Survei: Yerusalem lebih pas menjadi milik Israel
Warga Palestina bermukim di Yerusalem Timur lebih suka Yerusalem menjadi ibu kota Israel.
Kalau ditanya soal siapa berhak atas Yerusalem, pemimpin Palestina dan Israel sama-sama mengklaim mereka paling berhak atas kota suci bagi tiga agama ini, yakni Yahudi, Nasrani, dan Islam. Rakyat Israel juga sepakat dengan hal itu.
Namun, paling menarik adalah hasil jajak pendapat terhadap sekitar 270 ribu warga Palestina menetap di Yerusalem Timur. Survei dilansir awal Januari tahun lalu di Ibu Kota Washington D.C., Amerika Serikat, ini menanyakan apakah mereka bakal memilih menjadi warga Israel atau Palestina setelah negara Palestina terbentuk nantinya.
Jawabannya poling oleh Pechter Middle East Polls bekerja sama dengan Dewan Hubungan Luar Negeri ini bisa membikin kita kaget. Hanya 30 persen responden ingin menjadi warga Palestina, sedangkan 35 persen lebih memilih bergabung dengan negara Zionis, seperti dilansir surat kabar Haaretz. Sisanya, belum dapat memutuskan.
Bila Yerusalem ditetapkan sebagai ibu kota Palestina, 40 persen orang Palestina di Yerusalem Timur ingin pindah ke wilayah Israel, hanya 37 persen memilih bertahan di sana. Sebagai perbandingan, jika Yerusalem menjadi ibu kota Israel, cuma 27 persen yang akan pindah ke wilayah Palestina dan 54 persen lainnya menyatakan akan tetap bermukim di kota itu.
Mereka yang memilih menjadi warga Palestina lantaran alasan nasionalisme dan patriotisme. Orang Palestina tertarik menjadi warga Israel karena kebebasan, pendapatan lebih tinggi, kesempatan memperoleh pekerjaan lebih besar, dan asuransi kesehatan. Namun dua kelompok ini sama-sama cemas bakal kehilangan akses ke Masjid Al-Aqsha.
Kedua golongan ini punya kekhawatiran sendiri. Mereka yang ingin menjadi warga Palestina cemas bakal sulit mendapat pekerjaan dan tidak bisa masuk ke Israel, tidak mendapat layanan kesehatan, menganggur, dan pelbagai kesulitan lainnya. Orang Palestina yang ingin bergabung dengan Israel juga resah akan diskriminasi, sulit memperoleh izin mendirikan bangunan, dan sukar mengunjungi kerabat di Palestina.
Dr. David Pollock, peneliti senior dari the Washington Institute, menegaskan hasil survei itu layak dipercaya. Dia juga ikut mengawasi pelaksanaan jajak pendapat dan menganalisis hasilnya. "Saya mengira para pemimpin Palestina tidak akan terlalu suka dengan hasil ini," katanya kepada Haaretz.
Dia menjelaskan hasil survei ini menjadi pekerjaan rumah bagi kedua pihak bertikai. Palestina harus bisa meyakinkan kalau Yerusalem menjadi wilayah mereka, semua keuntungan diperoleh orang Palestina selama ini bisa tetap terpelihara, bahkan kalau bisa kian meningkat.
Israel juga harus bisa memastikan jika Yerusalem benar-benar sah milik mereka, orang Palestina tidak bakal menjadi warga negara kelas dua seperti selama ini terjadi.