Terima Penghargaan dari Wapres RI, Ini Sosok Arum Sabil Crazy Rich Jember yang Bangga Jadi Petani
Arum Sabil adalah salah satu sosok yang sangat berpengaruh di Kabupaten Jember, bahkan di Provinsi Jawa Timur.
Ketua Kwarda Pramuka Jawa Timur HM Arum Sabil menerima penghargaan Lencana Melati dari Wakil Presiden Republik Indonesia Ma'ruf Amin pada acara Upacara Hari Pramuka ke-63 di Buperta Cibubur, Rabu (14/8/2024).
Arum mengaku tak menyangka menerima penghargaan tertinggi di Pramuka.
- Crazy Rich Tanjung Priok Jadi Ketua Pemenangan RK-Suswono Pilkada Jakarta
- Kisah Hidup Agha Hovsep Hovhanes Amirkhan, Crazy Rich Pertama Semarang Sebelum Raja Gula Oei Tiong Ham
- Tak Mau Bayar Rp5.000, Seorang Pembeli Rusak Gerobak Tukang Bubur di Jaktim
- NasDem Dorong 'Crazy Rich Priok' Maju Pilkada DKI Tarung Bareng Kang Emil
"Penghargaan ini bukan untuk saya pribadi tapi persembahan untuk Insan Pramuka Jawa Timur, mulai dari tingkat Gudep, Kwarda, dan juga Kwarcab," ujar Arum Sabil, dikutip dari ANTARA.
Ia pun menyampaikan terima kasih kepada Khofifah Indar Parawansa, Kamabida 2019-2024 yang memberi dukungan untuk pengembangan Gerakan Pramuka di Jawa Timur. Arum Sabil juga mengucapkan terima kasih kepada Ketua Kwarnas Pramuka Budi Waseso dan Sekjen Kwarnas Bachtiar yang memberikan penghargaan.
Profil
Arum Sabil lahir dengan nama Muhammad pada 20 Juni 1966 di wilayah perkebunan Kalitengah, Desa Manggisan, Kecamatan Tanggul, Kabupaten Jember. Nama Arum ia dapat saat diasuh oleh pamannya. Saat itu, sang paman memanggilnya dengan nama Arum yang dimaksud ialah surah dalam Al-Qur'an, yakni Ar-Rum.
Sementara nama Sabil ia dapat dari rekan-rekannya saat berhaji di Tanah Suci. Banyak yang memanggilnya dengan sebutan Pak Sabil. Arum yang merasa cocok dengan panggilan tersebut kemudian menambahkan namanya menjadi Muhammad Arum Sabil.
Mengutip laman respository.unej.ac.id, Arum lahir dari pasangan suami istri sederhana, ayahnya merupakan seorang buruh tani. Sementara sang ibu biasa membantu ayahnya saat musim tanam dan panen padi.
Tangguh sejak Kecil
Hidup dalam keluarga dengan kondisi ekonomi kurang mampu membuat diri Arum terlatih tanggung dan mandiri sejak kecil. Saat teman-temannya asyik masyuk bermain, sejak usia lima tahun Arum sudah terbiasa membantu kedua orang tuanya mengambil sisa padi di sawah yang tak terangkut pemiliknya.
Lahir sebagai anak sulung dengan dua adik, Arum merasa punya tanggung jawab untuk membantu meringankan beban kedua orang tuanya.
Sejak kecil, Arum dan keluarga hidup berpindah-pindah sesuai pekerjaan kedua orang tuanya. Keluarga ini akan pindah sesuai orang yang membutuhkan jasa mereka untuk mengurus lahan pertanian atau perkebunan.
Persinggungannya sejak kecil dengan dunia pertanian inilah yang membentuk Arum jadi sosok seperti sekarang. Kini, ia dipercaya sebagai Ketua Dewan Pembina Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI).
Crazy Rich
Sejak kecil, Arum bercita-cita menjadi sinder (mandor) perkebunan. Saat orang tuanya tak punya biaya untuk membayar pendidikannya di SMP, ia nekat menjadi tukang foto keliling. Bahkan, uang yang didapatkannya dari jasa memotret juga bisa ia gunakan untuk menamatkan jenjang SMA.
Lulus SMA, ia sempat bekerja di PT Perkebunan Nusantara (PTPN) selama setahun. Merasa haus akan pengalaman, Arum memilih keluar dari pekerjaannya dan merantau ke Kalimantan untuk bekerja pada perkebunan selama tujuh tahun.
Pada tahun 1992, Arum kembali ke Jember dan mantap untuk bertani tebu. Nama Arum mulai dikenal publik saat ia memimpin gerakan melawan gula impor yang merugikan petani lokal.
Kini, ia dikenal sebagai salah satu crazy rich Jember. Tak hanya punya kebun tebu yang luas, Arum juga punya sekolah bertaraf internasional di perbukitan Jember.