Jerman dan krisis pengungsi di Eropa
Inilah eksodus massal terbesar pengungsi menuju Eropa setelah berakhirnya Perang Dunia II.
Dunia telah menyaksikan adanya mayat bocah lelaki Aylan Kurdi berumur 3 tahun asal Kobane, Suriah, terbaring beku disapu ombak pantai di Turki. Ia bersama keluarganya gagal mencapai Yunani. Dunia juga membaca berita adanya 71 mayat pengungsi asal Suriah yang ditemukan di sebuah truk yang ditinggalkan di sebuah jalan tol A4 di wilayah Burgenland, Austria.
Tak lama kemudian terjadi aksi protes ratusan pengungsi yang terdampar di stasiun Budapest, Hongaria. Ini merupakan bukti besarnya krisis pengungsi yang harus dihadapi Eropa. Negara-negara di perbatasan timur Eropa seperti Hongaria dan Serbia kewalahan menghadapi serbuan ribuan pengungsi yang hendak melintasi negaranya menuju Jerman atau Austria.
Inilah eksodus massal terbesar pengungsi menuju Eropa setelah berakhirnya Perang Dunia II. Hampir 400.000 pengungsi menyerbu Eropa lewat Laut Tengah dengan menempuh bahaya kehilangan nyawa. Peristiwa ini telah menimbulkan tekanan sedemikian besar sehingga negara-negara Uni Eropa nampak sekali gagap dan mengambil tindakan sendiri-sendiri.
Pemerintah Hongaria berusaha dengan caranya sendiri mencari solusi dari kekacauan ini, dengan mendirikan pagar kawat berduri di perbatasan dengan Serbia sepanjang 175 km. Inggris dianggap membisu atas krisis ini. Perdana Menteri David Cameron telah berujar bahwa menerima pengungsi di Inggris dianggap bukan jawaban atas masalah krisis pengungsi, karena yang penting adalah menciptakan stabilitas dan perdamaian di kawasan Timur Tengah.
Spanyol demikian juga. Pemerintahnya dikecam karena hanya menerima 2000 pengungsi di triwulan pertama tahun ini yang berarti kurang dari 1 persen total jumlah pengungsi ke Uni Eropa. Kalangan oposisi menilai bahwa sikap Pemerintah Spanyol atas krisis migran saat ini sebagai memalukan.
Jerman jadi tujuan utama para pencari suaka. Pasalnya warga dan pemerintah Jerman menerima para pengungsi dengan tangan terbuka, terlepas dari insiden serangan Neo Nazi. Media asing memuji kanselir Angela Merkel dan politik Jerman dalam menangani krisis pengungsi. Jerman telah mendulang pujian dunia di tengah penilaian betapa cepatnya nilai-nilai Eropa nyaris ambruk di bawah tekanan krisis pengungsi.
Kanselir Jerman tidak memberi ruang sama sekali pada aksi-aksi ekstrem kanan yang menentang kehadiran pengungsi dan pencari suaka politik. Merkel mengimbau warga Jerman agar jangan mau terpengaruh dengan slogan-slogan Neonazi. Merkel memuji warga Jerman yang membantu para pengungsi. Merkel juga memuji pemberitaan pers Jerman yang dianggapnya baik dan berimbang.
Sikap kalangan oposisi dan Pemerintah Jerman nampak padu membuka tangan kepada pengungsi dengan alasan masing-masing. Bagi kalangan kiri, menerima pengungsi adalah penting guna menunjukkan solidaritas kepada mereka yang menghadapi persekusi dan perang.
Bagi kalangan konservatif, menerima pengungsi juga ada manfaat pragmatis : Jerman adalah negara yang makin menua (ageing society) dengan jumlah penduduk yang makin sedikit dan mungkin bisa mengambil manfaat dari mengalirnya pekerja yang masih muda, berbakat dan bermotivasi tinggi.
Meski demikian Jerman nampaknya ingin berbagi beban dengan 28 negara Uni Eropa lain atas krisis ini. Ia telah menyiapkan usulan untuk pembagian pengungsi yang diperkirakan akan mencapai 800.000 orang itu secara fair semua anggota untuk dibahas di Brussel pada 14 September nanti. Merkel menegaskan bahwa jika Eropa gagal mengatasi krisis pengungsi ini maka kaitan Eropa dengan hak asasi universal akan hancur.
Ia juga menegaskan bahwa jika Uni Eropa tidak menunjukkan solidaritasnya dan menerima bagian tanggung jawabnya masing-masing, maka cita-cita tentang Eropa yang tanpa perbatasan di bawah kesepakatan Schengen akan sangat dipertaruhkan.
Jerman telah memperoleh wajah baru atas sikap dan kebijakannya atas krisis pengungsi yang membanjiri Eropa. Dalam kasus krisis utang Yunani, Jerman dinilai sebagai bersikap keras, kaku, egois dan tipis solidaritas Eropanya. Namun dalam kasus migran ini, Jerman dipuji sebagai penegak nilai-nilai kemanusiaan dan cita-cita Eropa.