Lempeng Tektonik Purba Berusia 120 Juta Tahun Terungkap Ada di Indonesia, di Sini Lokasinya
Lempeng tektonik berumur 120 juta tahun dengan ukuran seperempat dari Samudera Pasifik terungkap berada di Indonesia.
Peneliti menetapkan keberadaan lempeng ini dengan menggabungkan data geologi dari pegunungan dan pecahan samudera yang terletak di atas lempeng benua di wilayah Asia-Pasifik.
Lempeng Tektonik Purba Berusia 120 Juta Tahun Terungkap Ada di Indonesia, di Sini Lokasinya
Lempeng tektonik berumur 120 juta tahun dengan ukuran seperempat dari Samudera Pasifik terungkap berada di Kalimantan Utara setelah sebagian besar bagian kerak Bumi masuk ke dalam lapisan dalam Bumi.Peneliti Suzanna van de Lagemaat dari Universitas Utrecht, Belanda bersama dengan pengawasnya, Douwe van Hinsbergen, menetapkan keberadaan lempeng ini dengan menggabungkan data geologi dari pegunungan dan pecahan samudera yang terletak di atas lempeng benua di wilayah Asia-Pasifik.
Penelitian Laboratorium
Lagemaat yang menemukan tanda-tanda lempeng kuno tersebut dalam formasi batuan yang dipelajari di Kalimantan Utara mengatakan, “Kami pikir kami sedang berhadapan dengan peninggalan lempeng hilang yang sudah kami ketahui, tapi penelitian laboratorium magnetik kami menunjukkan temuan kami berasal dari jauh di utara, dan pasti merupakan sisa-sisa dari lempeng lain yang sebelumnya tidak diketahui.”
-
Di mana lempeng tektonik kuno ini ditemukan? 'Filipina terletak di persimpangan kompleks dari sistem lempeng yang berbeda,' Wilayah di sekitar Filipina hampir seluruhnya terdiri dari kerak samudera, dengan beberapa bagian yang meninggi di atas permukaan laut. Bagian-bagian ini menunjukkan batuan dengan usia yang sangat berbeda dengan yang lainnya.
-
Dimana lempeng tektonik itu ditemukan? Lempeng tektonik yang ditemukan di Kalimantan itu dinamakan Pontus.
-
Dimana batu purba ini ditemukan? Dalam penggalian terbaru di Yeşilova Hoyuk, distrik Bornova, İzmir, Turki, ditemukan batu berangka berusia 8.000 tahun.
-
Bagaimana lempeng kuno tersebut ditemukan? Menurut laporan IFLScience, Kamis (12/10), van de Lagemaat dan tim mempelajari area di sekitar Filipina, di mana batuan cair pernah meletus ke permukaan dan lempeng tektonik bergerak terpisah. 'Filipina terletak di persimpangan kompleks dari sistem lempeng yang berbeda,' Wilayah di sekitar Filipina hampir seluruhnya terdiri dari kerak samudera, dengan beberapa bagian yang meninggi di atas permukaan laut. Bagian-bagian ini menunjukkan batuan dengan usia yang sangat berbeda dengan yang lainnya.
-
Dimana lempengan tanah liat ditemukan? Dalam penggalian arkeologi tahun 2023 di sebuah situs kuno Ambarlikaya di Boğazköy-Hattusha, Turki, arkeolog menemukan lempengan tanah liat aksara paku (cuneiform).
-
Dimana lempengan kutukan ditemukan? Sebanyak 1.700 lempeng kutukan ditemukan pada situs-situs dunia Romawi yang berasal dari 500 SM hingga 500 Masehi.
Saat ini, lempeng tersebut diberi nama Lempeng Pontus, bongkahan kerak Bumi ini terbentang seluas seperempat dari Samudera Pasifik. Dari hasil rekonstruksi, lempeng ini diperkirakan sudah ada sejak 160 juta tahun lalu.
Pada masa itu, terdapat sebuah lautan luas di antara Eurasia dan Australia yang terhubung dengan Antartika sebagai bagian dari superbenua Pangaea.
Saat Pangaea mulai terbelah, lempeng Pontus yang diduga membentuk dasar samudera kuno itu terperangkap selama berjuta-juta tahun oleh lempeng-lempeng yang bergerak menuju arah berlawanan, membawa Kalimantan dan Filipina ke lokasi mereka saat ini.Penelitian Lagemaat berfokus pada Wilayah Persimpangan, yang merupakan salah satu daerah lempeng tektonik paling kompleks di dunia. Daerah ini membentang dari Jepang, melalui Kalimantan, Filipina, Papua Nugini, hingga ke Selandia Baru.
Lagemaat mengumpulkan data dari publikasi ilmiah dan studi lapangannya di Kalimantan untuk merekonstruksi pergerakan lempeng tektonik mulai dari zaman dinosaurus hingga saat ini.
Mereka melakukan analisis mundur dari susunan geologi lempeng tektonik saat ini di Wilayah Persimpangan untuk merekonstruksi pergerakan lempeng sejak periode Jurassic.
Pendekatan ini didasarkan pada asumsi skenario lempeng tektonik yang paling sederhana yang sejalan dengan pengamatan geologi.Jika terbukti akurat, ini akan menjadi pencapaian yang memuaskan bagi Hinsbergen dan timnya. Mereka sebelumnya memperkirakan keberadaan lempeng Pontus sekitar 11 tahun yang lalu berdasarkan anomali data seismik.
Data tersebut menunjukkan adanya pecahan lempeng kuno yang telah tenggelam jauh ke dalam mantel Bumi, mengakibatkan gangguan pada jalur gempa yang melintasinya.
Jejak hipotetis dari lempeng Pontus juga telah ditemukan di Palawan, sebuah pulau di bagian barat Filipina, dan di Laut Cina Selatan. Hal ini masuk akal terutama setelah dikaitkan dengan formasi Kalimantan yang dipelajari oleh Lagemaat.
“Baru setelah Suzanna secara sistematis merekonstruksi setengah dari sabuk gunung ‘Cincin Api’ dari Jepang, melalui Papua Nugini, hingga Selandia Baru barulah dugaan lempeng Pontus terungkap, dan itu termasuk batuan yang kami pelajari di Kalimantan,” kata Hinsbergen.