Bahu-membahu Melindungi Pahlawan Medis
Kelangkaan APD di pasaran begitu terasa. Harga dibanderol juga tinggi. Padahal ini untuk sekali pemakaian.
Sederet dokter satu per satu gugur. Mereka pahlawan di tengah serangan wabah pandemi virus corona (Covid-19). Sebagian meninggal status positif corona dan sisanya merupakan pasien dalam pengawasan (PDP). Kekurangan alat pelindung diri (APD) menjadi salah satu penyebab. Bukan hanya dokter, tim perawat juga merupakan objek paling rentan tertular.
Kelangkaan paling dirasakan sejak awal Maret. Ketika itu pemerintah mengumumkan terdapat dua pasien dinyatakan positif corona. Mulai dari situ, masyarakat berbondong memborong APD. Utamanya membeli masker. Kondisi ini membuat harga di pasaran melonjak dan stok barang semakin tipis.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Bagaimana virus Covid-19 pertama kali masuk ke Indonesia? Kasus ini terungkap setelah NT melakukan kontak dekat dengan warga negara Jepang yang juga positif Covid-19 saat diperiksa di Malaysia pada malam Valentine, 14 Februari 2020.
-
Apa yang menjadi tanda awal mula pandemi Covid-19 di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Kapan virus menjadi pandemi? Contohnya seperti virus Covid-19 beberapa bulan lalu. Virus ini sempat menjadi wabah pandemi yang menyebar ke hampir seluruh dunia.
-
Apa itu virus? Virus adalah mikroorganisme yang sangat kecil dan tidak memiliki sel. Virus merupakan parasit intraseluler obligat yang hanya dapat hidup dan berkembang biak di dalam sel organisme biologis.
-
Kapan virus menginfeksi sel inang? Virus dapat bertindak sebagai agen penyakit dan agen pewaris sifat. Dalam kehidupan sehari-hari, virus tidak lagi terdengar asing bagi kita. Bermacam-macam virus dapat menimbulkan berbagai penyakit pada tubuh manusia yang tidak diinginkan. Jika tubuh kita dalam kondisi menurun (lemah), maka kita dapat dengan mudah terserang penyakit atau virus. Virus dapat bertindak sebagai agen penyakit dan agen pewaris sifat. Sebagai agen penyakit, virus memasuki sel dan menyebabkan perubahan-perubahan yang membahayakan bagi sel, yang akhirnya dapat merusak atau bahkan menyebabkan kematian pada sel yang diinfeksinya. Sebagai agen pewaris sifat, virus memasuki sel dan tinggal di dalam sel tersebut secara permanen.
Keluhan kelangkaan dan mahal APD dirasakan betul Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI), dr. Daeng M. Faqih. Menurut dia, banyak relawan dan petugas medis di rumah sakit kekurangan beberapa barang APD, seperti hazardous material (hazmat), masker medis, dan kacamata sampai sepatu boot. Kemudian berbagai APD itu dipakai berulang kali yang seharusnya dilarang.
Tim dokter dan paramedis ©2020 Liputan6.com/Johan Tallo
"Seharusnya sekali pakai, harus langsung dibuang. Tapi Karena ada kelangkaan jadi kawan-kawan tenaga medis terpaksa memakainya berkali-kali," kata dr. Daeng M. Faqih kepada merdeka.com, Minggu kemarin.
Untuk kacamata dan sepatu boot, kata dia, bisa dipakai hingga tiga kali. Lantaran langka, banyak tim medis dan perawat di lapangan terpaksa memakai lebih dari anjuran. Mereka bisanya merendam dengan deterjen untuk digunakan kembali.
Kelangkaan APD di pasaran begitu terasa. Harga dibanderol juga tinggi. Padahal ini untuk sekali pemakaian. Untuk harga hazmat, dijual dengan harga itu Rp300 ribu hingga Rp750 ribu di e-commerce.
Banyak pedagang di luar memanfaatkan kondisi pilu saat ini. Mereka mencari untung selangit tanpa memikirkan perjuangan para tim medis di lapangan. Saking mahalnya, untuk satu set APD bisa mencapai Rp1,7 juta. Padahal beberapa barang hanya sekali pakai ketika menangani para pasien terkait corona.
Sumbangan APD untuk tim medis di rumah sakit 2020 Merdeka.com/Instagram Nikita Mirzani
Kondisi langka APD bagi tim medis, tentu menggugah banyak hati masyarakat Indonesia. Deras sumbangan mengalir untuk memenuhi kebutuhan itu.
Public Relations kitabisa.com, Fara Devana, mengaku sudah lebih dari 200 pesohor membantu menggalang dana untuk pembelian APD. Mereka di antaranya para artis, penyanyi hingga selebgram.
Sudah puluhan ribu APD didonasikan ke ratusan rumah sakit di Indonesia. Selain itu kitabisa.com juga mendistribusikan ke puskesmas rujukan serta fasilitas kesehatan lainnya. Adapun untuk mendapatkan mendapatkan APD, mereka menghubungi langsung para produsen hingga distributor. Pemesanan pun dilakukan sesuai kesediaan APD yang dibutuhkan.
"Kita selalu memprioritaskan repeat order (order kembali) ke satu produsen ataupun distributor jika APD mereka memenuhi standar kualitas dan standar kuantitas order per- purchase kita. Jadi kalau dibilang kerjasama dengan produsennya sih tidak," ujar Fara kepada merdeka.com, pekan lalu.
Situs penggalangan dana yang dipimpin oleh M. Alfatih Timur ini mengaku bahwa ada jenis Alat Pelindung Diri yang tidak bisa diorder dalam jumlah besar dalam sekali transaksi, yaitu hand sanitizer, kacamata dan masker N95.
Fara juga membeberkan harga masing-masing APD yang didapatkan oleh kitabisa.com. Hazmat merupakan jenis APD yang termahal. Seharga Rp 250 ribu hingga Rp 360 ribu per satu buahnya.
Kemudian kacamata seharga Rp70 ribu hingga Rp100 ribu per buah. Adapun masker bedah dipatok Rp140 ribu hingga Rp 400 ribu satu kotaknya isi 50 buah. Untuk sarung tangan berisi 100 buah seharga Rp250 ribu hingga Rp350 ribu.
Juru Bicara pemerintah untuk penanganan virus Corona atau Covid-19, Achmad Yurianto, menyebut masyarakat banyak membantu pemerintah untuk bantuan khususnya terkait APD. Tercatat sumbangan diterima sudah mencapai Rp82,5 miliar untuk menanggulangi pandemi Covid-19 di Indonesia. Dana itu merupakan donasi dari berbagai pihak.
"Sudah lebih dari Rp82,5 miliar dana yang diterima dari donasi semua warga negara, donasi dari seluruh penjuru dunia, donasi dari semua toleransi yang muncul terhadap kondisi penyakit ini," ujar Yuri.
APD Harus Sesuai Standar WHO
Minimnya jumlah APD yang membuat semakin banyak tenaga medis meninggal dunia membuat desainer ternama Indonesia, Anne Avantie, bergerak untuk membantu para petugas medis. Dia memutuskan untuk memproduksi APD dan memberikannya secara gratis kepada petugas medis yang berjuang.
Hal tersebut diketahui lewat akun Instagram terverifikasi miliknya. Adapun dana didapat berasal dari para donator yang tak disebutkan namanya. "Berbagi baju APD (Alat Pelindung Diri) di produksi oleh Yayasan Anne Avantie yang dipersembahkan oleh para donator dan tidak diperjualbelikan disumbangkan ke Rumah Sakit dengan surat permohonan resmi," tulis Anne Avantie.
Tim medis berteduh dari panas usai Rapid Tes di Bogor 2020 Merdeka.com/Arie Basuki
Selain Anne Avantie, PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) kini turut memproduksi masker dan APD untuk para tenaga medis yang menangani pasien virus corona. Perusahaan yang terkenal dengan produksi seragam militernya ini memproduksi APD selama masa darurat Covid-19.
Selain menjual komersial produk-produk tersebut, pihak perusahaan yang memiliki pabrik di Jetis, Sukoharjo, Solo, ini mengaku akan mendonasikan masker dan APD buatannya kepada pemerintah.
Sedangkan menurut Daeng, beberapa relawan dan petugas medis di rumah sakit mengeluhkan tentang kualitas APD tidak sesuai standar. Meskipun pihaknya sangat mengapresiasi berbagai banyak bantuan dari masyarakat untuk penanganan pandemi ini.
Untuk itu, PB IDI memohon kepada para produsen APD agar bisa memproduksi sesuai dengan standar World Health Organization (WHO) sebagai lembaga kesehatan Internasional. Karena jika tidak sesuai standar maka APD yang disumbangkan tidak akan dipakai para tim medis. Langkah itu diambil dibanding semakin banyak yang tertular maupun gugur dalam menghadapi virus berasal dari Wuhan, China, tersebut.
"Sayang sekali, jadi terbuang karena tidak memenuhi standar. Mungkin dioper ke tingkat yang interaksi dengan pasiennya tidak seberapa. Tapi kalau di ruang isolasi atau ruang perawatan itu yang tidak sesuai standar tidak akan dipakai," ujar Daeng.
World Health Organization (WHO) sebagai lembaga kesehatan Internasional, memberikan rekomendasi terkait standar APD harus digunakan tim medis. Seperti hazmat harus tahan dari zat berbahaya, seperti bahan-bahan kimia, atau agen biologis.
Pakaian hazmat memiliki beberapa level. Untuk level A, pakaian ini memastikan tingkat perlindungan tertinggi terhadap uap, gas, kabut, dan partikel. Biasanya berbentuk penuh dengan menggabungkan alat bantu pernapasan SCBA dan radio dua arah yang digunakan di dalam pakaian.
Lalu pada level B, menggabungkan sebuah splash-protective, pakaian yang resisten terhadap bahan kimia dengan sarung tangan dan sepatu boot yang dapat memberikan perlindungan seperti level A, tetapi tidak kedap udara. Level ini digunakan saat tingkat perlindungan pada kulit yang dibutuhkan lebih rendah.
Selanjutnya, yakni level C yang memiliki bahan sama dengan level B, namun masih memungkinkan untuk penambahan alat perlindungan napas lainnya seperti respirator pemurni udara. Pakaian level ini digunakan saat mendekontaminasi pasien atau korban.
Terakhir, yaitu level D. Hazmat ini tidak melindungi dari paparan bahan kimia. Akan tetapi dapat mencakup semua, alas kaki tahan bahan kimia dengan jari kaki baja, serta dibutuhkan perlindungan wajah untuk level ini.
Daeng mendesak pemerintah bisa menekan harga APD di pasaran. Banyak spekulan bermain terkait barang kebutuhan tim medis. Meskipun harus disadari kemampuan pemerintah juga terbatas.
"Pemerintah sebaiknya mengatur standar harga, tidak terlalu mahal. Jadi bagi kawan-kawan yang ingin membantu seperti pesohor, pihak swasta dan yayasan termasuk IDI bisa mendapatkan harga yang tidak terlalu mahal. Kami seluruh Indonesia juga bantu cari," kata Daeng menegaskan.