Bintang pidato pencatat dosa Soeharto
Wimanjaya dulunya merupakan Bintang Pidato. Gaya pidatonya mirip Soekarno.
"Kamu keluar," ujar Wimanjaya Keeper Liotohe, 83 tahun kepada dua orang jenderal suruhan Presiden Soeharto saat dia menjalani pemeriksaan di Markas Besar Kepolisian kala itu. Wiman mempertanyakan kelebihan dua orang penyidik bakal memeriksanya. Sementara di secari kertas pemeriksaan hanya ada lima penyidik.
"Mereka berkelit, itu atasannya hanya mengawasi. Saya hanya bilang selain yang di surat ini sekalipun Presiden Soeharto yang datang, saya usir," katanya dengan berapi-api.
Sejak dia melaunching buku tentang catatan dosa Presiden Soeharto, Wiman diburu oleh aparat. Bahkan dia bakal ditembak mati oleh penembak jitu saat kakinya turun dari pesawat di Bandara Soekarno Hatta. Buku itu adalah Primadosa, Primadusta dan Primaduka. Dari buku itu juga mendiang presiden Soeharto marah.
"Presiden Soeharto marah dan sebut saya gila," ujar Wiman.
Kini cerita itu memang sudah jauh berlalu. Namun nama Wiman kembali hangat ketika dia memenangkan gugatannya kepada Jaksa Agung. Wiman menggugat Kejaksaan karena telah memenjarakan dia tanpa tuduhan melanggar hukum. Pengadilan Negeri Jakarta Selatan memenangkan gugatan Wiman sebagian. Dia mendapatkan ganti rugi Rp 1 miliar. Namun kini Kejaksaan mengajukan banding atas putusan tersebut.
Gugatan dilakukan oleh Wimanjaya sebetulnya adalah mempertanyakan soal dua tahun hidupnya harus terbuang sia-sia di balik jeruji besi. Apalagi pemenjaraan itu tanpa tuduhan jelas karena gugatan "Jaksa Agung kala itu memerintahkan pelarangan buku saya," ujar Wiman sambil menunjuk dengan jari telunjuknya.
Buku itu memang kini tidak lagi beredar. Wiman pun sama sekali tidak memiliki buku yang dia buat saat ini. Namun Wiman sedikit menceritakan soal buku yang pernah membuat mendiang Presiden Soeharto marah. Menurut Wiman, buku itu berisi soal dosa-dosa Presiden Soeharto ketika dia menjabat kepala negara. Sedangkan dalam buku Primadusta, Wiman menuturkan buku itu berisi soal kedustaan Soeharto.
Salah satunya adalah soal Surat Perintah Sebelas Maret. "Saya hanya bilang data-data dapat dari Pesawat Terbang dan jatuh di Poltangan," ujar Wiman sambil menyebut daerah tempat tinggalnya kini. Bahkan data-data soal jumlah rekening Soeharto di luar negeri diperoleh Wiman. Data itu juga sempat di minta Kejaksaan yang memeriksanya kala itu. Kepada Jaksa yang memeriksa, Wiman tak mau memberi data-data itu. "Saya tidak kasih," ujarnya.
Wiman memang tak tanggung-tanggung membuat mendiang Presiden Soeharto marah, dia juga meluncurkan buku Primaduka. Buku itu menurut Wiman bersisi pembantaian Gerakan 30 September (Gestok). Menurut Wiman hasil visum et repertum tujuh jenderal tidak ada yang sampai kelaminnya dipotong. Namun Wiman tak mau menyebut dari mana hasil visum ke tujuh jenderal itu di dapat. "Itu turun dari pesawat dan jatuh di Poltangan," katanya berulang-ulang.
Wiman memang memiliki kesempatan untuk jalan ke luar negeri pada saat itu. Apalagi dia hingga kini masih sering mendapatkan undangan untuk menjadi tamu di acara-cara internasional. Buku-buku yang di tulis Wiman menurut dia dia kutip juga dari terbitan buku luar negeri soal Indonesia.
Bahkan dalam persidangan Wiman sempat ingin mendatangkan saksi sebanyak 154 orang. Semuanya adalah penulis buku yang dia kutip. Namun itu urung dilakukan karena Wiman dianggap tidak waras. Bahkan Berita Acara Pemeriksaan dia bawa pulang untuk diisi di rumah atas izin penyidik.
Bermodal sebagai Bintang Pidato, membuat Wiman juga menjadi salah satu orang yang banyak diundang sebagai tamu di luar negeri. Itu juga yang menjadikan modal Wiman berpidato di depan Perserikatan Bangsa-Bangsa di Jenewa 1993. Isi pidatonya membuat dia dalam terancam. Karena Wiman menyebut di Indonesia banyak terjadi pelanggaran Hak Asasi Manusia era Presiden Soeharto.
"Saya ini dulu Bintang Pidato. Banyak yang bilang pidato saya seperti Pak Soekarno," kata Wiman.
-
Kapan Soeharto bertugas di Sulawesi Selatan? Soeharto dan keluarga BJ Habibie sudah saling kenal dan dekat sejak tahun 1950. Kala itu, Soeharto berdinas di Sulawesi Selatan dan kebetulan rumah BJ Habibie tepat di depan markasnya, Brigade Mataram.
-
Kapan Soeharto mendapat gelar Jenderal Besar? Presiden Soeharto mendapat anugerah jenderal bintang lima menjelang HUT Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) ke-52, tanggal 5 Oktober 1997.
-
Siapa yang berencana meracuni Soeharto? Rupanya tamu wanita yang tidak kami undang itu berencana meracuni kami sekaluarga," kata Soeharto.
-
Kapan Presiden Soeharto biasanya berangkat ke kantor? Pak Harto Terbiasa Berangkat ke Kantor Jam 09.00 Atau Jam 10.00 WIB Pagi harinya dia akan bekerja di Jl Cendana, seperti memanggil menteri atau memeriksa laporan dari para pejabat.
-
Apa yang dilakukan Soeharto saat rombongan presiden akan melintasi Jalan Tol Semanggi? Di tol Semanggi, tiba-tiba Soeharto menepuk pundak ajudannya, Kolonel Wiranto. "Wiranto, Beri Tahu Polisi itu Kendaraan di Jalan Tol, Tidak Perlu Dihentikan." Mereka itu membayar untuk jalan bebas hambatan, bukan malah disetop gara-gara presiden mau lewat," kata Soeharto. "Kalau Mereka Dibiarkan Jalan Pelan-Pelan kan Tidak Mengganggu Rombongan."
-
Kenapa Kunarto membawa pengawal ke hadapan Soeharto? “Saya pun membawanya ke depan Pak Harto, agar dia bilang sendiri,” kata perwira menengah Polri itu.