20 Wanita di Banda Aceh dijual untuk dijadikan PSK
Operasi dipimpin langsung dipimpin langsung oleh Wakil Wali Kota Banda Aceh, Illiza Sa'aduddin Djamal.
Pemerintah Kota (Pemkot) Banda Aceh berhasil menjaring 20 wanita yang diduga akan dijadikan Pekerja Seks Komersial (PSK) di salah satu hotel di Banda Aceh. Penangkapan ini dilakukan saat operasi rutin tadi malam sekitar pukul 02.00 Wib dini hari, Senin (10/11).
Semua wanita yang ditangkap itu masih usia muda. Di antaranya ada yang mengaku masih mahasiswi, pelajar dan ada juga yang sudah janda. Bersama mereka juga ditangkap seorang mucikari di salah satu hotel di Banda Aceh.
Penangkapan dalam operasi digelar oleh Pemkot Banda Aceh yang dipimpin langsung oleh Wakil Wali Kota Banda Aceh, Illiza Sa'aduddin Djamal.
Menurut Illiza, wanita yang terjaring tersebut karena di duga telah melanggar Syariat Islam. "Mereka saat kita tangkap sedang berada dalam ruangan karaoke, sambil mabok-mabokan dan bercampur baur dengan laki-laki," kata Illiza pada wartawan, Minggu (11/10).
Dijelaskannya, seorang mucikari yang ikut diamankan bernama Nursariyati, warga Medan, kelahiran 1971. Wanita paruh baya itu akrab dipanggil Mami Anggi.
Ditegaskan Illiza, dalam penjaringan diduga terjadi penjualan manusia. Oleh karena itu, kasus ini telah dilimpahkan kepada Polda Aceh untuk diusut lebih lanjut.
"Kalau memang ada dugaan penjualan manusia, akan kita serahkan pada Polda untuk mengusutnya," sebut Illiza.
Terhadap wanita yang terjaring tersebut, kata Illiza, akan dilakukan pembinaan dengan diberikan nasihat. Lalu, akan dipanggil orangtua masing-masing agar dijemput dan diperingati agar tidak mengulangi lagi perbuatan yang melanggar Syariat Islam tersebut.
"Kita panggil orangtua mereka beserta kepala desa untuk diserahkan kembali pada keluarga," tegasnya.
Sedang untuk Mucikari tersebut, Illiza akan mengusut tuntas sampai terbongkar jaringannya. Dugaan Illiza, ini memiliki jaringan yang rapi dan luas.
"Waktu kita datang mereka sudah ada informasi, kita tau dari BlackBerry yang kita baca, maka harus diusut," jelas Illiza.
Oleh karena itu, ia berharap kepada masyarakat di Aceh agar mengawasi dengan ketat anak-anaknya. "Dengan kejadian ini bisa pelajaran untuk semua orang tua di Aceh, ini bencana moral yang terjadi lebih dahsyat dari bencana tsunami," imbuhnya.