Perencana Keuangan: Masyarakat Kita Inginnya Rebahan Dapat Duit
Banyak orang yang ingin kaya dengan cara cepat dan mudah tanpa bekerja keras. Perencana Keuangan Mitra Rencana Edukasi (MRE), Andi Nugroho mengingatkan masyarakat lebih jeli dengan berbagai tawaran investasi.
Kasus investasi bodong berulang kali memakan korban. Iming-iming keuntungan tinggi membuat orang dengan mudah tergiur. Literasi keuangan yang rendah salah satu penyebabnya.
Di sisi lain, banyak orang yang ingin kaya dengan cara cepat dan mudah tanpa bekerja keras. Perencana Keuangan Mitra Rencana Edukasi (MRE), Andi Nugroho mengingatkan masyarakat lebih jeli dengan berbagai tawaran investasi.
-
Apa saja gaya trading yang bisa ditiru oleh trader? Berikut macam-macam gaya trading yang mungkin bisa ditiru.
-
Bagaimana cara membagi anggaran untuk investasi? Martua menyarankan adanya pembagian porsi alokasi anggaran untuk berinvestasi.“Untuk pemula, secara umum bisa dialokasikan dengan pembagian 40% - 30% - 20% dan 10%," rinci Martua.
-
Bagaimana cara memulai investasi bagi pemula? Untuk itu, kegiatan investasi harus dilakukan dengan dana khusus. Terlebih lagi bagi para pemula yang masih belum memahami cara kerja investasi.
-
Bagaimana cara meminimalisir risiko investasi saham? Risiko selalu ada, tapi investor pemula bisa meminimalisir risikonya dengan melakukan riset terlebih dulu.
-
Kenapa harga saham bisa naik turun? Salah satu yang sering jadi dilema adalah harga saham yang begitu cepat naik turun bagaikan roller coaster. Jadi, sebenarnya apa sih penyebab harga saham bisa naik turun?
-
Bagaimana BRImo membantu nasabah berinvestasi? Nasabah juga kini semakin mudah berinvestasi melalui BRImo. Kini Anda dapat melakukan pembelian emas, surat berharga, dana pensiun, hingga pembukaan deposito hanya dari smartphone.
Padahal, banyak tawaran investasi itu cuma kedok dari skema Ponzi atau bahkan judi online yang praktiknya seolah-olah trading.
"Jangan gampang termakan bujuk rayu dari siapapun itu. Mau dari influencer idola kita, mau dari tetangga, saudara kita. Harus berpikir jernih dulu," kata Andi kepada merdeka.com.
Berikut wawancara wartawan merdeka.com Wilfridus Setu Embu dengan Andi Nugroho terkait maraknya kasus investasi bodong dan trading binary option:
Kenapa masyarakat kita bisa mudah terpukau dengan tawaran investasi bodong dan binary option?
Nature-nya manusia kita ingin mendapat untung besar, uang cepat, tapi dengan cara yang cepat, mudah, tidak perlu kerja keras. Akhirnya kita jadi gampang sekali kena rayuan atau janji-janji surga seperti itu. Karena ini inginnya rebahan dapat duit. Itu yang kemudian membuat kita gampang sekali tergoda iming-iming investasi bodong.
Masyarakat Indonesia masuk kategori negara berkembang. Apakah investasi semacam ini juga laku di negara-negara maju atau cuma diminati orang-orang di negara berkembang?
Apakah di negara-negara maju investasi bodong masih tetap ada? Menurut saya masih tetap ada juga. Karena yang namanya skema ponzi itu kan lahirnya di Amerika. Jadi masyarakat sana juga bisa dibilang mereka walaupun literasi keuangannya sudah lebih bagus dibandingkan orang kita tetap saja.
Ya itu tadi, memang nature-nya manusia itu gampang tergoda oleh iming-iming uang gampang seperti itu, makanya masyarakatnya pun cukup gampang juga dimanfaatkan.
Cuma memang sampai saat ini aku belum ketemu literasi yang menyebutkan berapa persentasenya atau kondisinya seperti apa di negara-negara maju dibandingkan negara-negara berkembang. Cuma memang yang aku tahu biasanya investasi-investasi bodong seperti ini, kayak trading, robot trading itu memang dibuatnya atau mereka bermarkas di negara-negara yang 'bebas pajak' lah. Beberapanya di negara-negara maju. Dia dibikin mungkin oleh orang-orang yang berasal dari negara maju kemudian banyakan dipasarkan di negara-negara berkembang. Yang aku perhatikan seperti itu. Cuma memang belum baca penelitian dengan lebih detail mengenai hal tersebut.
Apakah mungkin binary option maupun robot trading ini memang mengincar masyarakat di negara berkembang saja?
Kalau perhatikan polanya kebanyakan seperti itu sih. Apakah karena masyarakat di negara asalnya cenderung sudah lebih bagus literasi keuangannya, bisa jadi seperti itu. Tapi kembali lagi, kalau kita ingat sejarah, yang namanya skema ponzi itu lahirnya di tanah Amerika. Tidak tertutup kemungkinan sampai saat ini pun masyarakat di sana masih gampang terjebak oleh investasi bodong semacam itu.
Cuma mungkin dari segi, kan istilahnya kayak gini, kita kalau melihat yang bawa itu dari luar negeri, wah kelihatan investasinya benar nih. Jadi kita menganggapnya seperti itu. Padahal ternyata bodong-bodong juga ujungnya. Cuma sekali lagi aku belum menemukan penelitian yang lebih detail mengenai hal tersebut.
Jumlah kerugian korban mencapai miliaran hingga triliunan. Benarkah masyarakat kita banyak menyimpan uang di luar sistem perbankan?
Bisa juga sih. Karena kalau tidak salah tahun 2018 literasi keuangan di Indonesia baru sekitar 20-30 persen seingat saya. Itu baru produk perbankan. Artinya misalnya ada 100 orang kaya di Indonesia dan tersebar di seluruh Indonesia, mungkin hanya 30 persen yang menaruh uang di bank, yang percaya sama produk perbankan.
Artinya masih banyak masyarakat kita yang walaupun mereka kaya raya, tapi uangnya memang tidak ditaruh di bank apalagi sampai investasi ke produk-produk perbankan atau produk-produk investasi lainnya. Mungkin bisa jadi uang mereka berwujud uang cash yang taruh di lemari. Kebetulan saya pernah tahu, di daerah, ada orang kaya yang membeli satu produk keuangan, ketika mau bayar dia masuk kamar dulu ngambil duit, keluar dengan uang segepok.
Mungkin pertimbangannya, pertama mereka belum terlalu baik literasinya. Atau aksesnya ke banking belum terlalu bagus karena mereka di daerah jauh dari bank. Atau mungkin dia menyiapkan uang cash yang banyak karena untuk diputar lagi. Jadi alasannya bisa bermacam-macam.
Apa saran dan tips untuk masyarakat agar tidak terjebak investasi bodong seperti ini?
Untuk masyarakat, saran saya jangan gampang termakan bujuk rayu dari siapapun itu. Mau dari influencer idola kita, maun dari tetangga, saudara kita. Harus berpikir jernih dulu. Hal yang harus kita pahami, pertama pelajari legalnya dulu dari perusahaan ini. Terdaftar enggak dia di institusi pemerintah. Entah itu OJK atau Bappebti atau di mana pun dia bergerak industri tersebut.
Berikutnya pelajari logis enggak sih dia memberikan return sedemikian besar dalam waktu sangat singkat? Jangan too good to be true juga. Kita mesti logis juga. Kemudian, mau enggak mau kita harus pelajari ini produknya seperti apa. Jangan asal nyemplung saja tapi kita mesti pelajari selain bagaimana caranya saya bisa untung juga pelajari bagaimana caranya menghindari kerugian. Misalnya salesnya atau marketingnya bilang ini pasti untung, tidak bisa rugi, menurut saya wajib dihindari. Karena namanya investasi sekecil apapun pasti akan ada potensi kerugiannya.
Kemudian money management penting banget. Jangan semua uang kita (dipakai untuk investasi). Jadi namanya investasi harus pakai uang dingin. Jadi jangan uang dapur sehari-hari dipakai buat investasi. Apalagi sampai ngutang. Itu enggak boleh. Harus uang yang dingin, uang yang ketika hilang bahkan tidak membuat cash flow keluarga kita kebutuhan kita sehari-hari menjadi berantakan. Jadi mesti banyak yang diperhatikan bagi kita calon investor. Kita harus menjadi smart people ketika mau berinvestasi.
Apa yang harus dilakukan pemerintah mencegah dan memberantas investasi bodong?
Saya berharap pemerintah bisa bergerak lebih proaktif untuk bisa memperhatikan ataupun 'mengintai' instrumen-instrumen investasi ini. Kalau saya perhatikan, sebagai contoh, para influencer ini pasti dengan terang-terangan promosi di media sosial mereka.
Sementara mungkin bagi regulator ketika melihat gelagat seperti ini mereka bisa langsung mengecek ini produk apa. Apakah sudah terdaftar atau belum. Misalnya belum, ya segera ditindaklanjuti dengan mencegah. Kayak sekarang lah. Si influencer-nya diamankan dulu. Jadi menunggu kasusnya besar dulu, yang sudah tertipu banyak, baru ditangkap orangnya. Jadi dari awal pun ketika masih bibit-bibit udah mulai dicari tahu tentang produknya. Menurut saya memang tugasnya regulator seperti itu.
(mdk/bal)