Radio streaming, babak baru penyiaran radio
radio streaming tidak membutuhkan perangkat pemancar yang harganya lebih mahal dari pada penyiaran radio konvensional.
Di era yang sudah serba digital seperti hari ini, sejumlah aspek kehidupan berhasil mengadaptasikan dirinya mengikuti perkembangan yang ada. Jika satu dasawarsa silam kita masih mengkhayal komunikasi jarak jauh dengan saling menatap lawan bicara, kini hal tersebut bukan lagi sesuatu yang asing dengan banyaknya layanan komunikasi yang memiliki berbagai fitur.
Bahkan ketika hari ini aktivitas jual-beli bisa tercipta dari blog atau web sederhana dan jasa layanan antar barang, maka sebenarnya aktivitas berbelanja pun sudah berhasil di-digitalisasi oleh tuntutan efisiensi yang khas dari zaman ini.
Fenomena-fenomena lain terkait perkembangan teknologi semacam ini sebenarnya juga pernah kita saksikan pada akhir abad 20 silam. Saat penggunaan Radio Panggil (Pager) mulai merebak di era tersebut, ternyata eksistensinya tak berlangsung lama dan perlahan lenyap akibat digerus fitur Short Message Service (SMS) pada teknologi telepon genggam (handphone) yang juga berkembang pesat kala itu.
Walaupun sampai saat ini sejumlah bidang pekerjaan di beberapa negara masih menggunakan pager sebagai alat komunikasi, namun sebenarnya masa kejayaan alat komunikasi tersebut pun sudah ikut tenggelam seiring berlalunya abad 20.
Begitu pun dengan sejumlah fenomena terkini terkait perubahan sejumlah aspek kehidupan, akibat proses digitalisasi. Salah satu contohnya adalah kemunculan fenomena radio streaming atau radio berbasis internet, yang menyediakan layanan siaran seperti stasiun-stasiun radio berpemancar pada umumnya. Hal ini menjadi menarik karena mengingat industri penyiaran radio yang sudah ada saat ini, ke depannya harus ikut bersaing bersama stasiun-stasiun radio streaming yang sejatinya tak membutuhkan modal sebesar stasiun radio konvensional.
Hal ini pun dibenarkan oleh Risa Adhipurwanto, yang merupakan Direktur dari beatradioid.com sebagai salah satu pelopor radio streaming di Indonesia sejak tahun 2013. Ditemui di kantor beatradioid.com di kawasan Cinere, Jakarta Selatan beberapa waktu lalu, Risa mengatakan aspek pendanaan untuk membuat sebuah stasiun radio streaming yang sederhana, jauh lebih murah daripada modal besar yang diperlukan untuk membuat sebuah stasiun radio konvensional pada umumnya.
Dirinya bahkan mengatakan, jika untuk kapasitas radio streaming kelas rumahan saja, yang dibutuhkan itu hanyalah sebuah komputer (PC), jaringan internet yang stabil, blog atau website gratis, dan stok playlist lagu yang sekiranya cukup untuk diputar selama 24 jam nonstop. Namun, dengan instalasi radio streaming kelas rumahan sesederhana itu, tentunya masalah kualitas penyiaran secara profesional memang masih jauh jika dibandingkan dengan kualitas siaran radio konvensional.
"Kekurangannya itu paling masalah personal touch-nya dari si penyiar, karena semuanya tapping. Sedangkan kalau Beat Radio ini kan kinerjanya sama persis dengan radio terestrial (radio FM pada umumnya), namun medianya saja yang online," ujar Risa di bilangan Cinere, Jakarta Selatan, Rabu (18/11).
Namun, walaupun banyak orang yang menganggap bahwa kesederhanaan instalasi dari radio streaming ini membuatnya susah bersaing dengan radio konvensional yang sudah mapan, nyatanya terdapat sejumlah keunggulan dari radio streaming dibanding dengan stasiun-stasiun radio konvensional tersebut.
Dari segi teknis penyiaran, radio streaming tidak membutuhkan perangkat pemancar yang harganya jauh lebih mahal dari pada penyiaran radio konvensional.
Selain masalah modal yang tak harus sebesar stasiun radio konvensional, jangkauan pendengar dari radio streaming ini juga jauh lebih luas, karena berbasis pada layanan internet yang mampu menjangkau secara global. Hal ini tentunya berbanding terbalik dengan radio konvensional yang memiliki jangkauan terbatas karena hanya berdasarkan jauhnya gelombang pancar.
Kemudian, radio streaming juga tidak akan mengalami gangguan transmisi yang menghasilkan suara 'noise' akibat penumpukan sinyal seperti di radio konvensional, sehingga isi siaran radio akan utuh diterima jika jaringan internet yang digunakan cukup stabil.
Selain itu, karena program siarannya berbasis data Digital yang diubah menjadi suara digital, tentunya suara yang dihasilkan radio streaming lebih jernih dan jelas dibanding dengan kualitas suara radio konvensional. Hal ini akan lebih menunjang jika radio streaming itu memakai format setting suara yang sudah berstandar AAC (Advanced Audio Coding) dalam siaran mereka.
Di radio streaming, selain jumlah pendengar bisa diketahui dengan melihat jumlah pengunjung harian dalam statistik website, pendengar ternyata juga bisa merekam siaran radio streaming tersebut dengan menggunakan sejumlah aplikasi yang dilengkapi fitur tombol perekam. Beberapa contoh aplikasi itu antara lain adalah Rarma Radio, Nux radio, bahkan software Adobe Audition juga bisa digunakan untuk merekam melalui komputer atau laptop.
Konten radio streaming pun dapat dinikmati oleh pendengarnya melalui berbagai device yang banyak digunakan, seperti komputer, smartphone, tablet, smartTV, set-top-box, dan lain sebagainya.
Namun, sejumlah syarat dan keterbatasan pun juga masih ditemui dalam penggunaan radio streaming tersebut. Beberapa di antaranya adalah kebutuhan akan koneksi internet yang stabil, dan dengan bandwidth yang mencukupi. Sebab, jika koneksi internet kurang stabil maka akan mengakibatkan suara radio menjadi putus-putus.
Walaupun banyak provider menyediakan akses internet dengan kabel, WiFi, dan mobile broadband untuk membuat radio streaming mudah dinikmati dengan nyaman, namun pendengar radio digital ini juga membutuhkan perangkat penerima dengan kualifikasi tertentu.
-
Siapa yang mendorong literasi digital di Indonesia? Wakil Ketua Komisi I DPR-RI Teuku Riefky Harsya menekankan pentingnya literasi digital untuk mewujudkan Indonesia yang lebih sehat dalam menggunakan internet.
-
Mengapa literasi digital penting untuk Indonesia? Wakil Ketua Komisi I DPR-RI Teuku Riefky Harsya menekankan pentingnya literasi digital untuk mewujudkan Indonesia yang lebih sehat dalam menggunakan internet. Dengan demikian, masyarakat dapat lebih cerdas dan aman menggunakan internet.
-
Apa arti detox digital? "Detoksifikasi digital berarti melakukan istirahat rutin dari paparan digital. Ini berarti mengurangi penggunaan teknologi untuk menjaga keseimbangan hidup," kata Dr. Samir Parikh, psikiater dan direktur Departemen Kesehatan Mental dan Perilaku di Fortis Healthcare, seperti yang dilaporkan oleh Healthshot.
-
Apa itu Rupiah Digital? Rupiah Digital merupakan uang Rupiah yang memiliki format digital.
-
Bagaimana Sutanto melihat transformasi media digital? Transformasi media konvensional ke digital jadi tantangan bagi dunia televisi. CEO Surya Citra Media (SCM) Sutanto Hartono menyatakan, transformasi media konvensional menjadi media digital tidak akan menghentikan produksi maupun penikmat dunia televisi.Justru bagi Sutanto hal itu menjadi tantangan untuk tetap mengembangkan produksi televisi, dengan mengubah cara sistem tayangan yang sebelumnya berupa analog menjadi Set top box (STB) digital.
-
Apa saja yang menurut Budi Arie Setiadi menjadi tantangan media di era digital? Tantangan itu demikian hebatnya sampai banyak lembaga pers bertumbangan akibat disrupsi pada model bisnis media. Perusahaan media menjadi sulit untuk kompetitif, padahal menjadi kompetitif sangat menentukan eksistensi media dan pada akhirnya bisa menentukan eksistensi pilar keempat demokrasi.