Kawasan Hutan Jati Terpencil di Semarang Ini Dulunya Tempat Pembantaian Anggota PKI, Cerita Saksi Hidup Bikin Merinding
Saat peristiwa pembantaian para anggota PKI yang terjadi pada kurun waktu tahun 1965-1967, Pak Darmadi masih duduk di kelas 4 SD. Namun ingatannya masih tajam.
Saat peristiwa pembantaian para anggota PKI yang terjadi pada kurun waktu tahun 1965-1967, Pak Darmadi masih duduk di kelas 4 SD. Namun ingatannya masih tajam bagaimana peristiwa itu terjadi.
Bersama dengan tim kanal YouTube Jejak Tempo Doeloe, ia mengunjungi tempat yang dulunya diduga menjadi tempat pembantaian massal. Lokasi itu tak jauh dari rumahnya.
-
Dimana kuburan massal ditemukan? Dalam Konferensi Alekseyev Readings di Institut Riset Anuchin dan Museum Antropologi Moskow, ilmuwan mengungkapkan ditemukan total 300 mayat pada sembilan liang lahat di Yaroslavl.
-
Apa yang ditemukan di kuburan massal itu? Selain itu, para ilmuwan menemukan berbagai artefak pemakaman, seperti lebih dari 100 gelang dan 27 manik yang terbuat dari cangkang, vas keramik, mangkuk, piring, periuk, kendi kecil, gelas kimia, pot tanah liat, cangkir air, botol, dan toples.
-
Apa yang ditemukan di kuburan massal? Sebanyak 25 tulang pemuda dan remaja laki-laki dengan kondisi terkelupas dan terbakar ditemukan di dalam sebuah parit kering di Kastil St. Louis di Sidon, Lebanon.
-
Siapa yang dimakamkan di kuburan massal? Kuburan massal Ulee Lheue ini setiap tahunnya masih terus dikunjungi oleh keluarga korban yang merasa bahwa salah satu anggota keluarganya ikut dimakamkan di tempat ini.
-
Di mana kuburan massal prajurit zaman batu ditemukan? Lokasi batu San Juan ante Portam Latinam (SJAPL) yang terletak di Kota Laguardia di Spanyol utara, pertama kali digali pada 1991.
-
Di mana kuburan massal tentara salib ditemukan? Sebanyak 25 tulang pemuda dan remaja laki-laki dengan kondisi terkelupas dan terbakar ditemukan di dalam sebuah parit kering di Kastil St. Louis di Sidon, Lebanon.
Ia masih ingat bagaimana suara berondongan tembakan para eksekutor terdengar dari rumahnya. Saat itu, ia dan banyak penduduk lainnya tidak berani keluar rumah. Suasananya begitu mencekam.
“Peristiwanya terjadi sekitar pukul 9-11 malam. Waktu itu tak ada satupun penduduk yang keluar rumah,” kata warga yang tinggal di Dusun Sombron, Desa Tlompakan, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang itu.
Berikut selengkapnya:
Makam Tokoh Desa
Sehari-hari, Pak Darmadi berprofesi sebagai penyadap karet. Namun saat ditemui kanal YouTube Jejak Tempo Doeloe, ia bersedia meluangkan waktu untuk menunjukkan tempat yang merupakan lokasi pemakaman massal para korban PKI.
Pak Darmadi lantas menunjukkan sebuah jalan setapak yang berada di bawah tiang sutet. Jalan setapak itu melintas di tengah ilalang dengan cuaca siang yang begitu terik.
Pak Darmadi berjalan perlahan dengan mengenakan sepatu boots. Di tengah ilalang itu terdapat sebuah makam dengan dua nisan kecil. Di sanalah dikubur seorang tokoh PKI bernama Mbah Harjo Hadi.
Sosok Sakti Mandraguna
Semasa hidupnya, Mbah Harjo Hadi merupakan Kepala Desa Kopeng. Dia dikenal sosok yang sakti mandraguna. Pak Darmadi bercerita, waktu ditembak para eksekutor, Mbah Harjo Hadi tak langsung mati. Hingga kemudian jaket yang dikenakan di tubuhnya dilepas sehingga saat ditembak ia langsung mati di tempat.
Hingga kini, beberapa kerabat dari Mbah Harjo Hadi masih sering mengunjungi makam itu. Pada awalnya tak ada yang tahu di mana makam lurah Kopeng itu. Namun setelah melalui proses tirakat, barulah sanak saudara tahu di mana letak salah satu anggota mereka dikuburkan.
Kuburan Massal Anggota PKI
Setelah beranjak dari makam Mbah Harjo Hadi, penelusuran dilanjutkan. Sekali lagi Pak Darmadi menunjukkan sebuah makam kecil serupa dengan milik Mbah Harjo Hadi. Pak Darmadi mengatakan di sanalah letak kuburan massal para anggota PKI yang dieksekusi.
Menurutnya, di makam yang berada tepat di bawah sutet tegangan tinggi itu terdapat puluhan jasad korban anggota PKI. Dulunya tempat itu merupakan perkebunan karet. Namun sejak dibangunnya jalur listrik itu, pohon karet pada ditebang dan kini berganti menjadi kebun ilalang.
“Semoga mereka yang dibunuh di sini mendapat imbalan dari Allah SWT. Mendapat surga. Belum tentu mereka itu berdosa atau bersalah,” pungkas Pak Darmadi dikutip dari kanal YouTube Jejak Tempo Doeloe.