16 Pasien Penderita DBD Dirawat di RSUD Tangerang Selatan
Berdasarkan data pasien per tiga bulan, sejak Oktober 2018 hingga minggu ke-2 Januari 2019, RSU Tangsel telah melayani 141 pasien DBD. RSUD Tangsel menangani kelebihan pasien yang dilakukan rawat inap.
Rumah Sakit Umum kota Tangerang Selatan menangani 16 pasien penderita Demam Berdarah Dengue (DBD). Kepala Bidang Pelayanan Medis RSUD Tangerang Selatan, Imbar Umar Gazali menerangkan, pasien DBD yang ditangani per hari ini, Selasa (29/1) berjumlah 16 orang.
Dari jumlah itu, 10 diantaranya adalah warga Tangerang Selatan. Sementara 6 pasien lainnya di luar wilayah Tangerang Selatan.
-
Apa yang dimaksud dengan DBD? Demam berdarah dengue (DBD) masih menjadi penyakit yang sering disalahpahami oleh masyarakat. Banyak yang beranggapan bahwa seseorang yang pernah terkena DBD tidak akan terinfeksi lagi karena sudah kebal terhadap virus dengue.
-
Kapan kasus DBD biasanya meningkat? Tren peningkatan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) selalu terjadi di musim hujan, dan penyakit ini masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat Indonesia.
-
Di mana DBD menjadi masalah utama? Penyakit ini menjadi salah satu masalah kesehatan utama di berbagai negara tropis dan subtropis, terutama di Asia Tenggara, Amerika Selatan, dan Afrika.
-
Kapan gejala DBD muncul? Setelah terinfeksi, seseorang dapat mengalami gejala DBD dalam beberapa hari.
-
Bagaimana cara DBD ditularkan? Penyakit ini menjadi salah satu masalah kesehatan utama di berbagai negara tropis dan subtropis, terutama di Asia Tenggara, Amerika Selatan, dan Afrika.
-
Apa saja gejala DBD pada anak? Gejala penyakit DBD atau demam berdarah dengue pada anak antara lain adalah sebagai berikut: Demam tinggi. Anak akan mengalami demam tinggi hingga mencapai 40°C selama 2-7 hari. Demam ini bisa memiliki pola pelana kuda, yaitu demam naik turun dengan fase kritis di saat suhu menurun.
"Sebenarnya kemarin sudah ada yang pulang dua orang, tapi ada yang masuk juga dua. Jadi sampai hari ini jam 15.00 wib berjumlah 16," kata dia, selasa (29/1).
Dia menjelaskan, berdasarkan data pasien per tiga bulan, sejak Oktober 2018 hingga minggu ke-2 Januari 2019, RSUD Tangsel telah melayani 141 pasien DBD. RSUD Tangsel menangani kelebihan pasien yang dilakukan rawat inap.
"Yang meninggal satu, pasien atas nama Andre, itu pada minggu ke tiga Januari kemarin. Sebenarnya korban menderita Penemonia (infeksi paru). Jadi bukan karena DBD," ucap dia.
Kekurangan Ruang Perawatan
RSUD Tangerang Selatan kekurangan fasilitas layanan rawat inap bagi pasien. Saat ini fasilitas tempat tidur rawat inap hanya bisa digunakan bagi 170 pasien. Imbar mengatakan, kekurangan fasilitas layanan tempat tidur bagi pasien rawat inap ini sudah lama terjadi.
"Saat ini kami baru bisa melayani 170 pasien, memang kemarin 7 pasien kami dirawat di luar kamar perawatan. Karena keterbatasan kami. 4 diantaranya adalah pasien DBD," ucap Imbar, Selasa (19/1).
Imbar mengaku, perawatan di luar kamar terpaksa dilakukan karena pihak RS tidak bisa menolak pasien yang datang.
"Kami sebelumnya, menginformasikan ke pasien, biasanya kalau bisa dilakukan di Puskesmas, kami anjurkan di Puskesmas. Karena kamar penuh. Tapi kalau memang memaksa, ya kami tidak bisa menolak," ucap dia.
Kekurangan sarana itu, juga terjadi di ruang IGD RSU, karena hanya mampu melayani 18 pasien di UGD.
"UGD saja sering kita sampai 27 orang, padahal kapasitasnya cuma 18 pasien. Makanya ada pasien di UGD itu dirawat di atas kursi roda. Atau ada di kasur puskesmas yang membawanya," ucap Imbar.
Baca juga:
Selain Fogging, Cara Apa yang Efektif untuk Memberantas DBD?
Kasus DBD di Berbagai Daerah Indonesia Diprediksi Bakal Turun Pada Februari
5 Cara Agar Rumah Tak Dimasuki Nyamuk Demam Berdarah
Pasien DBD di RSUD Kota Bekasi Meningkat Tajam
Tanpa Demam Tinggi dan Bintik Merah, DBD Ternyata Juga Bisa Muncul