Tawuran kerap didalangi bandar narkoba dan caleg parpol
"Soal bandar ini, jaringannya ikut membiayai tawurannya, contoh pembelian petasan," kata Randi.
Tawuran warga meletus hampir saban malam. Kawasan rawan konflik dijadikan wilayah peredaran narkoba secara subur. Tawuran antar warga sengaja diciptakan menyamarkan transaksi narkoba besar-besaran. Tak hanya melulu soal perebutan lahan parkir, modus peredaran narkoba dan isu politik jadi faktor konflik kekerasan di sekitaran ibu kota.
Hal itu diungkap salah satu anggota Waris (Warung Inspirasi) sebuah komunitas sosial pemuda remaja dalam bermusik. Randi Rachmadi penggagasnya menemukan secara langsung beberapa motif beberapa orang yang ikut mendalangi terjadinya tawuran antar kampung tersebut.
"Soal bandar ini, jaringannya ikut membiayai tawurannya, contoh pembelian petasan sampai buat makan-makan pelaku tawuran," ujarnya sambil tertawa kepada merdeka.com di markas Waris, Jakarta, pekan lalu,
Dia memperkenalkan salah satu jawara kampung yang dikategorikan geng di kawasan Manggarai, Jakarta Selatan. Namanya inisial B, umurnya masih 18 tahun, sekolah menengah pertama jadi kaki tangan bandar narkoba lalu mulai menjadi aktor pelaku tawuran di kampungnya. "Yah banyak juga kita jadi kurir narkoba, dapat upah Rp 50 ribu, lumayan waktu itu," kata B.
Untuk peralatan tawuran, berdus-dus petasan jadi alat serang paling efektif sekaligus berbahaya. Para bandar sengaja mendukung supaya aparat keamanan lebih fokus pada masalah bentrok tawuran. Di pihak lain, bandar melakukan transaksi secara aman. "Atmosfernya, petugas lebih ke bentroknya, mereka (bandar) lagi bermain," ungkap Randi.
Namun, aparat sudah mengendus modus tersebut. Beberapa sudah dibongkar jaringan para bandar narkoba. Permukiman menengah ke bawah banyak disusupi kepentingan dengan berbagai isu. Sewaktu pemilihan presiden (pilpres) terakhir, partai politik juga mampu menimbulkan konflik sesama warga kampung.
Randi bersama tim mengamati pada saat beberapa permukiman mulai jadi lahan bagi-bagi duit bagi warga dalam kepentingan calon legislatif (Caleg) beberapa partai. Dari pengalamannya tahun lalu, caleg partai berlambang binatang tersebut membuat posko pendukung caleg. Lalu terjadilah gesekan di antara dua kelompok partai berbeda dan timbul tawuran karena masalah sepele.
-
Kapan komunitas Wara-wiri Mengajar dibentuk? Sebelumnya Wara-wiri Mengajar berangkat dari sebuah taman baca masyarakat yang dibentuk sejak 2017 lalu.
-
Kapan Purnawarman meninggal? Purnawarman meninggal tahun 434 M.
-
Kapan Terowongan Sawahlunto dibangun? Dilansir dari beberapa sumber, Terowongan Lubang Kalam atau bisa juga disebut Terowongan Sawahlunto ini didirikan oleh pemerintah Belanda sekira tahun 1892.
-
Bagaimana Komunitas Tanoker melibatkan orang tua dalam kegiatannya? Orang tua termasuk nenek dan kakek anak-anak buruh migran juga dilibatkan dalam banyak pengajaran dan kegiatan.
-
Kapan pantun diakui sebagai Warisan Budaya Takbenda? Pada 17 Desember 2020, pantun telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda oleh UNESCO.
-
Apa itu Kulat Pelawan? Heimioporus sp adalah sebuah jenis jamur langka dengan warna dominan merah di batang hingga payungnya. Ia juga berwarna kuning, sedikit putih di sisi bawah. Ukurannya beragam, ada yang kecil, sedang sampai sebesar kepalan tangan anak-anak.
Tim sukses caleg tersebut, dia melanjutkan, memprovokasi satu sama lainnya. "Setiap ada korban tawuran, caleg membiayai semua pengobatan luka-luka," ujar Randi. Caleg bak pahlawan kesiangan, sambil berharap warga memilihnya.
Komunitas Warung Inspirasi (Waris) coba mewadahi semuanya. Mereka merangkul geng-geng di kawasan itu dan memfasilitasi kegiatan berhubungan dengan hobi bermusik. Dari terciptanya komunitas proklamasi dan mulai mewadahi bersama dalam naungan Komunitas Musik Bersama (KMB). Beberapa pemuda di daerah rawan konflik banyak tergabung di sini.
"Kita banyak bertemu aktor utama, ikut. Jadi lebih mudah mempengaruhi yang lainnya," kata Randi. Jawara-jawara kampung rawan konflik biasa bermain dalam satu band yang sama.
Sejak 2009, dalam catatan Randi, ada beberapa geng pemuda yang dahulu aktif menjadi aktor-aktor pelaku tawuran. Ada bernama Bocah Anti Pisau (Boap), Pemuda Siap Tempur (Parsipur), Gelondong Raja Dosa (Gelorados), atau Rombongan Muka Sangar (Romusa). Mereka rata-rata pemuda masih mengenyam bangku sekolah maupun anak jalanan.
Kekerasan juga sudah akrab dengan kehidupan mereka. Hampir rata-rata berdomisili di wilayah Kelurahan Menteng, Manggarai, Matraman, Casablanca, Gambir, dan sekitarnya. "Sekarang kelompok-kelompok sudah mulai berkurang, musik bisa menyatukan mereka, dan mulai meninggalkan hal negatif dengan bermusik," ujar Randi.
Selain itu, untuk mengurai konflik menyoal kekerasan, dalam hal ini tawuran, Komunitas Waris juga membuka peluang usaha. Beberapa anggotanya membuka warung Internet dan beberapa membuka cafe bagi para pengurus maupun anggotanya. Randi menyebutnya sebagai social entrepreneurship. Setelah mampu mengubah budaya tawuran, remaja dan pemuda tadi banyak melakukan usaha bisnis dari hobi kesenangannya.
"Sebagian besar bergerombol dengan kegiatan tidak jelas, lebih baik menyalurkan ke hobi kesenangan bermain game bagi anak usia belasan, dan sisanya dalam seni menggambar dan bermain musik," ujarnya. Seni menggambar biasanya pemuda dan remaja menekuni usaha sablon dan berjualan kaos. Mereka tentunya mendapatkan keuntungan secara nominal dari hobinya masing-masing.
Baca juga:
Meredam tawuran dengan seni musik
Melongok warung remaja antitawuran Jakarta
Tawuran antar pelajar di Pondok Labu, 2 siswa kena bacok
Ingin berdamai, pelajar SMA beda sekolah di Medan malah tawuran lagi
Tawuran pelajar di Pekanbaru tewaskan seorang ibu rumah tangga
Ahok: Kalau anak sekolah mau jadi jagoan masuk ke sasana tinju