Fahri jadi Pemuda Inspiratif Banda Aceh dari Kemenpora
Dalam event ini, Fahri Purnama akhirnya keluar sebagai juara setelah melewati dua finalis putra lainnya, Muhammad Zial Ulhaq dan Afkarul Mufid. Fahri menang setelah meyakinkan juri melalui ide kreatifnya mengenai Beasiswa Sampah.
Kegiatan Pemuda Inspiratif 2018 yang diselenggarakan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) pada 15-16 September 2018 di Banda Aceh dan Bukittinggi selesai.
Dalam event ini, Fahri Purnama akhirnya keluar sebagai juara setelah melewati dua finalis putra lainnya, Muhammad Zial Ulhaq dan Afkarul Mufid. Fahri menang setelah meyakinkan juri melalui ide kreatifnya mengenai Beasiswa Sampah.
-
Bagaimana PUSA memajukan pendidikan di Aceh? Pada perkembangannya, PUSA mengupayakan untuk memajukan bidang pendidikan di Aceh. Tak hanya itu, organisasi ini juga mengembangkan lembaga pendidikan yang sudah lebih dulu berdiri, seperti Lembaga pendidikan Al-Muslim, Normal Islam Institut, Madrasah Diniyah Idi, dan sebagainya.
-
Apa yang dilakukan Teuku Muhammad Hasan untuk kemajuan pendidikan di Aceh? Pada tahun 1929, Hasan meresmikan pembentukan kepanitiaan Atjehsch Studiefonds di Kutaraja. Tujuan pembentukannya ini untuk kemajuan masyarakat Aceh dalam hal kesempatan memperoleh pendidikan yang tidak bertentangan dengan Islam.
-
Siapa yang kuliah di Bandung? Baik Kika maupun Jema tengah menjalani studi di Bandung, Jawa Barat.
-
Di mana Sekolah Gendhis? Sekolah Gendhis berada di Magelang, Jawa Tengah.
-
Mengapa Kota Pekanbaru disebut sebagai kota pendidikan? Pekanbaru dikenal sebagai salah satu sentra ekonomi terbesar di Pulau Sumatra.
-
Siapa yang pindah sekolah? Melansir dari akun fristymayangdewi, seorang siswa bernama Ucok terpaksa pindah sekolah ke Jakarta setelah ayahnya meninggal dunia.
Beasiswa Sampah ialah ide yang dikeluarkan Fahri karena melihat banyaknya anak-anak kurang mampu di sekitarnya yang sulit menempuh jenjang pendidikan. Melalui ide ini, Fahri ingin membangun program pemanfaatan sampah kertas yang kembali diolah untuk dijadikan beasiswa anak-anak kurang mampu.
Program ini, kata dia, sudah berjalan selama 7 bulan dan melibatkan mahasiswa dari dua kampus ternama di Banda Aceh.
"Saya melihat banyak sekali sampah kertas yang ada di sekitar kampus. Kemudian, saya pun mengajak rekan saya dari universitas lain untuk ikut membuat program Beasiswa Sampah ini," jelasnya.
Untuk finalis putri ada Indrayati Sri Maulina (E-doll), Yulia Fitria (KAACA – Kakak Aceh Membaca), dan Vania Navisa (Aplikasi Mengenal Bahasa Isyarat). Setelah melewati presentasi yang ketat, Indrayati berhasil memenangkan kompetisi di Banda Aceh.
E-doll sendiri kata dia, dicetuskan karena ingin memberi edukasi bagi anak-anak melalui boneka. Ia prihatin dengan maraknya kasus kekerasan seksual di Indonesia.
"E-doll ini sendiri merupakan kependekan dari education doll. Saya melihat anak-anak suka bermain dengan boneka. Maka itu, saya memanfaatkan boneka sebagai media edukasi untuk mencegah kekerasan seksual terhadap anak-anak," katanya.
Sementara itu, untuk wilayah Bukittinggi dimenangkan Haekal Hamdany dan Yuliza Zen. Haekal membawa ide tentang sekolah alam. Yakni, sebuah sarana pendidikan untuk anak-anak pedalaman di daerah Harau.
"Untuk membangun Indonesia kita tidak usah muluk-muluk, pemuda harus beraksi dan kita mulai dari kampung halaman," jelasnya.
Yuliza sendiri membawa ide Community Best Tourism. Yaitu sebuah program yang mengangkat pariwisata di Padang Panjang, di mana dalam ide tersebut difokuskan pada kearifan lokal.
"Potensi pariwisata di Padang Panjang begitu besar. Untuk itu saya berharap Community Best Tourism ini bisa berkembang dan melibatkan lebih banyak pemuda," kata dia.
Kegiatan Pemuda Kreatif 2018 akan terus menyapa wilayah di Indonesia. Mereka yang menjadi pemenang di daerahnya akan bersaing untuk tingkat nasional pada 9-11 November 2018 di Kota Serang, Banten.
(mdk/hrs)