15 Situ Hilang dan Alih Fungsi Jadi Rumah di Jabodetabek
Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Bambang Hidayah menyebut, terdapat 15 situ di Jabodetabek tidak ditemukan keberadaannya.
Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Bambang Hidayah menyebut, terdapat 15 situ di Jabodetabek tidak ditemukan keberadaannya.
Dia menyebut berdasarkan data inventarisasi terdapat 206 situ yang dikelola BBWSCC. Pengelolaan terpusat itu di mulai tahun 2007 setelah terbitnya UU Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (SDA).
-
Di mana banjir terjadi di Jakarta? Data itu dihimpun hingga Jumat 15 Maret 2024 pada pukul 04:00 WIB. "Kenaikan status Bendung Katulampa dan Pos Pantau Depok menjadi Siaga 3 (Waspada) dari sore hingga malam hari serta menyebabkan genangan di wilayah DKI Jakarta," kata Kepala Pelaksana BPBD DKI Jakarta, Isnawa Adji dalam keterangan tertulis, Jumat (15/3).
-
Siapa yang menangani banjir di Jakarta? Dia menjelaskan, BPBD DKI Jakarta mengerahkan personel untuk memonitor kondisi genangan di setiap wilayah dan mengkoordinasikan unsur Dinas SDA, Dinas Bina Marga, Dinas Gulkarmat untuk melakukan penyedotan genangan dan memastikan tali-tali air berfungsi dengan baik bersama dengan para lurah dan camat setempat. "Genangan ditargetkan untuk surut dalam waktu cepat," ujar dia.
-
Di mana banjir di Cirebon timur terjadi? Banjir di wilayah Cirebon timur ini kemudian viral di media sosial pada Rabu (6/3). Dalam video yang beredar terlihat sejumlah karyawan kesulitan mengevakuasi kendaraan roda dua miliknya yang terparkir di area pabrik.
-
Bagaimana banjir terjadi di Kota Padang? Hujan tidak berhenti dari Kamis (13/7) malam hingga Jumat (14/7) dini hari. Saat ini air di dalam rumah sudah setinggi 7 centimeter,” tuturnya.
-
Siapa saja yang terdampak oleh banjir? Dampak banjir sangat luas dan kompleks, melibatkan aspek kesehatan, ekonomi, dan lingkungan. Banjir sering kali menyebabkan penyakit yang disebarkan melalui air, seperti kolera dan leptospirosis, yang dapat menyebar dengan cepat di antara populasi yang terdampak. Dari sisi ekonomi, banjir dapat menghancurkan tanaman pangan, merusak infrastruktur, dan menghentikan aktivitas bisnis, mengakibatkan kerugian finansial yang signifikan.
-
Mengapa Kali Angke sering banjir? Sayangnya, Kali Angke masih kerap tak kuat menahan luapan air sehingga sering menyebabkan banjir.
"Tapi yang 15 itu tidak ada, tidak ditemukan," kata Bambang di Universitas Indonesia, Salemba, Jakarta Pusat, Rabu (15/1).
Sebelum dikelola oleh BBWSCC, Bambang menyebut situ yang ada dikelola oleh masing-masing pemerintah daerah. Saat ini, ratusan situ masih terus diteliti berdasarkan data yang ada, mulai dari pengukuran dan pematokan.
Lanjut dia, situ yang hilang dan beralih fungsi tersebut akibat kurang dipelihara oleh Pemda setempat.
"Jadi begitu kami konfirmasi juga ke Pemda, itu memang enggak ada, peta situasi juga enggak ada," ucapnya.
Selain itu, Bambang juga mengatakan, akan revitalisasi situ yang ada untuk mengendalikan banjir di wilayah Jabodetabek. Sebab saat ini ukuran sejumlah situ sudah mengalami penciutan.
"Kami ingin mempertahankan keberadaan situ-situ ini untuk tetap membantu pengendalian banjir," jelasnya.
Sementara itu, Wali Kota Tangerang Arief Wismansyah mengakui terdapat situ hilang dan beralih fungsi yaitu di Situ Rawa Kompeni.
"Enggak ketemu, itu udah jadi rumah, jadi apa kita enggak tahu itu kan ada di Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC)," kata Arief.
Di sisi lain, Bambang Hidayah menambahkan, pihaknya juga telah menginventarisasi ratusan situ di Jabodetabek. Dia menyebut 62 situ dari 206 yang ada kondisinya berubah atau sudah menyempit dari ukuran aslinya.
"62 Situ itu sebagian sudah alih fungsi, sudah menciut lahannya," kata Bambang.
Bambang menyebut setelah dilakukan inventarisasi situ tersebut rencananya akan direvitalisasi. Dia mengharapkan puluhan situ yang masih ada tidak beralih fungsi menjadi perumahan ataupun gedung-gedung.
"Jadi kami ingin mempertahankan keberadaan yang 185 situ ini untuk tetap membantu pengendalian banjir yang ada di Jabodetabek," ucapnya.
Pengelolaan terpusat itu di mulai tahun 2007 setelah terbitnya UU Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (SDA). Sebab sebelumnya pengelolaan situ diberikan ke pemerintah daerah atau Pemda setempat.
Dia menyebut situ-situ tersebut selama ini tidak dipelihara dengan baik. Sehingga saat proses sedimentasi hingga menjadi dataran akhirnya dimanfaatkan oleh masyarakat.
Kepemilikan masyarakat lanjut dia, berupa surat bukti berupa girik.
"Masyarakat melihat daratan ini kan dimanfaatkan, ditanam padi atau palawija oleh masyarakat. Sehingga luasannya berkurang. Lama-lama dimiliki," jelasnya.
Reporter: Ika Defianti
Sumber: Liputan6.com