Medis Jalanan di Malam Mencekam
Suasana malam itu memang mencekam. Joko ingat betul korban pertama yang datang seorang anak sekolah. Kondisinya kepalanya bocor bersimbah darah.
Ponsel Joko Istanto terus berdering. Sebuah panggilan masuk datang dari Eki, Kepala Markas PMI Jakarta Timur. Ketika itu dia bersama tim sedang bertugas membagikan makan malam kepada korban kebakaran di Jatinegara. Setelah telepon dijawab, Joko diminta bergegas kembali ke markas.
Telpon dari atasannya itu sekitar pukul 19.30 WIB. Joko mendapat tugas khusus menuju lokasi demonstrasi di area gedung DPR, Senayan, Jakarta Pusat pada Rabu, 25 September 2019. Kebetulan itu hari ketiga demo mahasiswa #ReformasiDikorupsi. Sebagai petugas medis mereka mengikuti perintah.
-
Kenapa Relawan Pemuda Pemudi Sehati 08 mendukung Prabowo-Gibran? Ketua Pemuda Pemudi Sehati 08, Linda Setiawati mengatakan, pihaknya mendukung Prabowo-Gibran lantaran paslon nomor urut 02 tersebut memiliki program kerja yang pro terhadap anak muda.
-
Siapa yang memberi tugas khusus kepada Demokrat? Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mengungkapkan Prabowo memberikan tugas khusus kepada Demokrat untuk bisa memenangkan dirinya di Jawa Timur.
-
Kapan Partai Demokrat dideklarasikan? Selanjutnya pada tanggal 17 Oktober 2002 di Jakarta Hilton Convention Center (JHCC), Partai Demokrat dideklarasikan.
-
Bagaimana Demokrat akan membantu kemenangan Prabowo? Kita harap nanti kalau Partai Demokrat sudah menyatakan secara resmi, itu juga akan tentu memberikan masukan-masukan melalui kader-kader atau putra putri terbaik untuk dipersatu di tim pemenangan," kata Budi.
-
Kapan Hari Demokrasi Internasional diperingati? Setiap tanggal 15 September masyarakat dunia memperingati Hari Demokrasi Internasional.
-
Siapa yang mendukung pengembangan Atase Kepolisian untuk PMI? Mengomentari hal kebijakan itu, Wakil Ketua Komisi III DPR RI Ahmad Sahroni menilai, permasalahan PMI di luar negeri begitu beragam dan membutuhkan pendampingan dari pihak Polri.
Joko dan rekannya memang sedang kena giliran jadwal piket malam. Tak sampai setengah jam, mereka sudah tiba di markas PMI. Kemudian menyiapkan segala peralatan medis buat pertolongan pertama ke dalam ambulans.
Korban Bentrokan di Penjompongan ©2019 Liputan6.com/Helmi Fithriansyah
Dinas malam itu, Joko ditemani empat relawan KSR PMI Jakarta Timur ditambah satu relawan PMI Pemprov DKI Jakarta. Total ada enam personel PMI yang berdinas. Mereka adalah Joko, Supri, Abdul Rojak, Arif, Iwan dan Aray. Tim dipimpin Supri sekaligus bertugas sebagai sopir ambulans.
Sesuai arahan, Supri diminta membawa ambulans ke Jembatan Slipi di Palmerah, Jakarta Barat. Sayangnya jalan menuju lokasi sudah ditutup. Pantauan navigasi digital pun menunjukkan kemacetan total pada wilayah tersebut.
Tanpa pikir panjang, Supri ambil jalan pintas lain. Mobil ambulans akhirnya berhenti di Jembatan Semanggi. Di sana mereka bertemu ambulans Puskesmas sedang siaga. Tidak lama kemudian diminta berkumpul dengan ambulans PMI DKI Jakarta lainnya.
Dalam perjalanan, laju ambulans kerap tertahan. Mereka sebenarnya ingin menuju sekitar area pintu belakang Gedung DPR, namun jalan sudah tertutup. Kemudian memutuskan berhenti kembali di SPBU Pejompongan.
Suasana malam itu memang mencekam. Joko ingat betul korban pertama yang datang seorang anak sekolah. Kondisinya kepalanya bocor bersimbah darah. Lalu tak lama disusul korban lainnya terkena gas air mata. Ada juga korban datang yang hanya lecet di dagu.
"Lebih kurang ada 4-5 orang yang ditolong di sana," ucap Joko menceritakan keadaan mencekam itu kepada merdeka.com, Rabu lalu.
Mereka tak lama di sana. Setelah 25 menit, ambulans PMI Jakarta Timur kembali bergerak. Warga setempat menyarankan agar PMI lebih mendekat lokasi kerusuhan. Kabarnya banyak korban terluka membutuhkan pertolongan. Setelah berkoordinasi tim membawa ambulans menuju Menara BNI 46. Apalagi di SPBU Pejompongan sudah ada beberapa ambulans dari kelompok Lembaga Swadaya Masyarakat lain sudah siaga.
Korban Bentrokan di Penjompongan ©2019 Liputan6.com/Helmi Fithriansyah
Tiba di Menara BNI 46,ambulans PMI diarahkan menuju lobi. Joko tidak menyangka sudah ada banyak mobil ambulans di sana dari berbagai instansi. Salah satunya dari Ambulans Gawat Darurat 118 milik Dinas Kesehatan DKI Jakarta.
Tim medis di area ini hanya menunggu korban yang datang atau permintaan pertolongan. Kata Joko, banyak korban terluka enggan datang ke pusat kesehatan. Sebab, untuk kasus serius biasanya akan langsung dirujuk ke fasilitas kesehatan terdekat. Hal ini biasanya dihindari para korban.
Semakin malam gesekan antara pendemo dan kepolisian tidak dapat terhindarkan. Korban luka terus bertambah. Para petugas medis ini silih berganti memberikan pertolongan.
Demonstrasi mahasiswa mengusung tema #ReformasiDikorupsi sebenarnya hanya direncanakan pada 23-24 September 2019. Adapun aksi lanjutan sehari setelahnya banyak dilakukan para pelajar Sekolah Menengah Atas turun (SMA) yang justru turun ke jalan. Alasan mereka lebih kepada urusan solidaritas.
Adapun pemicu demonstrasi untuk mendesak pemerintah dan DPR untuk menerbitkan Perppu KPK dan membatalkan pengesahan RUU KUHP. Dua poin itu paling ditonjolkan, selain masih ada tuntutan mereka lainnya, seperti penyelesaian konflik di Papua.
Petugas Medis Tak Boleh Diserang
Ambulans PMI terparkir di Jembatan Semanggi menuju arah Slipi. Tanpa suara sirine, kilau cahaya lampu rotator menjadi tanda hadirnya tim para medis. Di dalam ada lima petugas berseragam merah sedang sibuk memberikan pertolongan korban gesekan antara mahasiswa dan polisi.
Mereka bertugas membantu siapa saja demi misi menyelamatkan jiwa. Korban bentrok bukan hanya dari mahasiswa. Sebagian polisi juga menerima pertolongan ambulans PMI.
Mayoritas korban mengeluhkan rasa pedih di mata akibat tembakan gas air mata. Biasanya pertolongan pertama dengan dibilas air bersih. Namun, ada beberapa korban dari mahasiswa sampai mengalami sesak napas. Bila dirasa sudah di tahap ini maka tabung oksigen jadi pilihan.
Tidak sedikit korban dengan luka berdarah berdatangan. Mulai dari lecet akibat timpukan batu sampai kepala bocor. Satu per satu ditangani petugas para medis dengan sigap. Dalam kondisi di tengah ricuh, para medis dituntut berusaha tidak panik dan fokus meski kondisi makin mencekam.
"Kalau kita tidak bisa memberikan kehidupan, minimal kita tidak mematikan kehidupan," kata Wakil Ketua PMI Jakarta Timur, Budi Pranoto di kantornya.
PMI Jakarta Timur 2019 Merdeka.com/Iqbal S Nugroho
Sebelum aksi #ReformasiDikorupsi terjadi, PMI DKI Jakarta sudah memberikan instruksi. Mereka meminta tiap cabang menyiapkan tim medis untuk bergerak mengantisipasi banyak korban berjatuhan.
Setelah mendapat instruksi, Tim Medis PMI Jakarta Timur mulai bergerak ke lokasi. Dipimpin langsung Budi Pranoto dengan membawahi empat orang dari anggota KSR PMI Jakarta Timur.
Para medis ini terlatih dan berpengalaman dan bersertifikasi. Mereka memakai seragam warna merah. Berlambang Palang Merah Indonesia sebagai identitas. Tujuannya agar lebih mudah dikenali sebagai tim medis.
Selama ada aksi unjuk rasa, tim medis diminta menuju titik demonstrasi. Budi mengarahkan sopir ambulans ke jembatan Semanggi. Saat ambulans berhenti, banyak korban berjatuhan. Tak hanya dari pendemo yang terluka. Aparat kepolisian pun turut jadi korban.
Dari lima tim medis, mereka berbagi tugas. Ada yang mengamankan kondisi dan memberikan pertolongan. Meski sudah ada pembagian tugas, namun mereka kerja secara fleksibel. Penanganan pasien pun dilakukan di tempat. Perawatan medis di lakukan di jalanan. Menggunakan perlengkapan yang dibawa.
Pertolongan korban akibat gas air mata dilakukan tindakan sederhana. Mata perih dicuci dengan air bersih. Luka berdarah segera ditangani sesuai prosedur. Dibersihkan lalu dibalut dengan perban. Begitu juga cidera lain. Beruntung tak ada korban yang perlu dirujuk untuk perawatan lebih lanjut. Semua bisa diatasi di jalanan.
"Kita enggak masalah itu siapa. Pokoknya kita menolong yang butuh penanganan," ujar Budi.
Di tengah penanganan korban, Budi mengaku sempat hampir terjadi kesalahpahaman. Saat tim medis bertugas, dia melihat sekelompok aparat bertameng dan tongkat datang. Melihat gelagat tidak enak, dia segera menemui pemimpin regu dan memperkenalkan sebagai tim medis.
Dirinya sadar pentingnya komunikasi di lapangan dengan banyak pihak guna menghindari kesalahpahaman. Sekaligus menjelaskan sebagai tim medis tugasnya menolong siapa saja. Baik pendemo maupun aparat yang terluka.
PMI tidak memiliki kepentingan apapun dalam kondisi seperti ini. Mereka bergerak sesuai dengan 'Tujuh Prinsip Palang Merah dan Bulan Sabit Merah'. Dua di antaranya prinsip kemanusiaan dan kenetralan.
Dua prinsip ini bermakna PMI bertugas atas dasar kemanusiaan sehingga menolong orang terluka dalam konflik dan tidak memihak siapa pun. Kepentingannya hanya menyelamatkan jiwa orang yang terluka.
Dalam hukum humaniter hasil konvensi Jenewa merumuskan tawanan yang sudah menyerah atau terluka tidak boleh diserang. Selain itu, tim medis dan jurnalis tidak boleh jadi sasaran dalam pertempuran.
Negosiasi berjalan baik. Aparat yang semula hendak merangsek para pendemo bersikap lebih kooperatif. Menurut Budi, justru aparat keamanan itu akhirnya mengingatkan para pendemo yang luka untuk segera membubarkan diri setelah mendapat perawatan medis.
(mdk/ang)