Sudirman Said: Lingkungan dan Alam Semesta Mengasuh Anies
Sudirman membeberkan konsep besar dan program prioritas Anies Baswedan bila menjadi Presiden RI.
Juru bicara Anies Baswedan, Sudirman Said mengungkapkan optimisme Anies tetap bisa 'berlayar' menuju Pilpres 2024 meski operasi penjegalan begitu nyata dan masif. Menurut dia, berbagai rintangan saat ini merupakan wujud semesta sedang mempersiapkan Anies menjadi pemimpin Indonesia.
"Jadi saya menyebutnya lingkungan atau alam semesta dalam bahasa rohaninya itu mengasuh dia," kata Sudirman Said saat berbincang dengan merdeka.com di markas Koalisi Perubahan, Jalan Brawijaya X Nomor 46, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
-
Siapa yang dijemput Anies Baswedan? Calon Presiden (Capres) nomor urut satu Anies Baswedan mendatangi kediaman Calon Wakil Presiden (Cawapres) Muhaimin Iskandar atau Cak Imin di Jalan Widya Chandra IV Nomor 23, Jakarta Selatan, Jumat (22/12).
-
Apa yang dibicarakan Susi Pudjiastuti dan Anies Baswedan saat bertemu? Tak diketahui apa saja yang dibicarakan keduanya selama melewati sore bersama. Sebelum pulang, Anies dan Susi sempat membahas soal tanaman anggrek yang menghiasi ruangan. Keduanya terlihat sangat seru berdiskusi soal bunga alih-alih membicarakan politik dan pemilu.
-
Siapa kakek dari Anies Baswedan? Sebagai pria berusia 54 tahun, Anies Baswedan adalah cucu dari Abdurrahman Baswedan, seorang diplomat yang pernah menjabat sebagai wakil Menteri Muda Penerangan RI dan juga sebagai pejuang kemerdekaan Indonesia.
-
Siapa kakek buyut dari Anies Baswedan? Umar merupakan kakek buyutnya.
-
Mengapa Susi Pudjiastuti bertemu dengan Prabowo dan Anies Baswedan? Meski capres telah diumumkan, hingga kini bakal cawapres belum terlihat hilalnya. Justru Susi Pudjiastuti mencuri perhatian publik setelah bertemu dengan dua tokoh besar Prabowo dan Anies Baswedan.
-
Siapa yang disebut-sebut akan menjadi Cawapres Anies Baswedan? Nama Yenny sebelumnya disebut sebagai bakal calon wakil presiden untuk mendampingi Anies Baswedan.
Dalam wawancara bersama merdeka.com, Sudirman membeberkan konsep besar dan program prioritas Anies Baswedan bila menjadi Presiden RI. Salah satunya adalah memaksimalkan bonus demografi. Terutama 40 persen masyarakat Indonesia kelas bawah. Tujuannya mewujudkan ramalan Indonesia menjadi negara lima besar ekonomi terkuat di dunia.
Sudirman juga bercerita bagaimana wajah Anies bakal ditampilkan oleh koalisi Perubahan untuk Persatuan. Anies sedang disiapkan sebagai sosok pemimpin pemersatu perbedaan dan keadilan.
Kemudian, bagaimana reaksi Anies menghadapi derasnya serangan kritik dan hujatan di media sosial. Sudirman menyebut, Anies menyikapi dengan tenang. Anies merasa kritik dan opini miring konsekuensi berada di ruang publik.
Selanjutnya, Eks Menteri ESDM ini membocorkan kriteria dan sosok calon Wakil Presiden ideal yang bakal diumumkan oleh Anies.
Berikut wawancara ekslusif merdeka.com bersama Sudirman Said:
Pak Sudirman kemarin bicara soal penjegalan, seberapa yakin Anies dan tim akan tetap berlayar?
Jadi gini sejak awal disadari enggak mudah karena aba-abanya sebetulnya sudah kita rasakan dari dulu. Sebetulnya percobaan dalam tanda kutip pembunuhan perjalanan politik Anies, dimulai dari tahun 2016 ketika dia tanpa jelas, tanpa sebab apa-apa, dia tiba tiba mesti keluar dari kabinet. Tapi memang reaksi spontan waktu itu ya sudah saya kembali ke akademik karena memang aslinya (Anies) orang akademik. Aktivis tidak akan pernah lepas dari politik Tapi caranya macam macam.
Jadi pertama dimatikan di 2016 reshuffle, kemudian sebetulnya percobaan pembunuhan berikutnya ada di Pilkada banyak pihak berharap silakan ente maju tapi kalah putaran pertama, kalau lihat mobilisasi opini survei, media ada dimana, kemudian uang yang luar biasa digunakan untuk menghadapinya kan itu hitungan rasional survei selalu paling buncit, eh ternyata menang. Sampailah 5 tahun menjadi gubernur tidak pernah sehari pun berhenti dari serangan, hujatan.
Cuma hebatnya gini diserang begitu rupa programnya jalannya tuh pembangunannya, jalan Jakarta semua orang kalau jujur mengatakan ya berubah kok rata-rata. Jadi saya mau bilang begini sebelum menjawab bagaimana kapal ini bisa berlayar, ini semua adalah bukan semata semata Anies untuk tegak berdiri, karena tiap orang punya keterbatasan.
Jadi saya menyebutnya lingkungan atau alam semesta dalam bahasa rohaninya itu mengasuh dia. Sehingga dia punya daya hidup, punya daya tahan untuk menghadapi semua tekanan. Bahkan sebetulnya spekulasinya dulu 2022, jangan diadakan Pilkada supaya dia vakum kemudian dia makin turun, ternyata enggak juga kan. Karena itu tadi dia punya daya hidup, dan memang dikehendaki oleh momentum sebetulnya.
Nah bagaimana kapal ini ke depan? Itu juga andalan kamilah, andalan kami semua, karena kalau hitung-hitungan itu ya berat sekali yang dialami oleh NasDem sebagai partai yang pertama kali mengusung, deraan bertubi-tubi. Bukan hanya itu, di media kita membaca sampai bisnis pribadinya ketua umum juga diganggu, itu pengorbanan luar biasa, sekarang terus menerus ada sorotan ada fitnah ada kasus hukum ada pelaporan ini itulah.
Demokrat juga kita lihat begitu, PKS juga kita mendengar itu. NasDem pakai laporan pelecehan seksual segala macam, terus ada istilah baru pelecehan seksual verbal. Jadi karena pakai kata kata doang terus dilaporkan
Walaupun kita harus tetap respect ke korban?
Betul, kalau itu iya regardless like. Tapi dramatisasinya kelihatan ini bukan aturan, kalau mau lapor lapor saja, tapi ada preskon segala macam, dan ada kelihatan yang nunggangin. Ini semua tentu bukan hal ringan, hal serius harus kita hadapi. Tapi kita percaya pada dua hal. Nomor satu, katanya doa terbaik itu adalah ikhtiar, ikhtiar adalah doa terbaik. Kita terus ikhtiar untuk membuat kapal ini betul-betul berlayar, tidak hanya berlayar tapi sampai pada tujuan.
Kedua, rasanya akan muncul keseimbangan baru, ketika suasana power atau otoritas itu dikelola dengan eksesif menggunakan kekuasaan untuk urusan pribadinya, urusan kelompoknya, urusan keluarganya itu akan menghadirkan push back atau pukulan balik. Kita tidak menghendaki orang-orang tertentu itu kena pukulan balik itu, tapi memang hukumnya kan begitu kaya pendulum. Jadi pendulum ini akan sampai pada titik di mana ya memang rakyat menghendaki perbaikan. Kalau kita tidak siap, tidak berikhtiar momentum itu akan lewat.
Jadi tugas kita seluruh tim yang bergerak ini mempertemukan kesiapan dengan monentum karena katanya keberuntungan keberhasilan itu pertemuan dua hal, nomor satu momentum, dua kesiapan. Momentum tidak bisa dikontrol kan, tapi kesiapan bisa, nah tugas kita adalah bersiap, sejauh mana kita yakin kita harus yakin dengan apa yang kita kerjakan
Soal penjegalan Anies, satu kata penjegalan bagaimana sih gambarannya? Satu kata?
Enggak nyangka sejauh ini.
Apa saja ide dan gagasan Anies untuk Indonesia ke depan?
Saya kira jejaknya itu cukup banyak kalau ditrack digital, jejak digitalnya. Karena saya kenal beliau dari tahun 2005, ketika sedang menyelesaikan PhD. Kebetulan saya punya acara berkunjung ke Washington, waktu itu saya bekerja sebagai Deputi Kepala Badan Pelaksana Rekonstruksi dan Rehabilitasi (BRR) dan mengantarkan beberapa orang bertemu dengan kongres, bertemu dengan lembaga-lembaga Internasional di sana. Nah satu forum ketemu, ada forum di mana Pak Anies bicara di situ sebagai mahasiswa doktornya lah, sedang menyelesaikan desertasinya.
Kita kenalan lah di situ, seperti ada kecocokan pikiran dan terus bersahabat sampai hari ini Alhamdulillah. Jadi kalau kita lihat backgroundnya Pak Anies ini kan sejak masa kecil sudah terekspose dengan narasi, dengan suasana, dengan gagasan-gagasan mengenai Indonesia ke depan ya. Karena itu dia tidak lepas dari akar itu, setiap kali bicara pasti terselip kalimat-kalimat gimana pendiri bangsa itu merancang Indonesia ke depan.
Jadi kalau keseluruhan yang ingin diperjuangkan Anies Baswedan pada Pemilu ke depan adalah bagaimana siswa waktu menuju 100 tahun kemerdekaan itu yang sekarang tinggal 22 tahun, 23 tahun. Maaf, sekarang 2023, 2045 itu kan 22 tahun kan ya. Dua dekade ke depan itu Indonesia betul-betul bisa mewujudkan apa-apa yang menjadi harapan, yang menjadi janji, yang menjadi cita-cita dari para pendiri bangsa pada waktunya yaitu masyarakat adil makmur yang kira-kira tujuan bernegara. Itu kan yang pertama, bagaimana melindungi segenap tumpah darah dan bangsa Indonesia, mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum dan kemudian ikut serta menjadi bagian ketertiban dunia.
Jadi Indonesia menjadi warga paripurna, rakyatnya juga sudah mencapai seluruh aspek-aspek yang ditorehkan itu. Nah rinciannya tentu saja banyak, tapi paling yang menjadi konsen, menjadi perhatian adalah bagaimana keadilan itu bisa ditegakkan. Karena hanya dengan keadilan, maka seluruh aspek tadi yang ditorehkan oleh para pendiri bangsa sampai dan itu juga kan merupakan rumusan normatif dari Pancasila yang akan menjadi utama adalah keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia itu.
Sebutkan program prioritas Anies Baswedan sebagai calon Presiden?
Tentu sekarang masih dalam proses penyusunan. Kita ada tim substansi yang tiap pekan itu mengundang diskusi dua kali. Dua kali diskusi selama sepekan dan setiap diskusi mengundang pakar dari berbagai bidang lah, ekonomi, hukum, soal-soal energi, sektoral, energi kesehatan, pendidikan dan sebagainya.
Itu sedang ditata, baik sebagai pesan kampanye pada waktunya, maupun sebagai program pembangunan. Pada waktunya mudah-mudahan Tuhan memberi jalan pada Pak Anies untuk memimpin Republik. Tapi, konsep besar yang ingin menjadi fokus adalah bagaimana mengentaskan 40 persen paling bawah masyarakat Indonesia.
Karena kan kalau kita bicara 280 juta sekarang ya, nanti 2045 itu mungkin 350-an juta. 60 persen dari itu kan kita anggap sudah bisa menyelesaikan masalahnya sendiri seperti kita-kita inilah insya Allah kita bagian dari 60 di atas. Pendidikan baik, kemudian ekonominya baik, punya income yang cukup, punya pekerjaan yang baik. Nah yang akan menjadi fokus, atau yang harus kita fokuskan adalah 40 persen terbawah itu.
Jangan sampai jadi beban negara di dua dekade ke depan?
Betul. Nah orang-orang ini kan kita sering menyebut bonus demografi. Tapi kalau 40 persen ini enggak diangkat, persis akan menjadi beban. Sebaliknya, kalau 40 persen itu diangkat begitu rupa incomenya baik, pekerjaannya baik, penghasilannya baik, kesehatannya bagus, tidak ada cerita stunting segala macam.
Ini akan lompat, Indonesia akan lompat jadi negara kuat dan maka ramalan-ramalan terhadap Indonesia akan menjadi lima kekuatan ekonomi terbesar di dunia itu akan terwujud. Tapi kalau 40 persen enggak dikerjakan, enggak diberi perhatian khusus. Maka berat untuk sampai pada bayangan-bayangan itu.
Nah apa yang mesti dikerjakan 40 persen itu, paling bawah itu. Ya kebutuhan dasar mereka, soal lapangan kerja, soal kesehatan tentu saja, soal pendidikan. Sampai pada perumahan, kebutuhan dasar, energi dan sebagainya. Ini saya kira akan mengubah cara kita bekerja ke depan.
Karena bagi kelas menengah ke atas itu yang diperlukan adalah konsistensi kebijakan, penegakan hukum, keadilan hukum dan sebagainya. Tapi bagi ini betul-betul, bagi yang bawah ini betul-betul membutuhkan intervensi dari negara.
Bagi 40 persen perlu disupport penuh oleh Anies?
Betul, itu kira-kira gambar besar daripada yang akan menjadi fokus. Tentu saja seperti dikatakan Pak Anies berbagai forum, yang kecil mesti dibesarkan. Tapi yang besar tidak boleh dikecilkan, jadi yang besar tetap menjadi penghela ekonomi. Tapi yang kecil ini harus diupayakan untuk mencapai derajat di mana mereka bisa.
Bagaimana koalisi menampilkan Anies sebagai pemimpin Indonesia ke depan?
Sebelum ke sana, saya ingin menambahkan uraian-uraian mengenai 40 persen. Apa yang mau dilakukan dengan memberi perhatian 40 sampai ke bawah, ya meski fokus pemihakan kepada yang bawah itu. Kemudian resourcenya, lokasi resourcenya, tentu fokusnya pada 40 persen tadi. Begitupun pikiran-pikiran terbaik, kemampuan terbaik mesti diarahkan untuk memberi perhatian pada itu. Jadi misalnya sektor-sektor usaha kecil, mengelola desa, kementerian sosial, kemudian tentu saja pendidikan dan kesehatan itu benar-benar harus memperoleh perhatian.
Sampai lah pada program-program yang kongkret itu bener-bener fokus pada. Nah ini nyambung dengan yang barusan anda tanyakan, bagaimana koalisi bisa akhirnya menyimpulkan bahwa Anies adalah pilihan terbaik. Ya karena memang kita tidak ujug-ujug bersepakat, berkoalisi karena angka survei bukan. Tapi bersepakat berkoalisi karena memang ada masalah-masalah yang kita hadapi bersama, masalah rakyat ini, masalah bangsa ini. Kemudian punya perhatian yang sama, keresahannya sama, perhatian atau konsennya sama gitu. Kemudian mereka berpikir bahwa diperlukan pemimpin yang mampu mengesktrakkan berbagai resourcenya.
Berbagai perbedaan menjadi satu tenaga bersama untuk tenaga penggerak bersama untuk menyelesaikan masalah-masalah. Nah itu kemudian muncul lah satu kesepakatan, makanya dalam piagam ada uraian-uraian mengenai backgroundnya mengapa begitu. Ya tidak lain adalah ingin menjadikan Pemilu 2024 ini sebagai pintu masuk, sebagai kesempatan emas untuk mengejar ketertinggalan. Dari mana? dari tujuan yang kita rumuskan di 1945 itu. Jadi mulai dengan membaca keadaan, problemnya apa, solusinya apa. Kemudian sampailah pada titik siapa yang tepat memimpin ini semua.
Logika ini yang harus kita jaga dan alhamdulillah tiga partai satu per satu kita bicara dan sepakat Anies lah sebagai pemimpin gerakan perubahan ke depan.
Tagline koalisi adalah perubahan untuk persatuan sebenarnya. Filosofinya apa?
Setiap masa punya tantangan tersendiri ya. Jadi kalau pemilu kita masuk dalam kontestasi pemilu tanpa ada agenda perbaikan perbaruan, penyempurnaan itu. Itu menurut saya sikap tidak bertangungjawab. Kalau hanya meneruskan berulang-ulang itu nilainya apa. Jadi Nilai tambahnya itu perbaikan penyempurnaan itu. Tapikan kemudian bertanya untuk apa tujuannya? Untuk kita bisa dipersatukan oleh tujuan itu. Karena kenapa menjadi penting dalam tahun-tahun ini, polarisasi antar masyarakat seperti tidak bisa diselesaikan.
Kenapa begitu? Menurut saya ada dua hal, 1 karena ada pihak-pihak yang ingin memanfaatkaan tubrukan antar kelompok untuk menunggangi. Dan itu tidak fair sama sekali. Kedua soal kapasitas yang menyatukan memang tidak tampil sejauh ini. Bukannya perbedaan itu dipersatukan, tapi malah dipertajam. Dari mana dikatakan dipertajam, ya mereka memelihara buzzer-buzzer yang defisif memecah belah gitu.
Dan itu bisa kita identifikasi kalau disebut bisa saja, jadi jelas sekali bahwa pertama tidak ada niat dan kedua tidak ada kemampuan. Oleh karena itu, Anies diundang oleh koalisi ini untuk pertama kemampuan komunikasinya. Lalu, track record yang diperoleh selama memimpin Jakarta dan menyatukan semua pihak.
Kedua adalah melalui program itu, persatuan muncul kalau ada keadilan. Keadilan itu muncul kalau ada penegakan hukum. Keadilan muncul kalau ada perasaan sepenanggungan. Darimana perasaan itu dimunculkan ya dari kepemimpinan. Nah ini enaknya menjadi relevan figur seperti Pak Anies Baswedan. Track record mulai dari sekolah, mahasiswa, akademisi, kemudian sampai rektor jadi gubernur jadi menteri juga. Itu terbukti kecenderungannya-kecenderungan menyatukan.
Bukan seperti yang diucapkan pendukung itu, seolah-olah dia membawa politik identitas sama sekali tidak. Dan itu, kalau mau mendapatkan testimoni silakan bicara ke semua kelompok yang kredibel. Maka ada kesaksian bahwa nature atau atitude dasarnya Pak Anies mau menyatukan perbedaan itu. Dan itu terbukti di Jakarta, soal buzzer 'mas wah Jakarta akan jadi kota yang khilafah, enggak ada si pak'.
Ya saya sebenarnya prihatin dengen mereka yang mencari rezeki dengan mempertajam perbedaan. Dan saya prihatin orang-orang itu sebenarnya berpendidikan gitu kenapa tidak kembali pada esensi pendidikan. Kan kata UU Pendidikan itu, menciptakan manusia berbudi luhur, manusia yang menjaga harkat dan martabat, yang didasari mulai dari bertaqwa beriman dan segala macam kenapa tidak menampilkan perilaku itu. Kok menggunakan ilmunya keterampilan teknisnya, mempertajam perpecahan. Persis seperti Mas Angga bilang, enggak ada buktinya bahwa Anies itu memelihara perpecahan itu. Malah, dia berusaha menyelesaikan itu.
Tadi malam saya bertemu beberapa kawan dari lintas agama, lintas profesi ya. Dan bahwa mereka memberikan keterangan bahwa tidak ada perasaan diskriminasi yang mereka peroleh. Bahkan, ada kisah yang agak dramatis berpuluh-puluh tahun teman-teman Nasrani itu minta izin gereja tidak kunjung diberikan. Karena terdahulu tidak berani menghadapi kenyataan, ada penolakan kiri kanan. Tapi dari kredibilitas Anies Baswedan, dia dekati kelompok-kelompok agama Islam yang tentu saja mungkin ada reaksi tertentu lah.
Dia yakinkan bahwa itu memang hak warga hak asasi bernegara segala macam. Dengan pendekatan yang humanis tokoh-tokoh yang sempat gereja mau dibangun itu mereka mengatakan begini kurang lebih dan dengan air mata lah. Pak Anies anda adalah pemimpin kami, jadi kami sami'na waatona apapun yang diputuskan kami ikut, gitu.
Nah ekspresi itu bisa muncul kalau pemimpinnya kredibel dengan narasi penting ini perlu. Nah yang begini muncul di mana-mana maka kita punya keyakinan kalau negeri ini mendapatkan kesempatan dipimpin secara sejarah dia punya pengetahuan, secara edukasi cukup punya bekal-bekal pengetahuan knowladge yang cukup.
Secara track record dia melampaui instrumen organisasi dan begitupun ruang hidupnya sangat, keluarganya di Yogyakarta, Yogyakarta itu kota kosmopolitan di mana semua orang tinggal di Yogyakarta. Namun pernah tinggal di amerika sebagai peserta ASF, kuliah lama di Amerika. Artinya di tempat-tempat keberagaman itu sebuah keniscayaan artinya dia terbentuk di situ. Insyallah bisa mempersatukan.
Anies Lulus ujian di Jakarta?
Iya artinya konsepnya diuji, dan saya kira kalau kita rasional itu dilewati dan lulus dari ujian itu.
Bapak pernah jadi menteri di era Jokowi, Pak Anies juga. Tahu bagaimana pesatnya pembangunan di era Pak Jokowi. Bagaimana Anies melihat pesatnya pembangunan era Jokowi? Apa yang harus diubah atau dilanjutkan?
Semua pemimpin punya tantangan seperti dikatakan. Kita berterima kasih kepada Pak Jokowi karena luar biasa mempercepat pembangunan infrastruktur semua mengakui itulah konektivitas, tidak Jawa sentris, jalan tol nyambung dari ujung ke ujung, banyak pelabuhan itu suatu yang patut kita apresiasi. Jadi Pak Jokowi fokus pada pembangunan hard infrastruktur.
Kita boleh kebelakang ya sedikit kita, Pak SBY itu kuatnya itu. Ini pendapat saya tentu subjektif, kuatnya itu di tata kelola, bagaimana peran tata hukum itu diabadikan, tata kelola negara atau goverment itu kuat sekali. Dan juga beliau punya global profile, jadi di mata internasional presiden Pak SBY itu sangat berwibawa. Baik karena pengetahuannya, jaringannya, sampai pemikiran-pemikirannya.
Kemudian bergeser ke Ibu Mega. Ini penerusanya Gusdur. Beliau dipilih karena Gus Durnya harus selesai lebih cepat, maka Bu Mega meneruskan. Menurut saya yang bagus dari Bu Mega adalah di dalam timnya Bu Mega itu lahir pemimpin-pemimpin berikutnya. Karena Pak SBY menterinya Bu Mega. Pak JK wapres 2 kali menterinya Bu Mega, Pak Hamzah Haz itu menterinya Bu Mega, begitupun Boediono. Dari tangan beliau muncul pemimpin-pemimpin baru yang pada waktu beliau berkompetisi dengan anak buahnya tidak menggunakan kekuasaannya itu di Pemilu 2004.
Ke Gus Dur, walaupun pendek dan menimbulkan berbagai soal pada waktu itu, tapi yang kita kenang dari Gus Dur adalah beliau bapak pluralism melindungi kaum minoritas. Dan ketika orde baru sangat otoriter, pada waktunya ketika Pak Harto masih ada, beliau dengan berani mengibarkan bendera forum demokrasi menghimpun masyarakat sipil dan jadilah pemimpin masyarakat sipil yang berpengaruh. Jadi Gus Dur walaupun sangat pendek itu memiliki jejak yang baik bagi kita.
Mundur sedikit ke Pak Habibie, Pak Habibie juga pemimpin setelah orde baru walaupun hanya setahun lebih sedikit tapi berhasil mengcover ekonomi yang waktu itu jatuhnya bukan main. Tapi juga meletakan fondasi demokrasi. Membebaskan tahanan politik, membiarkan parpol tumbuh kemudian meniadakan SIUP media yang dulu sangat kesulitan dan sumber ancaman bagi media.
Ini orang yang meletakan fondasi demokrasi bagi kita semua. Tapi juga sebagai teknokrat global. Seorang teknolog yang sangat luar biasa prestasinya dan waktu itu hampir membawa kita ke next level dari pengembangan industri walaupun akhirnya selesai lebih cepat.
Tapi yang saya catat dari Pak Habibie adalah, standar attitudenya begitu tinggi. Ketika Pak Habibie dinyatakan pertanggungjawabanya tidak diterima oleh MPR, walaupun seluruh pendukungnya menyatakan bapak maju lagi, hampir menang waktu itu, tapi beliau mengatakan, kita ini harus memberi contoh ke generasi berikutnya. "Kalau saya sebagai pemimpin kemudian di depan mandataris rakyat lembaga tertinggi waktu itu dinyatakan saya tidak diterima, masa saya maju lagi?,". Jadi beliau mendorong yang lain.
Pak Harto tentu paling lama memerintah 32 tahun dan paling hebat dari beliau adalah ketika mewarisi ekonomi morat marit setelah orde lama jatuh beliau berhasil menumbuhkan moralitas sangat tinggi dan muncullah banyak generasi baru yang lebih pintar sampai disebut macan Asia. Cuma ujungnya memamg enak karena lupa pada demokrasi.
Tentu yang terakhir proklamator kita, kita bangga sebagai bangsa karena punya pemimpin seperti Bung Karno. Ini semua punya tantangan masing-masing dan prestasi masing-masing.
Sekarang apa tantangan ke depan itu? Pertanyaan tadi kan Pak Jokowi jasanya banyak, kita hargai, apresiasi seluruh yang dibangunnya harus kita dipertahankan, kita jaga baik-baik, karena itu adalah uang rakyat, jadi kita harus jagain. Ke depan mau apa? Yang mau diubah apa? Satu, menurut saya 20 tahun ke depan Indonesia butuh pemimpin yang mampu merangkai seluruh hasil prestasi dari pada pemimpin terdahulu.
Jadi, kita seperti ingin membungkus semua membawa kepada usia 100 tahun kemerdekaan itu satu. Dan itu perlu dibutuhkan kemampuan berkonsep, kemampuan mengabstrasikan apa yang sudah dikerjakan.
Kedua, sekarang kita mengalami penurunan cukup tajam adalah dari indeks persepsi korupsi, indeks demokrasi, publik etik, tata kelola, penegakan hukum. Ini kalau cara bernegara kita kembalikan kepada standar yang tinggi dengan dibangun dan disediakan oleh pendahulu.
APBN kita 3 ribuan triliun itu bukan uang yang sedikit, dan 95 persen menurut saya itu yang bayar kita-kita nih, dari pajak. Jadi sebetulnya rakyat kita sudah sangat hebat mampu mengongkosi negaranya sendiri. Karena mayoritas ongkos datang dari para pembayar pajak. Kalau kita berhasil mengembalikan tata kelola, penegakan hukum, semangat pemerintahan yang bersih, meritokrasi, apa itu meritokrasi? Menempatkan orang terbaik pada peran-peran yang pas dengan mereka. Memberikan kesempatan kepada putra putri terbaik untuk terlibat dalam urusan negara.
Maka, kita akan lompat tadi pada fokus yang paling bawah, maka kita akan lompat dan ramalan lembaga dunia bahwa Indonesia akan masuk 5 besar ekonomi itu bukan sesuatu mimpi. Dan kita akan menjadikan bangsa dan negara yang istilahnya tak terhentikan, dan itu adalah mimpi besar kita bersama. Sehingga kita membutuhkan pemimpin yang bisa membawa Indonesia kepada next level pergaulan dunia.
Memang salah satu yang disorot membenahi govermentnya, etiknya, infrastruktur sudah layak?
Sudah sangat memadai. Memang perlu dilanjutkan, karena Pak Jokowi memang concernnya di infrastuktur, tapi sisi govermentnya? Ini ilustrasi agak personal ya, saya pada mungkin 5 tahun lalu atau lebih kedatangan paman saya, paman saya itu pensiunan pamong desa ya pendidikan cuma SD, enggak tamat SMP lah.
Saya ajak keliling lah di Jakarta malam-malam, terus berhenti di jembatan Kuningan yang tiangnya besar-besar. Dia ngomong gini ini walaupun pendidikan formalnya enggak tinggi tapi punya... "Man ini tiang ini dulu kalau dibawa ke kampung ke desa-desa, bisa jadi waduk. Bisa jadi jembatan desa, berapa itu," Artinya, yang numpuk di Jakarta ini coba kalau anda lihat misalnya pakai drone naik di Bekasi Timur atau Bekasi Barat itu sudah jalannya susun, di Kalimalang juga susun ada LRT yang dibangun, ada kereta api, ada kereta cepat. Ini seperti uang itu diarahkan untuk meningkatkan kenikmatan orang Jakarta dan sekitarnya.
Sementara itu tadi, satu tiang saja kalau dibawa ke kampung itu jadi waduk yang mengairi se-Indonesia, ini orang punya pikiran keadilan, mengenai membangun di bawah itu. Bayangkan kalau pola pikir seperti itu mewarnai pemerintahan dan hanya pemimpin yang memahami apa itu penderitaan. Apa itu miskin, apa itu problem rakyat banyak yang tadi seperti paman saya pamong desa yang bisa memikirkan alokasi resource dilakukan dengan adil, dan saya punya keyakinan perjalanan Mas Anies, pikiran itu ada.
Apalagi kalau dipadu dengan talenta terbaik yang punya pikiran lurus yang semata-mata bagi negara, insyallah itu akan tercapai.
Singgung soal buzzer, serangan ke Anies banyak banget. Anies pernah curhat enggak menyikapi serangan di medsos?
Jangankan Mas Anies, saya bukan siapa-siapa begitu saya muncul dengan pikiran tertentu langsung distempel lama menteri pecatan, sakit hati segala macam. Dan kita bisa lihat walaupun enggak pake identitas orangnya itu-itu aja sebetulnya. Terhadap itu semua kembali Anies seorang publik sejak lama, orang organisasi, dia selalu bilang kalau enggak mau dikritik enggak mau diserang jangan ada di wilayah publik gitu.
Konsekuensi berada di wilayah publik pasti hidupnya dikunyah-kunyah tapi memang nah ini gini, ada enggak sebaliknya para pendukung Anies yang omongannya begitu jorok. Itu kan jorok tuh banyak tuh kalau kita lihat di medsos maki-makinya enggak sampai nyebut-nyebut soal ras. Nah jadi kalau ditanya penyikapannya, dia rileks saja dan merasa diri a part of the job, bagian dari tugas.
Tapi dia menyarankan pada lingkungannya jangan ikut ikut pola seperti itu, itu sepanjang pengetahuan saya. Jadi saya kira pilihan diksinya dan intonasi bicaranya walaupun pressure sangat keras itu dia terlihat stabil saja, tidak terlihat meledak ledak atau merespons.
Kalau memang dirasa masukan bagus atau kritik keras?
Tentu saja, kalau itu faktual dan menjadi perhatian, diperhatikan. Jadi ciri Mas Anies itu ada riak-riak kecil selalu tapi kita fokus pada gelombang besar yang ingin atau akan membawa kapal ini ke tujuan.
Sudah masuk Juni, Cawapres Anies katanya sudah dikantongi, siapa sih?
Sebetulnya soal cepat lambat itu kan relatif, tapi kalau dari sisi Pak Anies bayangkan, Pak Anies itu bukan orang partai tidak punya uang, bukan dari keluarga kaya raya, ya keluarga kelas menengah intelektual lah, ditekan tekan dengan kasus hukum segala macam, dalam keadaan itu tentu saja diperlukan suatu resources atau kekuatan yang luar biasa untuk bisa merangkai semua kepentingan itu. Ya yang berlaku adalah satu satunya faktor yang bisa merangkai ini semua trust atau kredibilitas Pak Anies di mata para anggota koalisi.
Nah karena itu kalau anda nanya bagaimana cawapres, kami bersyukur. Saya bersyukur sekali kami berhasil merumuskan piagam kerja sama yang dalam salah satu butir piagam itu adalah pertama tentu saja menyepakati Anies sebagai calon presiden. Tapi yang kedua adalah memberikan kewenangan, kelelulasaan bagi Anies Baswedan sebagai calon presiden untuk memilih dan menentukan pasangannya pada waktunya.
Ini yang kita gunakan, jadi sebetulnya tidak perlu kekhawatiran, tentu saja sekarang sudah tiba masanya, persis seperti anda bilang orang pada bertanya, akhirnya kan para pihak ini menampilkan kepentingan kepentingannya dan itu ekspektif sudah
Demokrat ingin diumumkan cepat cawapres Anies?
Betul betul, karena logikanya masuk, semakin cepet kita menampilkan pasangan kemudian memberi kepastian bahwa kita akan berlayar tadi. Maka persiapan bisa dilakukan jauh-jauh hari itu logis. Tapi kan suasana NasDem dengan penuh empati dan harus kita jaga mereka sedang mengalami tekanan luar biasa berat dan itu barang kali para pemimpin NasDem butuh waktu kontemplasi membaca semuanya plus minusnya segala macam.
Bagi kami sih betul sudah bulan Juni, alangkah baiknya kalau bisa segera diputuskan tapi juga sesuatu yang dipaksakan bisa menimulkan crack. Nah yang sedang dilakukan Pak Anies menjalin atau menjaga keseimbangan itu supaya apapun keputusannya memang diterima. Tidak semuanya senang, tidak semuanya akan merasa terpuaskan tapi kan di sini seni memimpin.
Latihan jadi Presiden ya?
Betul betul bagaimana yang berbeda-beda itu bisa disatukan. Itu keahlian dia lah menurut saya pada waktunya akan selesai. Jadi di sini lah seninya bagaimana satu titik itu bisa, mungkin bukan yang maksimal tapi optimal. Artinya acceptable bagi satu pihak tapi juga tidak terlalu mengecewakan bagi satu pihak lain. Mohon doa mudah-mudahan dalam waktu dekat kita bisa menyimpulkan itu dan mengumumkan pada publik.
Kriteria idealnya Cawapres Anies?
Kalau kita kembali pada lima kriteria itu sudah sangat memadai utnuk memutuskan pada waktunya. Jadi yang pertama itu, Pak Anies kepengen atau kita semua kepengen pasangan pak Anies itu adalah figur yang bisa menyumbang pada kemenangan. Dibuktikan dengan dua hal, kayak dua sisi mata uang. Yang satu, namanya elektabilitas, yang kedua political vulnerability atau kerentanan politik. Mungkin elektabilitasnya tinggi tapi kalau kemudian menyimpan masalah hukum yang berpotensi bisa dipermasalahkan kurang pas. Jadi kalau bisa dua-duanya terpenuhi. Di satu sisi punya potensi terpilih atau menyumbang suara, sisi lainnya tidak punya beban politik atau beban hukum.
Kedua, kepengen pasangan yang bisa berkontribusi menjaga keseimbangan koalisi. Artinya diharapkan punya komunikasi yang baik dengan partai, syukur-syukur dari kalangan partai juga supaya bicara dengan bahasa yang sama, punya kepentingan politik yang bisa dinegosiasikan di parlemen segala macem.
Yang ketiga, tentu saja yang membantu dalam menjalankan pemerintahan sebagai eksekutif. Jadi ini bicara mengenai pengalaman organisasi pengalaman pekerjaan pengalaman tugas-tugas kenegaraan itu hal yang penting juga. Nomor empat adalah yang punya visi dan napas kejuangan yang sama mendorong perubahan.
Yang kelima yang terakhir adalah dia diharapkan bisa menjadi dwi tunggal artinya secara kemistri psikolog itu, nyambung ini subjektifnya pak Anies tentu saja.
Pak Anies ingin punya Wapres yang beban tugas seimbang?
Ya berbagi tugas kan suka ada wapres yang difungsikan sebagai.. Walaupun orang mengatakan wapres ya Wapres tidak ada SK Wapres, adanya SK Presiden. tapi Pak Anies ingin berbagi tanggung jawab beban karena memang kita melihat PR ke depan itu besar sekali. Lima kriteria tadi, bisa dipilih-pilih. Siapa yang pas silakan saja yang mau.
Di survei, Anies selalu di posisi ketiga, bagaimana tim bisa dongkrak elektabilitas?
Survei kita hormati kita hargai itu suatu metode ilmiah yang mudah-mudahan para pelaku survei betul-betul menjaga etiknya dengan menjalankan kaidah-kaidah ilmiah tadi. Tapi menarik sekali, baru pada zaman periode ini di mana Indonesia dibombardir survei setiap pekan, hampir setiap pekan ada. Dan framenya lucu-lucu, terakhir ada survei anglenya itu di background pada waktu presscon itu kalau Anies batal maju presiden tema surveinya. Lucu juga survei-survei ini.
Tapi its okay, itu bagian dari demokrasi. Nah pertama gini, kalau kita kembali pada kaidah ilmiah, survei hanya salah satu metode penelitian untuk melihat memotret keadaan tapi kan banyak metode yang lain. Kalau orang akademik menyebutnya ada triangulasi triangulation. Jadi seperti anda sedang merekam ini kameranya ada tiga atau ada empat untuk memperoleh akurasi itu.
Jadi cara kita melihat lapangan tidak sekedar survei, bicara dengan tokoh bicara dengan masyarakat bicara dengan para tokoh-tokoh yang bisa membaca keadaan dengan intuisinya segala macam, FGD qualitatif research segala macam. Itu kita coba kerjakan lewat metode yang tidak selalu dipublikasikan. Apalagi belakangan survei bukan lagi cara memotret keadaan tapi digunakan sebagai cara mempengaruhi opini, itu sayang sekali.
Jadi kita optimis bahwa pertama dari segi siklus setiap lima tahun sekali, mungkin juga 10 tahun sekali kalau presidennya dua periode. Orang pasti butuh suasana baru suasana segar. Yang kedua, generasi muda secara rasional concern dengan masa depannya, concern dengan lingkungan hidup, concern dengan bagaimana rumah mereka, bagaimana energi, bagaimana polusi udara, bagaimana pendidikan mereka, kesehatan mereka. Ini hal-hal yang hanya bisa dijawab dengan konsep dengan pikiran dengan ide. Yang kita menyayangkan kok kita tidak cukup serius ya membahas aspek-aspek itu tapi sibuk dengan angka survei terus menerus.
Jadi ada ceruk pasar baru dengan generasi muda yang sangat appreciate pada pikiran-pikiran dan itu kita mulai rasakan di antara para pendukung ini mulai kelompok muda yang dulu mereka menyebutnya, dulu saya ini enggak mau ikut politik tapi karena keadaan ini mau turun lah. Dari apolitis jadi concern.
Yang ketiga sumber optimis kita adalah, yang namanya gerakan perubahan, gerakan politik itu butuh nerve butuh syaraf-syaraf yang menjadi penggerak. Itu banyak sekali kelompok informal yang tidak perlu dipublikasi, datang pada kita dan mengatkan we are with you pak, kami bersama mereka. Elemen buruh, elemen tenaga kesehatan elemen guru, elemen pengelola desa aparat desa segala macam, mereka merasakan ini enggak mungkin terus menerus begini lah.
Kembali secara sopan dengan kita katakan bukan berarti bermasalah, tidak. Memang secara siklus orang itu selalu membutuhkan perbaikan pembaruan, itu yang harus kita kelola kembali. Pada tadi bagaimana momentum ini bertemu dengan kesiapan dan Anies sebagai simbol dari kepemimpinan perubahan itu harus kita bantu untuk menemukan momentum itu.
Tim merdeka.com: Raynaldo Ghiffari Lubabah, Bachtiarudin Alam, Alma Fikhasari, Ahda Bayhaqi, Nur Habibie, Muhammad Genantan Saputra.
(mdk/ray)