13 Lumba-Lumba Terdampar di Pantai Batu Tumpeng Bali, 1 Ekor Mati
13 lumba-lumba ditemukan terdampar di Pantai Batu Tumpeng, Kabupaten Klungkung, Bali, Kamis (27/5). Dari 13 lumba-lumba itu, ada satu ekor yang terluka di sirip dan akhirnya mati, Jumat (28/5) pagi tadi.
13 lumba-lumba ditemukan terdampar di Pantai Batu Tumpeng, Kabupaten Klungkung, Bali, Kamis (27/5). Dari 13 lumba-lumba itu, ada satu ekor yang terluka di sirip dan akhirnya mati, Jumat (28/5) pagi tadi.
"Iya betul kemarin sore. Dari jam lima sore itu masyarakat sudah mengevakuasi dan memasukkan ke laut lagi Lumba-lumba itu. Sampai malam kita tunggu di sana. Jam tujuh malam yang luka di siripnya itu masuk terakhir keluar masuk dan tadi pagi mati," kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Klungkung, Putu Widiada.
-
Untuk apa tulang-tulang hewan diletakkan di tempat tersebut? Tampaknya mereka berkumpul untuk melakukan ritual khusus dalam suatu kegiatan dengan cara menaruh tanduk-tanduk dan tengkorak hewan sebagai bagian dari ritual ritual ini.
-
Apa yang disita oleh petugas Satpol PP di Denpasar? Barang bukti yang sita itu 4,5 kg daging anjing dan (ada yang sudah diolah) berupa rica-rica dan rawon. Itu, katanya laris dikonsumsi oleh orang-orang terbatas," kata Kepala Satpol PP Provinsi Bali, Dewa Nyoman Rai Dharmadi, saat dikonfirmasi Kamis (1/8).
-
Kapan Desa Panggungharjo dibentuk? Desa Panggungharjo dibentuk berdasarkan maklumat monarki Yogyakarta tahun 1946 yang mengatur tentang tata kalurahan saat itu.
-
Tarian apa saja yang ditampilkan oleh Kota Denpasar? Duta kesenian dan kebudayaan Kota Denpasar menyuguhkan tiga pementasan, yakni Tari Legong Tri Sakti, Tari Baris, dan Tari Barong Ket Prabhawaning Bharuang pada malam pementasan budaya serangkaian Rakernas Jaringan Kota Pusaka Indonesia (JKPI) Kamis (24/8).
-
Hewan apa yang ditemukan di sungai Desa Kebonagung? Awalnya saat sedang berburu, seorang pemuda di Desa Kebonagung Kecamatan Sulang, Rembang, memergoki adanya kucing hutan di pinggir sungai yang terletak di sebelah barat desa. Namun saat dikejar, kucing hutan itu masuk bersembunyi di dalam lubang. Karena penasaran dengan keberadaan kucing hutan, empat pemuda desa mendatangi lagi lokasi tersebut Minggu (10/9) dini hari. Saat menyusuri pinggir sungai yang mengering akibat musim kemarau, mereka justru melihat sorot mata yang mencurigakan mengambang di permukaan air Dimas Gilang Saputra, salah seorang pemuda itu, menuturkan bahwa hewan itu adalah buaya.
-
Apa yang ditemukan petani di ladang tersebut? Penemuan tersebut meliputi tiga tongkat kerajaan, tiga belati perunggu, kapak ukuran kecil dan sedang, serta alat pahatan.
Belum mengetahui penyebab hewan tersebut terdampar. Tetapi kondisi gelombang di kawasan pantai cukup tinggi sejak Rabu (27/5) kemarin.
"Kita belum tahu mengapa lumba-lumba itu terdampar, tapi memang kemarin kita gelombang dan ombak cukup tinggi di sana," imbuhnya.
Peristiwa terdamparnya lumba-lumba tersebut pada Kamis (27/5) sekitar pukul 17.00 WITA. Kemudian warga melaporkan kejadian tersebut. Lalu petugas BPBD bersama warga berusaha mendorong hewan tersebut ke arah laut namun terus gagal karena arus ombak yang kuat.
Selain itu, petugas menemukan dua hewan luka pada bagian bibir dan sirip sehingga evakuasi hewan menunggu arus ombak tenang. Petugas dan masyarakat membuat kolam kecil di area pantai untuk hewan tersebut.
Kemudian, sekitar pukul 00.00 WITA, semua lumba-lumba telah berhasil didorong ke laut. Nahas BPBD lantas menemukan lumba-lumba yang terluka pada bagian sirip mati di pinggir pantai.
"Kita juga belum tahu mengapa ada yang terluka mungkin karena karang atau apa, tadi bangkainya sudah dievakuasi untuk diautopsi dokter hewan untuk cari tahu apa penyebab kematian lumba-lumba itu," kata Widiada.
Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Wilayah III Denpasar memprediksi belasan lumba-lumba terdampar karena terjadinya fenomena air pasang surut yang terjadi di wilayah perairan Bali.
"Bisa jadi, karena air pasang, terdampar," kata Kepala Bidang Data dan Informasi BMKG Wilayah III Denpasar Dwi Hartanto saat dihubungi.
Ia menerangkan, terjadi fenomena pasang surut dan tinggi gelombang di perairan Bali sejak Rabu (26/5) kemarin hingga hari ini, karena dipicu gerhana bulan total, dan terjadi banjir rob hingga ke daratan yang terjadi di beberapa wilayah seperti di Kuta, Sanur dan Klungkung.
"Fenomena pasang surut, karena pengaruh dari gerhana. Kedua dari gravitasi bumi dan matahari. Kalau mataharinya jaraknya lebih pendek jadi berpengaruh. Itu karena pengaruh daya tarik matahari dan bumi dan juga kemarin karena gerhana. Jadi pasang airnya," imbuhnya.
Untuk gelombang tinggi, di perairan selat bagian selatan Bali diperkirakan antara tiga hingga empat meter. Sementara fenomena pasang surut pihaknya belum bisa memprediksi kapan puncaknya.
"Selama masih periode gerhana, masih pasang. (Untuk ombak) iya lebih tinggi dari normalnya. Kalau pada saat pasang sampai ke daratan," jelasnya.
Menurutnya, terjadinya fenomena pasang surut di setiap daerah di Bali berbeda-beda dan hal ini adalah fenomena alami dan terjadi setiap tahunnya ketika usai gerhana total.
"Bumi, kan selalu berputar pada saat pasang tentu nanti surut. Jadi satu hari kadang dua kali pasang dua kali surut, tapi kadang tiga kali pasang satu kali surut. Jadi beda-beda setiap lokasinya," ujarnya.
Baca juga:
Evakuasi Paus Bungkuk yang Mati Terdampar di Pantai Prancis
Paus Terdampar di Pantai Mertasari Sanur Bali, Tim Sempat Alami Kesulitan Evakuasi
Penyelamatan Paus Kecil Terdampar di Sungai London
Paus Jenis Kepala Melon Terdampar di Pantai Tembles Jembrana
Strategi Pemerintah Cegah Paus Kembali Terdampar Massal
KKP: 52 Paus Terdampar di Jawa Timur Disebabkan Kelainan Sensor