Kalau hidup masih gontok-gontokan soal keyakinan, norak banget
Kita sebagai muslim harusnya gudangnya kasih sayang.
Saat bertemu tanggal 19 Oktober lalu, Iwan Fals tengah sibuk mempersiapkan album terbaru dan latihan untuk konser di salah satu stasiun televisi nasional. Namun, dia menepati janjinya untuk berbincang dengan merdeka.com.
Pemilik nama lengkap Virgiawan Listanto itu memang di dapuk oleh redaksi kami menjadi salah satu tokoh untuk merdeka cover stroy. Dia bicara banyak tentang ide dalam membuat karya-karyanya. Selain itu Iwan juga berbicara soal kecintaannya menjaga lingkungan.
Kehidupan di kediamannya memang harmoni. Hal itu tergambar dengan rindangnya kediaman Iwan Fals di perbatasan antara Kota Depok dengan Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Hampir seluruh halaman di kediamannya, terdapat pohon-pohon. Bahkan panggung mini menampung seribu penggemar juga tak luput ditanami pepohonan.
Wawancara satu jam lebih diselingi dengan gelak tawa. Iwan menjamu kami di bangku taman depan kamarnya. Perbincangan juga diselingi oleh pemikiran dia akan pentingnya kebersihan, menjaga lingkungan dan silaturahmi dengan sesama. Bagi Iwan Fals, perjalanan hidup ialah pelaksanaan kata-kata.
"Kalau kita saling menyayangi sudahkan enggak ada masalah," ujar Iwan Fals.
Berikut petikan wawancara Iwan Fals kepada Arbi Sumandoyo, Mardani dan Juru Foto Dwi Narwoko di kediamannya, Desa Leuwinanggung, Cimanggis, Kota Depok.
Soal menanam pohon dan memunguti sampah, itu ide dari mana ?
Itu ide selanjutnya. Itu dari yang sederhana saja, dari cerita-cerita kebersihan sebagian dari iman, mulainya dari sana. Ya sudah biar bersih. Lama kelamaan, saya lihat betapa pentingnya itu. Saya masuk ke daerah kumuh di Tanjung Priok, tetapi di mana ada orang di sana saya lihat bersih walaupun tidak ada tempat sampah. Tempat tidurnya dia bersih kok, jadi dasarnya orang butuh kebersihan itu. Begitu dia buka pintu tempat pembuangan sampah. Tetapi begitu saya masuk ke kamarnya dia, saya lihat bersih kok itu. Kita kalau mau tidur, ada debu di kasur saja kita bersihkan. Jadi kebutuhan.
Tetapi saya bingung, ini jadi kebutuhan tetapi kok banyak sampah di mana-mana. Wah egois nih orang, mau bersih sendiri tetapi sampah dibuang di mana saja, yang penting gue bersih sendiri. Dasarnya orang punya kerinduan itu, tinggal kita dorong saja 'jangan bersih sendiri dong loe'. Berharap kebijakan politik ke arah sana sama sampah punya nilai tinggi, kalau kreatif bisa jadi barang apa saja, bisa jadi pupuk, gas, energi dan segala macam. Dengan solusi tujuh miliar orang di bumi, satu orang dua kilo sampahnya kalau secara teori. Bayangkan per hari, dua kilo kali tujuh miliar. Bagaimana tidak tenggelam dunia.
Sekarang ikan-ikan banyak yang mati di laut karena sampah dianggap makanan. Begitu diambil sama nelayan, dibuka plastik. Padahal kalau kita mau rajin sedikit, enggak main membuang kita bikin tempat ini organik, ini non organik, beracun kan cukup menolong. Memudahkan tukang sampah. Mana yang mau dibikin pupuk, mana yang dibikin daur ulang. Tetapi kan enggak. Kaya kemarin saya menonton bola, pulang buset deh. Sampahnya. Buang sampah sembarangan, duduk enggak diambil lagi. Merasa sudah ada orang bersihin gitu. Apa sih ambil sampah? benar kata Rasul, yang terberat adalah melawan diri sendiri. Perlu pers, perlu orang lain, dan ini perlunya pemerintahan ini. Keberadaannya untuk mendorong potensi positif, potensi baik dari manusia untuk keluar jangan dipendam sendiri. Kita punya kok potensi itu semua. Tinggal dikeluarkan saja. Kita sekarang kan takut mengeluarkannya, nanti kalau kita sendiri yang lain enak-enakan saja. Masing-masing, 'loe duluan,loe duluan', ya enggak begitu pikirannya.
Nah dasar itu, setelah pohon yuk pungut sampah. Kita kerja buat sampah. Setiap konser, paling enggak kalau pulang pungut sampah. Tetapi enggak gampang itu, susah. Akhirnya kita rekayasa sama teman-teman Oi pungut sampah. Jadi ada istilahnya ada nilai tambah lain untuk teman-teman yang mau kerja ambil sampah itu. Saya ajukan ke panitia, ada proposal untuk ambil sampah. Untuk beli plastiknya, hariannya jadi dapat berapa lah sehari. Tetapi maksudnya kerja ini harapannya teman-teman yang lain ikutan mengambil dan bantuin petugas sampah untuk memudahkan. Cukup efektif. Kemarin itu sampai berapa kota diawali 40-50 orang tetapi penonton lain juga ikut terlibat dan begitu terlibat dan ditanya sama teman-teman yang lainnya, rasanya bagaimana? 'asik' karena sudah berbuat. Dan eksistensi dirinya itu, 'gue sudah berbuat kok', itu tidak ternilai.
Tetapi musik cuma berapa sih? Kecil. Dibandingkan sama acara tujuh miliar orang kalau sehari dua kilo. Tetapi selama musik itu enggak ada, ya begitu lagi. Paling enggak mengingatkan saja. Yang penting lagi, selain pohon dan sampah. Satu lagi yang penting yang saya juga ingin kerjakan lagi silaturahmi. Hubungan kasih sayang antara kita dan lainnya. Selesai semua masalah kalau kita sadari. Lingkungan dan orang lain.
Artinya hidup ini akan berjalan harmonis ?
Maunya kan begitu. Tetapi kan kita banyak kerjaan apa sih, hidup cuma mampir ngombe, cuma mampir minum doang habis itu selesai. Habis itu sudah. Kita punya keluarga, punya anak, hidup kita enggak mau dong mewariskan generasi selanjutnya warisan masalah. Paling tidak ita lahir dari masalah, masak kita mau kasih masalah lagi. Begitu saja. Ya sudah kita beresin itu mulai memaknai hidup dengan benar. Jangan sampai kehilangan hidup. Silaturahmi. Kalau orang muslim itu setiap gerakan harus baca bismillah, lalu selesai berkegiatan alhamdulillah. Sebetulnya kalau nilai itu sudah dilaksanakan selesai sudah. Apa sih masalahnya kalau kita sudah bersyukur.
Karena perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata. Ya sudah ayo kita mulai setia sama kata-kata. Kalau memang Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kita sebagai muslim harusnya gudangnya kasih sayang dong. Kalau kita saling menyayangi sudahkan enggak ada masalah. Kalau sudah kerjaan kita bersyukur, alhamdulillah. Kalau lingkungan bersih, oksigen bagus kita akan kreatif, kerja juga mau jadi penyanyi yang benar, jadi jurnalis yang benar, jadi tentara yang benar, jadi ustaz yang benar.
Masalahnya kenapa negara lain bisa? Kita kenapa enggak bisa. Padahal kita namanya globalisasi itu sudah dari tahun kapan. Portugis masuk itu sudah globalisasi. Jadi enggak ada yang aneh lagi liat orang asing. Saya ada campuran. Istri saya ada Belanja, Aceh, Betawi. Lah anak saya apa sekarang? Campuran semua. Kita ngomong Indonesia ini. Kita itu apa? Kok kita kaget-kaget melihat globalisasi. Enggak ada urusan sama globalisasi. Kita enggak ada urusan sama manusia kok, mau itu orang kuning, orang hitam, merah, putih, ayo kita kerja untuk kehidupan yang lebih baik. Cuma enggak tahu ya, itu tadi soal serakah. Tetapi, untuk apa kiai, ada pendeta, biksu, ada sekolah, ada profesor, ada pers sebagai kritik sosial atau apa, kalau masih mengedepankan otot.
Kalau itu didorong terus yang menang tentara dan segala macam, ada lagi yang lebih menang, cukong-cukong dong. Tukang senjata, yang bikin senjata, yang bikin nuklir, untung gede. Loe berantem sana, gue jual senjata. Kalau enggak, ya enggak laku.
Pikiran itukan anak kecil juga bisa. Tinggal, harus ada tatanan baru kesepakatan dunia. Tetapi saya senang nih seminggu lalu ada berita, kalau enggak salah ada 70 ribu planet di luar Bima Sakti. Bahwa kita di bumi, kita enggak sendiri rupanya. Orang mulai percaya dengan UFO, berarti ada alien ini. Hehehehehe. Mudah-mudahan dengan adanya makhluk luar angkasa, manusia yang tua-tua di bumi yang berantem ini bisa bersatu untuk menghadapi dia. Kalau bumi diserang gimana?
Kita sekarang masih gontok-gontok soal keyakinan, soal warna kulit, emas tadi norak banget tadi. Padahal alien sudah mulai ngintip-ngintip, mungkin enggak ngerti. Di planet Mars sudah ditemukan air katanya. Terus ada isunya, film-film Amerika itu ada kerja sama antara intelijennya Amerika dengan dunia perfilman katanya untuk mulai membuat film luar angkasa sehingga memang betul alien atau UFO itu datang kita enggak kaget lagi. Masa bodo lah, gue enggak ngerti.
Kita mengerjakan salat lima waktu saja setengah mati. Tetapi itu kenyataan yang harus di hadapi. Anak kita sekarang umur berapa? Mereka sudah tahu gadget, Path. Setahun dua tahun sudah ahli. Belajar bahasa inggris di sana, belajar Alquran di sana, mengaji di sana, permainan game di sana. Bayangkan 10 tahun lagi apa yang akan terjadi.
Artinya terakhir, masa depan adalah robot. Orang sudah bisa bikin robot mirip manusia. Bukan cuman fisiknya tetapi juga perasaannya. Lebih canggih dari istri sendiri atau suami sendiri. Bisa main. Gila ini. Ini zaman apa ini? Eksistensi kita sebagai manusia dijadikan pertanyaan. Kita enggak boleh marah dong, bagaimana kita bisa surfing berenang di kehidupan ini dengan gembira, dan penuh syukur bukan ngomel-ngomel enggak jelas malah jadi kacau, terus mau bunuh diri deh, jebret. Ini ayo kita hadapi sebagai kesatria bahwa ini kenyataan hidup. Apalagi kita ini sebentar lagi kan MEA. Saya sih optimis.
Kemarin itu saya menonton bola itu, melihat antusiasnya luar biasa. Optimisme luar biasa. Bayangkan berapa hari itu Sriwijaya dari Palembang ke Jakarta. Enggak punya ongkos, tetapi semangatnya bisa sampai ke Jakarta. Ini anak-anak luar biasa. Kalau pemerintah tidak bisa mengelola potensi ini, bodoh. Menyiakan mereka. Kan tinggal diarahkan saja. Dikasih lingkungan yang bagus. Kan penguasa ini tinggal menahan dirinya untuk tidak hanya memikirkan dirinya sendiri. Memberikan hidupnya kepada orang-orang yang hebat itu. Sekarang mereka SMP atau SMA yang menonton itu, 10 tahun lagi sudah dia yang hidup. Dunianya mereka ini. Jadi jangan main-main.
Kemarin saya lihat optimis. Polisi kita juga hebat. Kalau dulu waktu saya menonton, polisi ikut menonton. Kemarin gue menonton, polisinya nontonin penonton. Sudah kaya di liga inggris. Hebat ini. Walaupun di babak kedua mereka telat masuknya. Jadi istirahat dulu, pas kita masuk kok sudah enggak ada polisinya. Enggak tahunya mereka makan dulu. Kira-kira mereka telat lima menit baru masuk. Tetapi bagus. Akhirnya penonton merasa terawasi, merasa dimanusiakan juga. Cukup dilihat saja kan orang. Kalau dulukan enggak ada polisi menonton bola. Begitu ada yang belakang berantem dipukulin, ya galak penonton lah karena yang dipukul bukan yang berantem. Ya marah lah orang. Kalau sekarangkan kalau dilihat, penonton juga enggak berani. Ya artinya ada harapan, penonton yang luar biasa hebat. Polisi yang mau belajar. Walaupun sampah semalam itu, tetapi pagi tadi bersih. Bobotoh itu dengan timnya graffiti-graffiti itu langsung bersihin cat lagi. Jadi ada kesadaran sosial hidup berdampingan dan ini harus diteruskan tanpa harus mematikan kritik ya. Kalau enggak nanti jalannya tidak seimbang. Tetapi wajar. Jangan asal jebret saja. Saya lihat optimis kok.
Siapa tokoh panutan Anda ?
Saya tidak tahu ya, saya selalu terpesona sama Gandhi, ibu Theresia, Pak Sariban di bandung yang mengambili paku ya itu. Kemudian Rasulullah, Nabi-nabi dan pahlawan-pahlawan.
Itu yang menginspirasi karya-karya Anda juga ?
Saya cuma dekat sedikit-dikit saja enggak mengikuti juga. Tetapi itu juga besar pengaruhnya, kaya Bung Hatta, Soekarno. Saya juga perlu waktu sendiri untuk menyelesaikan masalah saya sendiri. Dulukan zamannya kalau ada cerita itukan Pitung, Jampang. Begitu juga cerita-cerita silat Kho Ping Hoo. Itu juga mempengaruhi ini. Kalau sekarang tokoh, di Kick Andy juga banyak kisah-kisah yang menginspirasi. Kalau bukan pencitraan, seperti yang di bully sama orang, Jokowi juga gila nih orang. Dari zaman gubernur masuk gorong-gorong, lagi asap masuk kebakaran hutan. Ya mudah-mudahan itu bukan pencitraan dan dilanjutkan dengan kebijakan itu menjadi cerita sendiri. Jadi sejarah untuk Indonesia. Mana ada pemimpin di dunia masuk got? Comberan. Datang ke bakaran. Kalau orang jahat bisa diapa-apakan. Saya enggak mau ngomong ini terlalu banyak, karena dia kan masih berapa tahun. Mudah-mudahan ini bukan pencitraan dan ini kerjanya dia, benar- benar memang cinta sama pekerjaan dia. Biar semua penduduk Indonesia bisa terinspirasi oleh dia. Nawa citanya dia bisa jadi kenyataannya.
Gue enggak tahu bagaimana caranya. Tetapi memang potensi laut kita luar biasa. Dua per tiga laut dan kita punya menteri yang bagus juga itu seperti Susi. Transparan semua itu di koran di mana-mana. Mudah-mudahan banyak cerita tentang KPK, yang begitukan itu kaya Abraham Samad sama Bambang kan itu seharusnya enggak usah dibesar-besarkan. Mungkin karena mau dihilangkan atau apa. Maksud saya, saya enggak bisa nyebut siapa tokoh itu, beda zaman sekarang ini. Banyak orang hebat sekarang. Dulu musik saya suka Bob Dylan. Tetapi sekarang ada Souljah, Untung Basuki, Leo Christi yang ternyata perjuangannya juga. Jadi sekarang saya merasa bergeser.
Penting juga itu punya buku diterbitkan lagi untuk menginspirasi anak-anak kita. Tetapi siapa tokoh itu, tetapi kalau mau mengerucut, ada satu orang, ibu saya itu. Hahahahahaha. Sudah nomor satu.
Siapa tokoh yang paling memberikan inspirasi Anda ?
Ya Rasulullah. Siapa lagi? Saya muslim. Kemudian ibu saya, kan kerja bukan cuma melahirkan saya tetapi waktunya habis untuk orang lain dan itu membuat saya seperti saat gini. Jadi terangsang untuk melanjutkan musik dengan bergairah. Nyatanya saya diwawancara. Dulu ibu saya yang suport saya. Kalau ada cara ulang tahun saya selalu di dorong 'ayo nyanyi-nyanyi. Ibu saya semangat banget. Kemudian ikut festival, ikut pertandingan, ibu saya selalu mendampingi kemanapun.
Anda masih ingat usia berapa saat itu ?
Masih kecil, sempat juara azan se DKI. Sempat juga juara Judo se DKI. Itu selalu didampingi ibu saya. Tetapi kalau nyanyi, saya enggak pernah berani nyanyi di depan ibu saya. Karena ibu saya enggak pengen saya jadi penyanyi, inginnya jadi insinyur atau perminyakan begitu. Tetapi saya diam-diam nyanyi. Salah dia juga setiap saya nyanyi dia semangati juga. Ketika saya mau jadi penyanyi serius, tidak mau dia. Akhirnya saya diam-diam kan, saya nyanyi. Padahal saya sudah bisa hidup dari nyanyi. Sampai suatu saat saya datang, 'saya sudah jadi penyanyi'. Siapa yang tahu Iwan Fals, enggak ada yang tahu. Tahunya dia Virgiawan Listanto He.he.he.he, baru merengut, ngomel-ngomel dia.
Ibu saya, bukan karena dia melahirkan saya, tetapi saya tahu percis dia juga memberikan waktunya buat banyak orang sampai sekarang. Kalau saya lemas-lemas, malu saya. Kalau jalan sama dia, kelihatan tua saya dari pada dia. Walaupun jalannya saja susah, tetapi daya hidupnya besar banget. Walaupun untuk duduk sudah susah, namanya juga sudah umur, tetapi semangat hidupnya tinggi. Itu yang penting.
Baca juga:
Saya coblos Jokowi, saya coblos Prabowo
Saya tidak suka lihat orang disia-siakan
Umat Islam harus lindungi kaum minoritas
Lagu saya itu gambaran kegelisahan dan kemarahan
-
Di mana acara sunatan yang di hadiri Iwan Fals? Iwan Fals hadir ke acara kondangan sunatan di Depok
-
Siapa yang menemani Iwan Fals di acara sunatan? Iwan Fals tak sendiri. Dia ditemani sang istri tercinta.
-
Lagu apa yang dibawakan Iwan Fals di acara sunatan itu? Dalam acara terebut, Iwan Fals juga turut menyumbangkan suaranya. Iwan Fals membawakan lagu 'Kemesraan'. Suasana acara kondangan sunatan seketika berubah menjadi konser lagu 'Kemesraan'.
-
Kapan Ira Wibowo merayakan ulang tahunnya? Kebahagiaan kini tengah dirasakan oleh aktris senior Ira Wibowo. Kakak kandung Ari Wibowo ini genap berusia 56 tahun pada Rabu (20/12).
-
Apa yang dirayakan dalam acara tersebut? Acara ini merupakan bentuk syukur Syifa atas kelahiran anak keduanya ke dunia.