Agar mereka tak terguncang lagi jiwanya
Pemberdayaan terhadap pasien dengan gangguan jiwa memang dibutuhkan sebagai bagian dari proses terapi atau pengobatan. Meski belum 100 persen, pasien yang sudah dinyatakan pulih diberi tanggung jawab untuk bekerja.
Bau pesing dan bau kotoran manusia tercium begitu menyambangi salah satu barak penampungan pasien gangguan jiwa di Panti Bina Laras I, Cengkareng, Jakarta Barat. Siang itu, dua lelaki berbaju merah nampak berdiri di balik terali besi yang membatasi mereka dengan pengunjung. Keduanya tertunduk lesu di dekat tembok.
"Mereka masih agresif makanya ditempatkan di sini," kata Abdul Hakim, salah satu petugas di panti Bina Laras I saat merdeka.com berkunjung ke sana akhir waktu lalu.
-
Kapan Desa Panggungharjo dibentuk? Desa Panggungharjo dibentuk berdasarkan maklumat monarki Yogyakarta tahun 1946 yang mengatur tentang tata kalurahan saat itu.
-
Kapan Purnawarman meninggal? Purnawarman meninggal tahun 434 M.
-
Kapan Jalur Lingkar Barat Purwakarta dibangun? Sebelum dibangun jalan lingkar pada 2013, Kecamatan Sukasari yang berada paling ujung di Kabupaten Purwakarta aksesnya tidak layak.
-
Di mana Gudeg Jogja Bu Iin berada? Sebuah kedai angkringan di Perumahan Taman Kota, Jakarta Barat, menjadi buruan para pecinta kuliner di ibu kota.
-
Dampak apa yang ditimbulkan oleh hujan disertai angin kencang di Jogja? Hujan dan angin kencang yang terjadi pada Kamis (4/1) menyebabkan kanopi drop zone di sisi selatan Stasiun Yogyakarta roboh. Akibatnya lima unit mobil tertimpa kanopi itu dan mengalami kerusakan ringan.
-
Kapan Atang Sendjaja meninggal? Pada 29 Juli di tahun itu menjadi hari duka bagi AURI.
Bagi Abdul, kendala utama dalam pendampingan terhadap pasien gangguan jiwa adalah membangun komunikasi dengan mereka yang baru datang pertama kali. Pasien baru akan sulit dikendalikan dan dicari informasi mengenai asal usul mereka. Banyak pula diantara mereka yang mengamuk atau berkelahi dengan pasien lain di dalam barak.
"Kita selalu awasi. Biasanya itu pas mereka datang pertama kali namun hanya sekedar gertakan saja. Kita biasanya juga putar musik atau nonton bareng agar mereka tidak stress," cerita dia.
Untuk urusan pengobatan secara medis, Panti Bina Laras I bekerja sama dengan Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Duren Sawit dan Puskesmas Kedoya Utara. Rujukan ke RSJ Duren Sawit biasanya bersifat mendesak, sedangkan untuk puskesmas dibuka layanan chek up setiap hari Jumat. "Dengan catatan mereka tidak ada keluarganya. Itu artinya negara yang rawat mereka. Dan untuk pelayanan puskesmas biasanya mereka yang datang setiap hari Jumat," jelas dia.
Pemandangan berbeda di Panti Bina Laras III. Di sini, pasien gangguan jiwa sudah bisa diberdayakan. Mereka sudah pandai membuat keset dan sapu. "Hanya kendala saat ini adalah bagaimana memasarkan produk Warga Bina Sosial ini. Kan di luar juga dibuat kayak di sini," kata Kasubag TU Panti Laras III, Ida Farida.
Pemberdayaan terhadap pasien dengan gangguan jiwa memang dibutuhkan sebagai bagian dari proses terapi atau pengobatan. Seperti yang dilakukan di RS Jiwa Dr Soeharto Heerdjan Grogol, Jakarta Barat. Meski belum 100 persen, pasien yang sudah dinyatakan pulih diberi tanggung jawab untuk bekerja. Ada di antara mereka yang diberdayakan untuk menjadi cleaning service di RS tersebut. Petugas RS tidak kesulitan mengajari mereka bekerja. Mereka yang sudah dinyatakan pulih, lebih mudah untuk dipekerjakan.
"Mereka kerjanya malah lebih bagus dibanding orang waras. Hanya dikasih perintah, langsung dijalankan, tidak banyak protes dan lain-lain," ujar psikiater dan ahli kejiwaan RS Jiwa Grogol, Surya Widya.
Penderita gangguan kejiwaan yang sudah dinyatakan pulih dan masih dalam rentan usia produktif, biasanya selalu dilibatkan dalam sejumlah pekerjaan. Dinas Sosial Pemprov DKI sudah bekerja sama dengan sejumlah instansi untuk memberdayakan pasien-pasien yang sudah pulih. Ada diantara mereka yang kini sudah dipekerjakan sebagai tenaga kebersihan di Monas. Dua kali dalam sepekan, mereka bertugas membersihkan dan merapikan rumput di Monas.
"Sudah ada yang melakukan penjajakan kerja sama dengan kita, salah satunya KAI untuk pemberdayaan OMDK yang pulih. Ini bagus juga untuk mereka. Kalau fisik tidak digerakkan, pikiran kosong. Jadi mantan psikotik ini kita libatkan bersih lingkungan," kata Kepala Dinas Sosial DKI Jakarta Masrokhan.
Tidak semua dipekerjakan. Ada juga pasien yang sudah pulih, dijemput keluarganya. Contohnya Ayati (43), pasien Panti Bina Laras II, Grogol, Jakarta Barat. Wajahnya berseri-seri saat dijemput oleh kakaknya, Asep serta istri dan mertuanya. Mereka ingin membawa Ayati pulang ke Bogor. Setelah menyerahkan berkas, obat-obatan yang harus diminum, ibu dua anak itu memberikan salam perpisahan kepada pengelola Panti Laras. Dia bahkan menyempatkan diri menemui teman-temannya.
"Selamat ya Ayati. Kamu jangan lupa saya ya," kata teman Ayati yang sehari-hari bersamanya membuat keset.
(mdk/noe)