3 Bayi korban asap, warga Palembang sebut itu karena pemimpin angkuh
Korban asap sebenarnya bisa ditekan jika penanganan dilakukan lebih serius.
Dalam sepekan, tiga bayi meninggal dunia karena terpapar kabut asap. Warga Palembang menilai peristiwa itu dipicu lambannya penanganan kebakaran hutan, dan merasa angkuhnya para pemimpin daerah yang enggan meminta bantuan pemerintah.
Menurut Safrianto (37), warga Sekip Jaya Palembang, korban asap sebenarnya bisa ditekan jika penanganan dilakukan lebih serius. Dia menyesalkan sikap pemerintah daerah setempat yang sebelumnya merasa percaya diri dalam menanggulangi kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Padahal, kata dia, beberapa kali status karhutla di Sumsel diminta untuk dinaikkan menjadi darurat sehingga bantuan pemerintah pusat dapat diberikan.
"Ini bukannya menerima, masih ngotot padamkan sendiri. Payah, pemimpin kita angkuh, kayak masih sanggup saja, walaupun asap sudah parah," ungkap Safri kepada merdeka.com, Selasa (13/10).
Nyatanya, kata dia, kabut asap belum juga bisa ditanggulangi, bahkan membuat korban jiwa berjatuhan. Belum lagi 60 ribu warga Sumsel yang saat mengidap penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) akibat berhari-hari menghirup udara kotor.
"Saya baca di koran sekarang ada tiga bayi yang meninggal. Ini membuktikan asap di Palembang memang parah," kata dia.
Harapan warga kembali menghirup udara segar terbuka lebar dengan adanya bantuan beberapa negara tetangga yang turut memadamkan api di lahan yang terbakar.
"Ternyata bukan cuma pemerintah pusat yang bantu, orang luar juga campur tangan. Karena mereka tahu, asap ini membahayakan," sambung Yusmin (40), warga Kamboja Palembang.
Diberitakan sebelumnya, hingga saat ini sudah ada tiga bayi di Palembang yang meninggal terpapar asap. Bayi pertama adalah Muhammad Husen Saputra (28 hari), pasangan Hendra dan Mursidah yang meninggal di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang pada Selasa (6/10) pukul 19.30 WIB.
Kemudian, putri pertama pasangan Muhammad Bakri dan Asnawati yakni Arika Patina Ramadhani (1,3) yang juga meninggal dunia terpapar asap dalam perawatan di Rumah Sakit Siti Khadijah Palembang, Minggu (11/10) pukul 17.00 WIB.
Terbaru, nasib yang sama juga dialami Latifah Ramadani (1,3) yang meninggal dunia di Rumah Sakit Bari Palembang pada Senin (12/10) pukul 17.00 WIB. Bayi Latifah sebelumnya dirawat selama dua hari di rumah sakit berbeda.
Baca juga:
Derita bayi Husen meninggal akibat paru-paru lembap terkena asap
Terulang lagi, seorang bayi di Palembang meninggal terpapar asap
Kisah miris dua bayi meninggal karena kabut asap
Setelah bayi Husen & Arika, kini bayi Latifah meninggal karena asap
Bayinya meninggal karena asap, orang tua bingung bayar RS Rp 16 juta
-
Kapan Prabowo tiba di Sumatera Barat? Calon Presiden (Capres) nomor urut 2 Prabowo Subianto tiba di Bandara Internasional Minangkabau (BIM) Padang Pariaman pada Sabtu (9/12) pagi.
-
Kenapa kebakaran hutan sering terjadi di musim kemarau, terutama di Sumatera dan Kalimantan? Kebakaran hutan menjadi fenomena yang tidak bisa dihindari ketika musim kemarau datang, terutama di pulau Sumatra dan Kalimantan. Bahkan sampai menimbulkan bencana kabut asap yang bisa sampai ke negara lain.
-
Kenapa Hutan Punti Kayu penting bagi Kota Palembang? Hutan merupakan sebuah kawasan yang luas dengan berbagai macam pepohonan yang hijau serta menjadi tempat tinggal para satwa, tumbuhan, dan lain sebagainya. Lebih dari itu, hutan juga menjadi ekosistem yang cukup penting di muka bumi. Hutan letaknya tak selalu jauh dari kehidupan manusia atau perkotaan. Banyak dijumpai hutan-hutan berada di tengah hiruk pikuk perkotaan yang berfungsi sebagai paru-paru kota sekaligus tempat rekreasi.
-
Apa yang ditemukan di Kalimantan? Sisa-sisa kuno bagian bumi yang telah lama hilang ditemukan di Kalimantan. Penemuan lempeng Bumi yang diyakini berusia 120 juta tahun.
-
Apa itu pindang tulang iga sapi khas Palembang? Pindang tulang iga sapi dapat menjadi menu alternatif dalam acara makan Anda bersama keluarga.
-
Apa yang ditemukan di Kalimantan Utara? Lempeng tektonik berumur 120 juta tahun dengan ukuran seperempat dari Samudera Pasifik terungkap berada di Kalimantan Utara setelah sebagian besar bagian kerak Bumi masuk ke dalam lapisan dalam Bumi.