Segarang Macan Kemayoran di atas ranjang
“Ibu saya, Siti, istri ke-15. Ibu saya istri terakhir," kata Iwan Cepi Murtado.
Puluhan jawara dari setiap penjuru Jakarta satu-satu roboh. Tak pelak kharismanya sebagai pemuda memukau para gadis di sekitaran Kemayoran. Akhirnya Murtado bergelar Macan Kemayoran berhasil menancapkan cakarnya di 15 perawan.
Tidak diketahui berapa anak dia hasilkan dari lebih selusin teman seranjangnya itu. Dari istri ke-15, perempuan asli Bogor menetap di Kemayoran bernama Siti, Murtado dikaruniai empat anak, yakni Muhamad Zakaria, Muhamad Sidiq, dan terakhir Muhamad Ikhwani alias Iwan Cepi Murtado.
“Ibu saya, Siti, istri ke-15. Ibu saya istri terakhir," kata Iwan Cepi Murtado saat ditemui merdeka.com Jumat pekan lalu di rumahnya, Kemayoran, Jakarta Pusat.
Murtado dikenal tertutup dengan sejarah bahtera perkawinannya. Tak ada yang mengetahui secara jelas soal seluruh istrinya. Iwan hanya mampu mengingat lima istri terakhir mendiang ayahnya dan tak pernah mengetahui kakak tirinya berada di mana sekarang ini.
Istri ke-14 dipanggil Mak Noh dari Gang Keran, Kemayoran. Istri ke-13 disebut Mak Sara asal Serdang, Kemayoran. Istri ke-12 Mak Enah, juga orang kemayoran. Istri kesebelas kelahiran Bogor, sedangkan yang kesepuluh dari Rawamangun, Jakarta Timur.
Iwan pernah mendengar cerita keperkasaan Murtado dari pamannya. Untuk mendapatkan istri pertamanya, dia mesti mengalahkan gadis rupawan jago silat asal Marunda. Dia adalah putri dari jawaran tersohor di sana. Duel berlangsung sengit dan Murtado berhasil mengalahkan dia.
“Namanya sudah lupa. Masih tahun 1.800-an, jadi ngambil istri pertama. Bapaknya bilang kalau bisa jatuhin anaknya bisa dikawinin,” ujar Iwan sambil menambahkan semua istri ayahnya berparas cantik, termasuk ibu kandungnya.
Cerita perkelahian demi kaum hawa ikut mempengaruhi diangkatnya Murtado menjadi mandor oleh Belanda waktu itu. Dia berhasil menolong seorang perawan kembang desa Kemayoran ingin dinikahi paksa oleh Bek Solihun. Murtado mampu mengalahkan Bek Lihun dan para centengnya hingga dia tidak berani lagi muncul di Kemayoran.
“Nah ada satu perempuan mau diambil Bek Lihun. Gadisnya enggak mau, tapi dipaksa," tutur Iwan. "Dibelain sama Babeh, beberapa kali bertarung bek Lihun sama centeng-centengnya dibuat putus semua."
Pria saleh dan dermawan ini kemudian dijuluki Macan Kemayoran. Selain jago bersilat, dia lihai menaklukkan perawan. Bak macan, Murtado juga meraung dan mencakar saban bertemu jidat licin.
Baca juga:
Duet Macan Kemayoran dan Singa Kerawang
Toya Murtado tundukkan Bek Lihun
Jago silat rajin salat
Murtado, Macan Kemayoran
-
Kapan kemacetan di Jakarta terjadi? Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Rani Mauliani menerangkan, kemacetan parah di beberapa titik di Jakarta kerap terjadi pada jam berangkat dan pulang kerja.
-
Di mana kemacetan parah di Jakarta sering terjadi? Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Rani Mauliani menerangkan, kemacetan parah di beberapa titik di Jakarta kerap terjadi pada jam berangkat dan pulang kerja.
-
Apa yang menjadi salah satu solusi untuk kemacetan di Jakarta? Wacana Pembagian Jam Kerja Salah satu ide yang diusulkan Pj Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono adalah pembagian jam masuk kerja para pekerja di Jakarta. Menurutnya, cara itu bisa mengurangi kemacetan hingga 30 persen.
-
Kenapa Jakarta semakin macet? Kemacetan di Jakarta dari waktu ke waktu semakin parah. Hingga kini, macet menjadi salah satu pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh pemerintah provinsi DKI.
-
Kapan terjadi kemacetan yang paling parah di Jakarta? Kondisi kemacetan lalu lintas kendaraan pada jam pulang kerja di Jalan Gatot Subroto, Jakarta
-
Bagaimana prajurit Mataram akhirnya berjualan di Jakarta? Meskipun kalah perang, para prajurit yang kalah justru mulai berjualan di Jakarta dengan dua menu yaitu telur asin dan orek tempe.