kehidupan sehari-hari.
-
Bagaimana Senandung Jolo diiringi? Dalam setiap pertunjukan Senandung Jolo, syair-syair pantun yang dinyanyikan pun saling berbalas serta diiringi dengan alat musik.
Masa Kecil
Trunojoyo merupakan keturunan bangsawan yang lahir di Madura pada tahun 1949.
Sejak kecil, Trunojoyo dibesarkan di Kerajaan Mataram. Ia akhirnya pindah ke Kajoran karena kesal dengan Amangkurat. Di Kajoran, Trunojoyo berteman dengan putera Amangkurat yakni Raden Mas Rahmat.
Kelak, Trunojoyo dan Raden Mas Rahmat kompak melakukan makar terhadap Amangkurat I. Trunojoyo melakukan makar karena ketidakadilan pada ayahnya serta ketidakpuasan rakyat Madura pada kepemimpinan pamannya, Cakraningrat II.
Sementara itu, Raden Mas Rahmat kesal karena insiden Rara Oyi, perempuan yang ia cintai dan juga jadi incaran sang ayah. Raden Mas Rahman dan sang ayah memperebutkan perempuan yang sama.
Perlawanan
Sebagai pemimpin barisan pejuang, Trunojoyo kerap memberikan semangat terhadap masyarakat.
"Lihatlah, di mana-mana rakyat kelaparan, di mana kita berada, di situ kita dapatkan kekacauan, hampir tidak ada orang yang merasa aman. Bukan saja padinya, jagungnya, ataupun kerbau dan sapinya yang dapat dirampas
setiap waktu. Melainkan nyawanya pun tidak terjamin keselamatannya, istri dan anak-anak gadis dapat dengan mudahnya dijadikan permainan
orang-orang yang mempunyai kekuasaan," tegas Trunojoyo, dikutip dari situs Digilib UIN Sunan Kalijaga.
membayar upeti kepada Mataram. Upeti yang seharusnya diserahkan kepada Mataram akhirnya digunakan untuk membangun daerahnya masing-masing, dengan demikian penderitaan rakyat kecil
sedikit demi sedikit berkurang.
Gerakan politik Pangeran
Trunojoyo membuahkan perang Trunojoyo yang terjadi selama lima tahun (1674-1679). Perang ini membuat Trunojo dan pasukannya mampu menduduki Keraton Plered, simbol kekuatan kerajaan terkuat di tanah Jawa. Pangeran Trunojoyo
Mati Muda
Trunojo mati dalam usia masih terbilang muda yakni 31 tahun. Ia ditikam Amangkurat saat kunjungan seremonial ke kediaman bangsawan di Payak, Jawa Timur, pada 2 Januari 1680.
Apresiasi
Perjuangan Trunojo sangat gigih dan panjang, sehingga mampu menaklukkan Kerajaan Mataram yang pada masa
itu dipimpin oleh Amangkurat I. Nama Trunojoyo pun
diabadikan sebagai nama jalan di berbagai daerah di Indonesia, nama
lembaga, serta nama universitas.
- Bapaknya Pejabat Negara, Pria Ini Kenal Megawati Sejak Usia 5 Tahun Hingga Sukses Jadi Kepala Daerah
- Timses 02: Anak Muda Tentukan Kemajuan Bangsa, Jangan Golput
- Meninggal di Usia Muda, Begini Perjuangan Lettu Soejitno Anak Bupati Tuban Melawan Musuh Masyarakat
- Anak Buah Prabowo Mayjen Tandyo Budi R jadi Pangdam IV Diponegoro
Markas besar Kepolisian Negara Republik
Indonesia pun terletak di Jalan Tronojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.