Terminal Kampung Melayu peninggalan Belanda
"Kalau bisa jangan dipindah atau dihilangin nih terminal, gua enggak ridho," ujar Sholeh.
Asap hitam tebal menyembur dari knalpot puluhan bus berumur uzur. Teriakan kernet, suara pengamen dan pedagang asongan bersahutan di tengah panasnya udara kala terik matahari menyinari kawasan Terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur. Aktivitas dan hilir mudik setiap orang terekam sibuk mulai dari pukul lima pagi hingga sepuluh malam.
Potret seperti ini tidak berbeda jauh dibandingkan satu dasawarsa silam saat kehadiran Bus Transjakarta berwarna oranye belum masuk ibu kota. Sejak zaman Belanda memang banyak orang yang menggantungkan nasib di atas tanah yang didiami orang-orang Melayu tersebut.
"Dari dulu ini emang tempat pemberhentian bus. Tapi dulu belum disebut sebagai Terminal Kampung Melayu. Dulu belum ada nama, tapi itu bus-bus dari Pulau Jawa berhentinya dimari," ujar Sholeh (62), warga Betawi yang sudah merasakan banyak perubahan di Terminal Kampung Melayu, saat berbincang dengan merdeka.com, kemarin sore.
Pria berbadan kecil yang biasa disapa Habib ini menceritakan, semasa kecil dulu moda transportasi di ibu kota tak jauh berbeda dengan yang ada di Belanda. Dia melanjutkan, pada tahun 1950-an Jakarta memiliki kendaraan umum Trem kereta yang memiliki rel khusus di dalam kota.
"Kita dulu udah ada itu yang namanya trem. Yah namanya dulu kan beda sama sekarang, apalagi zaman sekarang kan modern. Terminal ini pokoknya tempat ngumpul banyak orang dari Jawa," ujarnya berkisah.
Seiring berjalannya waktu, kondisi tersebut mulai perlahan berubah. Transportasi umum seperti Kopaja, Metromini dan Mikrolet pun mulai menggusur keberadaan Trem pada 1970-an. Aktivitas perdagangan yang didominasi bangsa Melayu dan Arab perlahan mulai tersingkirkan dengan adanya pendatang dari pulau seberang.
"Saya lupa-lupa inget nih. Yang jelas semua berubah pas zaman orde baru. Udah mulai dah tuh bangunan-bangunan berdiri. Terminal udah mulai dimasukin Metromini dan Mikrolet," seloroh Sholeh dengan logat Betawi kental.
Kondisi Terminal Kampung Melayu kini sudah didominasi oleh angkutan transportasi Transjakarta Koridor 5 yang menghubungkan ke beberapa wilayah Jakarta. Beberapa Metromini yang trayeknya diambil alih oleh Bus Transjakarta tersebut kini sudah lagi tidak beroperasi di sana.
"Dulukan juga gitu, oplet digusur sama angkot. Sekarang gentian mereka digusur sama Busway (Transjakarta)," ucapnya.
Dia berharap Terminal Kampung Melayu bisa terus dilestarikan keberadaannya. Menurut dia sejak zaman penjajahan dulu sudah banyak warga pribumi yang mengadu nasib di kawasan terminal tersebut.
"Meski bentuknya udah berubah banyak, tapi bisa dibilang ini saksi sejarah. Kita enggak bohong. Dulu itu Kampung Melayu ramai banget. Semua suku pada dateng kemari. Kalau bisa jangan dipindah atau dihilangin nih terminal, gua enggak ridho," ujarnya menegaskan.