Penjelasan Pondok Pesantren Raudhatul Mujawwidin soal Kematian Santrinya
Pihak Pondok Pesantren Raudhatul Mujawwidin akhirnya angkat bicara mengenai kasus kematian santrinya, Airul Harahap.
Pihak Pondok Pesantren Raudhatul Mujawwidin akhirnya angkat bicara mengenai kasus kematian santrinya, Airul Harahap.
-
Apa yang dilakukan oleh pondok pesantren terhadap kasus meninggalnya Airul Harahap? Bukannya menghubungi orang tua korban, pihak pesantren malah memandikan dan mengafani jenazah lalu menyalatkannya.
-
Bagaimana Pondok Pesantren Al Hamdaniyah Siwalanpanji mempersiapkan para santrinya? Mereka juga dibekali kemampuan bahasa Arab dan Inggris melalui keberadaan Balai Latihan Kerja (BLK) Bahasa yang berada di lingkungan ponpes.
-
Siapa yang dianiaya hingga tewas di Pesantren Raudhatul Mujawwidin? Penganiayaan itu ternyata terjadi karena pelaku tidak terima korban menagih utang Rp10 ribu.
-
Mengapa Airul dianiaya? Penganiayaan itu ternyata terjadi karena pelaku tidak terima korban menagih utang Rp10 ribu.
-
Kapan Pondok Pesantren Langitan didirikan? Jauh sebelum Indonesia merdeka, yakni pada tahun 1852, Kiai Muhammad Nur mendirikan pondok pesantren di Kecamatan Widang, Kabupaten Tuban.
-
Apa yang dilakukan pengasuh pondok pesantren terhadap para santriwati? Dari enam santriwati yang dicabuli, beberapa di antaranya bahkan diminta untuk melayani kebutuhan biologisnya. Pencabulan itu diketahui sudah dilakukan oleh terduga pelaku sejak dua tahun terakhir. Terakhir kali, terduga pelaku mencabuli salah satu santrinya pada 17 Agustus 2023.
Penjelasan Pondok Pesantren Raudhatul Mujawwidin soal Kematian Santrinya
Salah seorang pengurus ponpes itu, Ustaz Ahmad Karimudin menyatakan mereka mendapat laporan bahwa santri itu tersengat listrik.
Berikut wawancara Ustaz Ahmad Karimudin dengan wartawan:
Bagaimana awal mula korban ditemukan hingga akhirnya dinyatakan meninggal dunia akibat tersengat listrik?
Kalau secara detailnya tidak mengetahui, tapi hasil dari visum Klinik Rimbo Medical korban mengalami kesetrum listrik.
Kita mendapat kabar dari pondok bahwa ada musibah, ada anak di rumah sakit yang lagi tersengat listrik.
Jelang waktu Magrib ada seorang santri melapor ke wali kamar terkait ditemukannya Airul di lantai tiga asrama akibat tersengat listrik.
Ngalapornya gini, Mas Mas, Airul kesetrum, kemudian wali berlari dan menengok anak tersebut dalam keadaan lemas dan pingsan, saat itu juga langsung dibawa ke Rumah Sakit Central Medical Kecamatan Rimbo Bujang.
- Pengurus Pesantren Dibakar Santrinya Hidup-Hidup di Dalam Masjid saat Lagi Tidur, Apa Motifnya?
- Mengenal Pesantren Langitan Tuban, Didirikan Murid Pangeran Diponegoro, Awalnya Tempat Belajar Agama bagi Keluarga dan Tetangga
- Melihat Salat Tarawih Tercepat di Pondok Pesantren Mambaul Hikam Mantenan Udanawu
- Kunjungi Ponpes di Brebes, Mardiono Minta Doa Kiai dan Santri Agar Sukses Pemilu 2024
Kemudian pihak klinik memanggil dan memberitahu bahwa anak tersebut tidak bisa ditolong lagi.
Pada saat jenazah akan dibawa pulang, salah satu perawat yang ia tidak tahu namanya itu memanggil dan mengatakan, "Pak tunggu sebentar". "Ada apa Mbak?" saya jawab gitu, ini ada yang tunggu sebentar ya akan kita kasih surat keterangan kematian begitu.
Akhirnya saya jawab, itu langsung dengan saya dan akhirnya saya jawab kalau kawan saya yang nunggu gimana? Oh ya bisa kata perawat itu, kalau gitu kawan sayalah yang nunggu di sini. Akhirnya jenazah itu kami bawa pulang menggunakan ambulans rumah sakit ke pondok pesantren.
Karena jangka waktu peristiwa sudah lama sehingga itulah statementnya. Kalau berbeda ketakutannya akan digoreng oleh media lagi.
Alasan tidak menghubungi pihak keluarga malah tetangga?
Pihak pengurus pondok akhirnya melakukan musyawarah untuk mengambil langkah yang terbaik. Dan akhirnya pihak ponpes sepakat untuk memberitahu pihak keluarga langsung bukan melalui telepon.
Karena ini masalah besar, janganlah menyampaikan ke pihak keluarga melalui telepon ataupun WA, dikarenakan kami tidak tahu masuk ke jalur rumah duka, akhirnya kami menelepon salah satu wali santri yang rumahnya dekat dengan rumah Airul.
Akhirnya kita telepon, Pak minta jemput kami di Simpang Tower. Loh ada apa Pak? Kami mau silaturahmi mau datang ke rumah Airul yang saat ini kena musibah di pesantren meninggal kena sengatan listrik. Kita juga bilang agar hal itu jangan disampaikan ke pihak korban karena biar kami yang menyampaikan secara lisan ke pihak korban.
Kenapa ayah Airul tidak boleh lihat jasad korban?
Tidak ada! Kita dari pesantren kita tidak bicara itu kalau jasad sudah dikafankan kalau ada kepentingan boleh dibuka. Itu kan korban sudah meninggal dunia sehingga dilangsungkan untuk disucikan.
Bagaimana keseharian korban dan santri lain di asrama?
Untuk keseharian santri di pondok pesantren itu semua baik berjalan, sesuai dengan aturan yang ada. Kalaupun ada kenakalan anak, itu kenakalan seperti tidak jemaah saja.
Bisa diceritakan latar belakang pesantren ini?
Pondok Pesantren Raudhatul Mujawidin berdiri di Desa Tirta Kencana, Kecamatan Rimbo Bujang, Kabupaten Tebo. Ponpes yang terkenal sebutan ROMU ini menjadi salah satu pondok pesantren terbesar di provinsi Jambi.
Sejak berdiri 23 Oktober 1995, Pondok Pesantren ROMU sudah mendapat kepercayaan masyarakat Jambi sebagai lembaga pendidikan agama yang handal.
Sekarang ini, jumlah santrinya mencapai 2.028 orang.
Di usianya yang ke-28 tahun, Ponpes yang didirikan pasangan KH M Burhan Jamil MY (alm)–Nyai Ulil Azmi Dewi Hafshoh ini telah berkiprah mendidik generasi bangsa.
Ponpes Romu menaungi sepuluh lembaga formal yang dimilikinya, yaitu Raudhatul Athfal (RA), Madrasah Ibtidaiyah (MI), Taman Pendidikan Alquran (TPQ), Madrasah Tsanawiyah (MTs), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Burhaniyah Syafiiiyah (MBS), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Program Tahfidz.